Silent Mode 🔇

209 13 2
                                    


Inspired by anime anthem of the heart
.
.
.
.
Junghwan x Riki

"Aku benci .. Aku benci riki.. !! " Teriak junghwan sambil mendorong riki, hingga tubuh kecil itu tersungkur dengan tangan dan lutut mencium tanah lebih dulu.

"Kenapa selalu riki, kenapa riki harus merebut mommy dan daddy junghwan. Apa karena riki lebih pintar, riki bisa cari muka di depan daddy dan mommy ? Riki bisa menyombongkan diri didepan teman-teman sekelas karena riki dapat juara .. iya!!? Riki itu hanya anak pembantu, seharusnya riki tau diri.. !! Karena orangtua junghwan riki bisa sekolah di sekolah elit , seharusnya riki berterimakasih. Junghwan benci riki, junghwan benci main sama riki, junghwan benci ketawa riki, semua yang ada pada riki junghwan benci" final junghwan lalu pergi meninggalkan riki.

Flashback off

Junghwan menghela nafas panjang, kala netranya tidak sengaja melihat riki melintas didepan kelasnya. Jujur, ia rindu pada sosok teman masa kecilnya itu. Sudah 7 tahun sejak kejadian itu,junghwan tau kesalahan yang ia buat tidak bisa dimaafkan semudah itu.

Saat itu junghwan dan riki masih kelas 3 sekolah dasar. Mereka sudah berteman sejak kecil karena ibu riki yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga orang tua junghwan. Riki yang pintar selalu mendapat juara di kelasnya. Sedangkan junghwan hanya tembus di angka 10 besar. Memang cukup membanggakan. Tapi karena gelap mata dan termakan hasutan teman-temannya. Ditambah pujian orang tuanya pada riki, membuat emosi junghwan mendidih dan berakhir menyeret riki ke taman sore itu. Memarahi dan mencaci maki riki, mengeluarkan semua isi hatinya. Melampiaskannya pada riki kecil yang sudah menangis ketakutan. Hingga kata-kata terlarang itu terlontar dan menyakiti teman masa kecilnya itu begitu dalam. Lalu tanpa rasa bersalah junghwan meninggalkan riki seorang diri ditaman. Berpura-pura tidak tau saat orang tuanya menanyakan keberadaan riki karena diluar sudah hujan deras dan riki masih belum juga pulang.

Masih segar dalam ingatannya bagaimana tubuh mungil riki pulang dalam keadaan menggigil hebat serta bibir yang sedikit membiru akibat terguyur hujan terlalu lama. Bagaimana paniknya bibi nishimura dan orang tuanya kala riki pingsan dalam dekapan sang ibu. Bagaimana sepinya rumah saat itu karena riki harus dirawat inap. Hipoternia ringan dan demam tinggi, itulah yang dialami riki. Hingga riki harus menghabiskan liburannya dirumah sakit.

Saat tau riki akan pulang dari rumah sakit, junghwan begitu antusias ingin menyambut riki. Bahkan ia meminta sang mommy masak makanan kesukaan riki dan meminta sang daddy untuk segera menjemput riki. Namun saat sampai dirumah, junghwan harus menelan pil pahit karena riki yang mengacuhkannya. Bahkan saat junghwan ingin memeluk riki, riki langsung memalingkan wajah dan mendekap ibunya erat. Reaksi riki itu membuat junghwan tertegun heran. Mommy nya yang melihat itu hanya memberi pengertian kalau riki masih belum terlalu pulih dan masih butuh istirahat. Junghwan masih bisa memahami hal itu, karena riki baru saja keluar dari rumah sakit. Namun, keesokan harinya riki masih bersikap sama. Tidak mau bicara dan selalu mengacuhkan junghwan. Tidak hanya dirumah tapi disekolahpun riki jadi sangat pendiam. Selalu menggeleng jika di ajak bermain atau ke kantin. Wajahnya datar tanpa ekspresi, sangat berbanding terbalik dengan sifatnya selama ini. Tidak ada lagi riki yang ceria, riki yang cerewet dan riki yang murah senyum.

Hal itu membuat teman-teman dan para guru jadi heran dan melapor pada ibu riki. Sang ibu lantas membawa anak semata wayangnya untuk berbicara empat mata. Hingga ia dibuat terkejut dengan jawaban sang anak yang ia tulis dalam selembar kertas.

