Prolog

180 79 80
                                    

   Kehidupan seorang Gibran Laskara Archana berubah sejak ia tak sengaja bertatapan dengan seorang perempuan.
Ah ralat, sosok perempuan yang pernah tak sengaja ia lihat di jembatan.

Namun, siapa sangka sejak kejadian yang hanya berlangsung 2 detik itu menjadi malapetaka, sekaligus ujian untuk kesabaran Gibran.

"Ck, berhenti ngikutin gue!" sentak gibran

"Ga! sebelum lo bantuin gue ...,"
"Gue yakin ... gue belum mati," ucapnya mengebu-gebu seakan apa yang ia katakan sebuah fakta.

Gibran yang mendengarnya menyeringai dan bersedekap dada, mata tajamnya menatap lurus ke mata arwah perempuan itu.

"Yakin? lo kan nga inget apapun kecuali nama dan kecelakaan itu."
Sontak arwah perempuan itu menunduk, mendengar ucapan bernada dingin dari mulut Gibran.

Gibran menghela napas panjang melihat sosok di depannya memasang muka sedih merasa untuk dikasihani.

Ah shit..., hidup lagi capek capek nya malah diganggu setan yang ga ada akhlaknya dan keras kepala lagi....

Ntahlah, Gibran bingung ingin membantu arwah perempuan itu untuk kembali atau membiarkan dia seperti yang lain?

──────
"Gibran"

Gibran mengeryit bingung saat Aratha memanggilnya, tumben sekali sosok perempuan ini memanggilnya dengan lembut.

"Maaf," lirih Aratha, Gibran yang masih dilanda kebingungan hanya bisa menjawab dengan deheman.

"Maaf... jika mencintaimu adalah sebuah kesalahan,"
"Kamu pernah mengatakan, bahwa kita ini berbeda dan tak akan pernah bisa bersatu...," lirih Aratha dengan menahan sesuatu yang ingin keluar dari kedua matanya.

"Lalu?" tanya Gibran, Aratha tersenyum mendengarnya.

"Tapi bagiku, cinta ini sebuah anugerah meski aku harus merasakan rasa sakit jika mengingat bahwa kita berbeda," ucap Aratha dengan menatap manik mata hazel milik Gibran.

"Dan aku yakin, bahwa suatu saat nanti kita akan bersama. Entah itu di dunia sebagai insan yang berbeda atau bersama di akhirat nantinya."

My Transparent GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang