2. Murka

229 64 74
                                    

CHAPTER 2

MURKA

MURKA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

᛫◧᛫

❝Anak itu berulah lagi.❞






"FUCK!" Sadewa buru-buru memberitahu teman-temannya, "Ada banyak polisi di belakang! Cepet tuntasin para pengawal itu!"

Tim Spiderman dan Tim Batman yang juga mendengar sirine polisi segera ingin menuntaskan setengah pengawal yang masih tersisa. Namun entah mengapa para pengawal itu tiba-tiba pergi meninggalkan truk begitu saja.

"Wait, what?" Vixel keheranan.

"Lah napa mereka malah pergi?" Mata Raven bergerak memerhatikan orang-orang bermotor itu melaju kencang meninggalkan mereka.

"Apa apa? Siapa yang pergi?" Sadewa mendengar gumaman teman-temannya.

"Para pengawal yang tersisa, Dew. Mereka pergi gitu aja. Truk itu udah ga ada pengawalnya sekarang," lapor Vixel.

Mendengar itu, Sadewa memukul setirnya dengan kesal. "Damn it!" Ia baru sadar, Kaesar memang selicik itu.

Licik? Ya, Sadewa tahu mengapa para pengawal itu pergi.

"Semua polisi ngejar kita, apa yang mau kita lakuin?" tanya Yora, meski tidak ada kecemasan di wajahnya, tetapi nada bicara gadis itu membuat Sadewa gelisah.

Di saat otak Sadewa sedang berputar cepat, terdengar suara Marco dari handy talkie-nya.

"Lu semua urus polisi itu, gua mau ambil alih truknya. Tinggal si supir truk aja yang tersisa," ujar Marco.

"Wait!" Sadewa buru-buru menyela. "Jangan bunuh supirnya, Marc! Gue ada rencana setelah ini."

Semua temannya tampak kebingungan.

"Bisa lo kasih tau kita apa rencananya?" pinta Levon.

"Kaga. Jangan sekarang. Kita butuh bantuan buat urus semua polisi itu!" ulas Sadewa. Ia pun menelepon anggota Gazter lainnya.

"Panggilan untuk Tim Gamora, segera pergi ke lokasi yang gue kirim! SEKARANG!"

Ketiga tim mempercepat laju mobil mereka.

Tim Batman bergerak mendekati truk. Levon sengaja merapatkan mobilnya ke kepala truk agar Marco di bangku tengah yang keluar lewat jendela mobil, bisa menggapai pintu truk tersebut. Marco memukul kaca pintu truk menggunakan tongkat yang dia bawa, kemudian dia masuk ke dalam truk.

Si supir dengan susah payah menahannya, namun Marco dengan beringas memukuli kepala supir truk menggunakan tongkat.

Marco pun bergulat dengan si supir, satu-satunya pengawal yang tidak boleh dibunuh oleh Sadewa. Meski tidak tahu apa alasannya, Marco menurut, dia hanya berusaha melumpuhkan supir truk itu tanpa membunuhnya.

NADEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang