. . .
Pagi ini setelah subuh karna pagi ini aku tidak mendapatkan jadwal kerja, aku diminta untuk mengantar ibu yang memang bekerja menjadi ART di rumah orang lain.
Bukan karna tidak bisa memenuhi kebutuhan ibu ku tapi karna dari bapak ku meninggal, ibu ku sudah bekerja banting tulang menggantikan posisi bapakku jadi diminta untuk berhenti bekerja pun selalu tidak mau.
Setelah mengantar ibu bekerja aku kembali kerumah dan duduk lebih dulu diteras bangku menikmati waktu fajar dengan teh manis yang menemaniku, jika sedang duduk sendiri seperti ini aku selalu mengucapkan terimakasih kepada diriku sendiri yang sudah bertahan sampai sejauh ini.
Mengucapkan kata-kata semangat untuk diriku sendiri dan berusaha untuk lebih sabar, walaupun setiap tahunnya pasti ada tangis tapi aku bersyukur bisa bertahan sampai di titik saat ini.
Jika di ingat sangat sakit rasanya mengingat gunjinngan orang, omongan orang yang katanya mengasihani aku tapi nyatanya mengeluarkan kata yang tidak pantas untuk di ucapkan.
"syah"
Panggil Maya kakak kedua ku yang sudah kembali kerumah setelah dia keluar untuk ngontrak tapi setelah dia habis masa kerjanya, dia memutuskan kembali kerumah bersama kawannya yang ikut juga.
"ada apa?"tanyaku menatapnya yang malah ikut duduk di dekatku.
"loe ngapain diluar sendiri gak takut apa? Ini masih gelap lh"jawabnya menatapku dan aku menghela nafas lalu meminum teh yang ku buat.
"hanya duduk lalu berterimakasih pada diri sendiri karna udah bisa bertahan sampai sejauh ini, lagian mau nakutin apa si""loe hebat si bisa bertahan lima tahun ini, walaupun gua tau pasti berat banget disetiap langkahnya"ucap maya membuatku tersenyum tipis.
"gua bisa bertahan sejauh ini karna faiz, entah kalo gak ada faiz didalam kehidupan gua mungkin gua udah gak ada saat ini"jawabku dan gak lama Diah keluar dia adalah sahabat yang memang ikut tinggal dirumahku.Bukan karna dia gak punya rumah, tapi dia seperti diasingkan sama keluarganya sendiri jadi ibu mengizinkan dia untuk ikut tinggal bersama dirumah ini.
"maaf ya syah gua mau nanya, gimana perasaan loe saat ini ke bapaknya faiz?"tanya Diah membuatku diam menatap lurus dengan pemandangan langit jingga.
"perasaan yang seperti apa yang loe bicarakan saat ini? cinta? Sayang? Kecewa atau benci?"tanyaku balik menatap Diah yang menatapku.
"gua udah lebih bisa berdamai dengan keadaan gua saat ini dimana gua udah jadi orang tua diusia gua yang muda, awal memang gua benci sama dia karna kalo difikirin dia bener-bener menghancurkan seluruh kehidupan gua dari masa itu sampai masa depan""berarti loe udah gak benci sama dia?"tanya maya kepadaku.
"nggak, jika loe tanya dari sejak kapan? Gua juga gak tau tapi saat ini gua ikhlas menjalani kehidupan gua saat ini gua lebih legowo menjalani masa depan gua dengan faiz. Mungkin dari ikhlas benci itu pun sirna gua juga gak tau tapi gua udah maafin dia dari semua sakit, kecewa,kehancuran yang di berikan ke gua. Gua udah maafin dia asalkan dia gak menampakan diri aja di depan gua mungkin gua akan selalu merasa aman"jawabku."tapi syah, melihat kebencian ibu yang masih sangat kental terhadap lelaki itu bahkan mengajarkan kepada faiz bahwa bapaknya sudah meninggal bukan kah itu salah"ucap diah membuatku diam lalu menghela nafasku.
"gua gak bisa bilang itu salah atau nggak, cuma kalo dirasakan dengan perasaan sosok seorang ibu yang mungkin sama beratnya dengan gua yang menjalani ini semua, itu adalah rasa sakit, kecewa yang amat sangat menyakitkan antara rela dan gak rela melihat putrinya yang dia besarkan dengan keringatnya tapi kehidupannya harus dihancurkan oleh lelaki yang bahkan tidak bertanggung jawab""iya yang dibilang aisyah bener, bahkan di hari pernikahan gua melihat betapa tersakitinya ibu dengan pernikahan itu. Saat loe hamil tapi ditinggal lelaki itu dia selalu menemani loe dan berusaha memenuhi semuanya, walaupun terkadang dia pun tersakiti akan ucapan orang-orang yang mencibir anaknya sendiri"jawab maya membuat kami semua diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Jodoh, maka Bertemu
Romance"Bukan karna Bertemu lalu Berjodoh, tapi karena Berjodoh makanya Bertemu." -Ust.Agam Fachrul- Aisyah Nur Cahya, wanita sederhana yang terlahir dari keluarga sederhana. Aisyah harus melewati masa sulit dan pahitnya kehidupan di usia yang masih muda...