Sweet Dream
by. chell.
..
Seorang remaja berusia 16 tahun hanya bisa menatap sendu kearah rumah mewah yang saat ini mulai terlihat tua dan sangat kotor. Tanaman-tanaman liar sudah memenuhi pagar rumah besar tersebut.
Tatapan itu mulai menyendu, dia dibawa kembali menikmati kenangan masa lalu. Senyuman tipis menghiasi wajahnya yang menggemaskan, namun pipinya yang gembul malah dihiasi dengan hiasan yang seharusnya tidak ada. Air mata dan goresan-goresan serta memar.
Air hujan yang mulai menetes menyadarkannya, dengan cepat dia berlari menuju halte terdekat untuk sekedar berlindung dari rintik hujan yang sepertinya akan menjadi hujan badai sebentar lagi.
Tidak ada orang disana, hanya dirinya sendiri. Menikmati hawa dingin yang menyapa tubuhnya, mengabaikan tatapan orang-orang yang lewat entah dengan payung maupun kendaraan mereka.
Cukup lama dia terdiam sambil menutup mata sampai akhirnya sebuah suara masuk ke dalam indera pendengarannya dan memaksa dirinya membuka matanya.
"Hei adik kecil.."
Mata itu terbuka.
Tatapannya tertuju pada seorang pemuda yang berada di dalam mobilnya. Sekuat tenaga dia berusaha untuk menahan diri untuk tidak menangis, namun runtuh sudah pertahanan tersebut.
Melihat remaja yang dipanggilnya menangis membuat pemuda lainnya terkejut.
"Hey, apa yang kau lakukan hyung? Hebat sekali kau membuat anak orang menangis hanya dengan memanggilnya." Cibir seorang pemuda lain yang duduk di jok belakang, sedari tadi memperhatikan setiap hal yang terjadi.
"Tutup mulutmu Jeno atau aku akan menendangmu keluar dari mobilku."
Pemuda yang dipanggil Jeno itu kembali tertawa.
"Mian, Mark hyung. Aku hanya bercanda. Lebih baik kau keluar dan berikan dia permen atau apa saja yang bisa menenangkannya. Kita harus pergi sekarang atau Jisung akan mengadu pada Appa bahwa kita bolos hari ini."
Mark, pemuda yang tidak sengaja membuat anak orang menangis itu akhirnya menghela nafas kasar. Dia membuka pintu mobilnya dan keluar dari sana menggunakan payung.
Mark beranjak menuju ke halte dan mendekati remaja yang masih menangis itu. "Kau baik-baik saja? Maaf, aku benar-benar tidak ada niat membuatmu menangis. Tunggu, aku bahkan tidak tahu apakah aku alasan kau menangis." Mark berceloteh sendiri membuat Jeno yang menyaksikan perilaku kakaknya hanya bisa menghela nafas dan memutar bola matanya malas.
"Hyung, cepatlah!"
Mark kembali mengangguk.
"Dengar, adik kecil. Aku akan memberikanmu cokelat ini kalau kau berhenti menangis, bagaimana?"
Tidak ada respon berarti yang Mark dapatkan. Remaja itu masih menangis dengan tangan yang menutupi matanya.
Drrtt..
Bunyi getaran ponsel Mark mengalihkan atensinya. Mark mengeluarkan ponselnya dan menggeser layar tersebut.
"Hmm?"
"Arrasseo, hyung akan segera datang."
"Percuma mengancamku, kalau kau mengadu yang ada semua komputer yang ada di kamarmu dan Jisung menghilang begitu saja."
"YAK! Aish.. Lee Jaemin, jinjja!"
Mark memberi kode pada Jeno untuk menghubungi kembali sosok yang tadi sempat mengganggunya dengan ancaman. Setelah melihat Jeno asik menggerutu dengan ponsel didekat telinganya, Mark kembali mengalihkan atensinya pada remaja disampingnya.
"Eum.. Begini, aku harus menjemput Adikku. Aku tidak tau apa yang membuatmu menangis. Tapi anggap saja itu aku, ini aku tinggalkan cokelat disini untuk sebagai permintaan maaf ya. Jangan menangis, cokelat ini enak sekali. Sayang kalau dimakan dengan campuran cairan asin seperti itu. Haha.." Mark tertawa dengan canggung sembari menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.
"Kalau begitu aku pergi ya. Sampai jumpa." Dengan ragu tangan itu menyentuh pucuk kepala remaja itu. Remaja itu akhirnya bergerak, menurunkan tangan yang menutupi wajahnya.
Mark segera menarik tangannya karena takut membuat anak tidak nyaman. Namun dia dibuat terdiam saat remaja itu mengangkat wajahnya dan menatapnya dengan mata beruangnya.
Mark membeku untuk beberapa saat. Dia mengenali mata itu, mirip mata seseorang yang sangat dirindukannya.
Baru saja Mark akan membuka suara, remaja itu malah berdiri dan membungkukkan badannya. Tanpa berucap apapun segera pergi darisana meninggalkan Mark yang masih berusaha mencerna apa yang barusan terjadi.
"HYUNG!"
Kesadaran Mark seketika kembali, dia menatap Jeno yang kini melihatnya dengan tatapan penasaran. "Apa yang terjadi? Kenapa dia berlari? Kau malah membuatnya takut, pasti. Anyway, hujannya sudah berhenti. Ayo pergi."
Ejekan Jeno diabaikan oleh Mark. Pemuda itu menatap tempat duduk yang tadi sempat diduduki oleh remaja tersebut. Tangannya mengambil cokelat yang tadi ditinggalkan oleh remaja itu.
"Jen.."
Jeno yang dipanggil akhirnya menoleh kembali kearah Kakaknya setelah sebelumnya fokus pada ponselnya. "Ada apa?" Balasnya.
"Anak itu.."
Kening Jeno berkerut untuk sesaat. "Anak itu kenapa? Bicara yang jelas!"
"Hyuckkie."
DEG.
Jeno terdiam. Sama seperti yang terjadi pada Mark tadi, dia seolah tidak bisa memproses apa yang sedang terjadi. Jeno bahkan tidak sadar Mark telah kembali masuk ke dalam mobil dan termenung di dalam.
"Kau pasti bercanda." Jeno akhirnya bersuara. Kakaknya hanya terdiam sampai akhirnya ikut bersuara, "Aku harap. Tidak mungkin dia Hyuck, sangat tidak mungkin."
.
.
.To be continued..
Kamis, 5 oktober 2023
Revisi: 23 Maret 2025

KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET DREAM • Lee Donghyuck
Fanfiction'Don't judge a book by its cover.' Kalo diliat dari book covernya doang, seharusnya ceritanya fluffy yaa 🤔 BROTHERSHIP ONLY. start: 05.10.2023