Disore hari yang tenang dengan anginnya yang sangat damai dan langit terlihat berawan datanglah sebuah mobil di depan pemakaman umum. Pemakaman terlihat sepi dan sunyi dikarenakan rata rata pengunjung datang di siang hari.
Mobil itu berhenti dan turun seorang pria sambil membawa bunga lily. Pria tersebut bernama Immanuel Wibowo Ia berjalan menuju ke ke salah satu makam dan meletakkan bunga lily di samping makam tersebut.
"Halo...sudah lama saya tidak mengunjungi mu. Tidak usah tanya kabar ku, aku baik kok" seketika dia pun tertawa sambil mengelus-ngelus batu nisan tersebut.
"Kakak kangen banget sama kamu lho" setelah mengatakan itu senyum Immanuel mulai menghilang. Suasana dipemakaman menjadi suram dan langit mulai mendung.
"Kamu tau kakak berhasil memenangkan kasus mu dan kamu bisa tenang sekarang" mata Immanuel mulai berair dan menjadi tangisan sambil memeluk batu nisan. Dia mencurahkan rasa penyesalan dan sesak di dadanya yang dia miliki dari 5 tahun yang lalu.
Entah karena kesedihannya tiba-tiba rintik hujan mulai turun yang menjadi deras. Immanuel tetap di dekat makam tersebut walaupun hujannya sangat deras.
"Sungguh kakak sangat rindu dengan kamu" Immanuel sambil sesengukan dan tetap memeluk batu nisan.
SAMUEL WIBOWO
Lahir: Jakarta,1 januari 2001
Wafat: Jakarta, 26 November 2018
2018
"DASAR ANAK BODOH!! TIDAK BERGUNA!! BAGAIMANA BISA NILAI MU TURUN LAGI HAH!!" Marah tuan Antonio terhadap anak bungsunya sambil membuang beberapa kertas ujian ke arah wajah anaknya.
Sedangkan sang anak hanya bisa terdiam mendengarkan kata kata yang menyakitkan dari ayahnya. Dia memegang tangannya yang bergetar sambil menenangkan rasa takut yang dia rasakan disaat ini. Jantungnya sangat berdetak kencang membuat dia terkadang tidak fokus dengan kemarahan ayahnya.
"Maafkan aku ayah, aku akan beru-
"MANA BUKTINYA!?! sudah beberapa kali kau ucapkan itu tapi tetap saja kau mengecewakanku, mengapa kau tidak bisa sehebat kakakmu?! "tanya tuan Antonio dengan penuh amarah setelah itu memijat pangkal hidungnya. Sungguh mengapa anaknya yang satu ini tidak bisa seperti kakaknya yang hebat dan berprestasi malahan hanya bisa memalukan nama keluarga saja pikir tuan Antonio.
"SUDAH SEKARANG KEMBALI KE KAMARMU DAN RENUNGKAN KATA KATAKU TADI!!"
"Baik ayah" lirih si bungsu, setelah itu memunguti kertas kertas ujian di lantai dan langsung keluar dari ruang kerja sang ayah. Diperjalanan ke kamarnya dia melihat nilai di kertas ujiannya yang nilainya ada 90,95,98 dan 89. Sungguh mengapa nilai nya ini tidak pernah membuat ayahnya puas padahal dirinya termasuk anak dengan nilai terbaik ke dua dikelas, oh iya ayahnya kan gila akan nomor satu pikir si bungsu.
Saat berada di tangga dia melihat dinding di samping kanan beberapa foto keluarganya. Perhatian dia teralihkan disaat melihat foto sang kakak, Immanuel Wibowo bersama kedua orang tuanya sambil membawa piala juara satu lomba cerdas cermat tingkat provinsi. Tiba tiba dia mengingat pada masa itu dia juga ikut lomba tersebut, namun sayangnya dia gagal di saat grand final dan hanya kakanya saja yang dapat membawa piala emas. Mengetahui hal itu orang tuanya langsung kecewa terhadap si bungsu karena menurut mereka sebagai orang yang menyandang marga Wibowo harus menjadi nomor satu di segala hal entah itu di bidang akademik maupun non akademik. Itulah yang membuat hampir semua foto di dinding tersebut hanya ada ibu, ayah dan kakaknya saja karena menurut kedua orang tuanya hanya sang kakak saja yang bisa di banggakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily For You
Short StoryHai perkenalkan aku Samuel Wibowo, aku hanya remaja yang sederhana yang suka dengan suasana sunyi dan tenang