"Riki tidak apa-apa bunda, riki hanya tidak ingin membuat junghwan semakin benci sama riki".

"Kenapa junghwan harus membenci riki? Bukankah kalian teman baik?"

Riki menggeleng, lalu kembali menulis.
"Tidak bunda, junghwan benci riki. Sangat benci malahan. Karena itu riki tidak akan main lagi sama junghwan, riki akan bantu bunda saja sepulang sekolah"

"Apa ada alasannya? Bunda tidak masalah riki mau bantu bunda atau tidak, tapi bunda yakin ada sesuatu diantara kalian hingga riki jadi seperti ini?"

Menimang sejenak, riki memutuskan untuk menceritakan hal yang dialaminya ditaman waktu itu. Ia tuliskan sedetail mungkin, lalu setelah selesai ia serahkan kertas itu pada sang bunda.

Setelah selesai membacanya, bunda riki menghela nafas panjang.

"Mungkin saat itu junghwan hanya salah paham dan terbawa emosi, jadi tanpa sengaja junghwan bicara seperti itu" ucap sang ibu mencoba memberi pengertian.

Riki hanya menunduk, lalu sebuah usapan dikepala ia rasakan.

"Tidak baik menyimpan dendam terlalu lama riki. Kenapa tidak kalian coba bicarakan baik-baik dulu? Tidak ada salahnyakan ?"

"Riki tidak menyimpan dendam bunda, riki hanya menempatkan diri ditempat seharusnya. Riki hanya mencoba sadar diri kalau riki dan junghwan itu sangat berbeda jauh. Dan seharusnya riki tidak terlena dengan kebaikan itu. Junghwan benar. Disini riki yang salah, seharusnya riki bersyukur sudah bisa merasakan kebaikan tuan dan nyonya So selama ini. Tapi riki dengan seenaknya malah mengambil perhatian mereka dari putra mereka sendiri. Karena itulah riki akan bersikap bagaimana seharusnya riki bersikap"

Bukan itu jawaban yang sang ibu inginkan, ia tau riki anak yang pemaaf, meskipun sering kali dijahili atau diejek oleh teman-temannya riki tetap memaafkan dan kembali tersenyum seperti biasa. Namun kali ini, apa segitu dalamnyakah hati anak itu terluka? Hingga sulit untuk memaafkan? Dan memilih untuk diam dan menjauh ?

Junghwan menangis keras dipelukan mommynya saat bunda riki memberitahunya kenapa riki jadi bersikap seperti sekarang ini. Sungguh ia hanya kelepasan. Dengan bodohnya ia lupa dan tidak langsung meminta maaf, bahkan ia juga meninggalkan riki dan pura-pura tidak tau riki dimana hingga riki jatuh sakit karena hujan-hujanan sampai akhirnya ia harus dirawat. Seketika penyesalan junghwan semakin besar, karena sudah terlanjur percaya omongan teman-temannya.

Padahal riki-lah yang selalu disisinya sejak mareka masih kecil. Seharusnya junghwan tau kalau riki tidak akan pernah berbuat seperti yang teman-temannya katakan. Seharusnya junghwan lah orang yang paling tau bagaimana sifat riki yang sebenarnya. Wajar saja riki marah dan mengabaikannya. Hanya karena emosi semata ia menyakiti perasaan teman masa kecilnya itu, bahkan ia memaki dan membentak riki sampai tubuh itu bergetar ketakutan. Tidak lupa perkataan pedas dan menusuknya pasti benar-benar membekas di hati riki.

Sembari terisak junghwan terus menggumamkan kata maaf. Mommy dan daddynya sampai kewalahan menenangkan junghwan yang terus menangis. Bunda riki pun menatap junghwan iba, ia tau mereka masih kecil dan wajar jika bertengkar. Namun, siapa sangka riki memilih jalan tengah yang tidak terduga. Hingga memukul telak lawannya sampai tidak berdaya.


Sekian dulu ... Nanti lanjut lagi part 2 👍
Terlalu banyak kata itu,, alur semerawut ,, biasa penulis amatir jadi harap maklum 😅 semoga readers-nim paham sama ceritanya .. Happy reading 🤗💕



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ni-ki OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang