Meaningless

12 1 0
                                    

Aku tidak tahu kenapa aku seperti ini. Aku juga tidak tahu apakah aku bahagia ataupun tidak. Mereka adalah orang-orang baik, dan semua orang tahu tentang itu. Tetapi terkadang aku merasa mereka sedikit tidak adil dengan ku. Mereka adalah keluarga yang baik. Mereka juga adalah orang tua yang adil yang selalu membagi kasih sayangnya kepada kami semua. Tetapi kenapa, terkadang aku merasa mereka tidak menyayangiku?

Mungkin ini adalah keegoisanku saja. Mungkin sebenarnya aku hanya ingin kasih sayang yang lebih dari mereka. Mungkin sebenarnya semua itu hanyalah prasangka buruk ku saja. Aku yakin mereka pasti menyayangiku. Hanya saja cara mereka agak berbeda.

Awalnya aku mengira, itu semua hanya prasangka buruk. Aku tidak ingin jatuh terlalu jauh kedalam pikiran buruk ku. Aku juga tidak ingin kalah dari keegoisanku. Jadi selama ini aku hanya menahannya. Berusaha menjadi buah hati yang baik bagi orang tuaku. Berusaha menjadi orang yang bisa dibanggakan.

Hampir semua hal ku lakukan hanya untuk mendapatkan perhatian mereka. Belajar agar selalu menjadi yang terbaik. Berusaha menguasai semua bidang agar setidaknya mereka mau melirikku. Tapi ternyata semua prestasi yang ku raih belum cukup untuk mendapatkan perhatian mereka.

Aku belajar mati-matian agar tetap menjadi nomor satu. Sampai tidak jarang aku melupakan waktu makan dan tidurku. Salahku memang karena tidak menjaga tubuhku sendiri dengan baik. Jadi wajar saja jika aku mendapatkan ceramah panjang saat tiba-tiba jatuh sakit. Tapi terkadang, aku iri dengan saudaraku yang lainnya. Kedua orang tuaku menaruh perhatian penuh saat mereka sakit. Tapi sekali lagi aku tidak boleh egois. Saudara perempuanku yang satu itu memang mudah sakit, jadi wajar jika dia akan mendapatkan perhatian khusus terutama saat sakit. Saat kakak laki-lakiku sakit juga mereka sangat perhatian kepadanya. Tetapi itu hal yang wajar bukan? Kakak ku juga bekerja keras agar bisa meringankan beban orang tua. Jadi wajar jika mereka sangat perhatian saat kakak sakit.

Aku selalu menanamkan agar untuk tidak egois ataupun iri kepada saudara maupun saudariku. Tapi, rasa itu entah kenapa kian membesar seiring berjalannya waktu. Tidak sepantasnya aku memiliki perasaan seperti itu. Apalagi orang tuaku adalah orang yang baik.

Apakah tidak bisa jika aku ingin menghilangkan perasaan-perasaan itu?

Aku terlahir dengan tubuh sehat, jadi wajar kan saat orang tuaku tidak terlalu khawatir pada kesehatanku yang menurun? Menurut ku wajar saja jika mereka marah saat aku sakit.

Orang tuaku adalah orang yang baik. Setidaknya itulah yang awalnya ku pikirkan. Sampai pada akhirnya hari itu datang. Awalnya aku hanya dibandingkan dengan saudara-saudaraku. Tapi ku pikir itu adalah cara mereka untuk memberikan ku motivasi agar menjadi lebih baik lagi. Setelahnya, mereka mulai membicarakan hal buruk tentangku kepada orang lain. Aku masih tidak ingin berpikiran buruk tentang mereka. Jadi kupikir itu adalah cara mereka agar aku tidak melakukan kesalahan yang sama. Lalu, mereka mulai mengkritik semua hal yang kulakukan. Mereka selalu marah walaupun aku tak melakukan kesalahan. Sampai pada akhirnya, mereka mulai melayangkan kekerasan fisik padaku. Tapi aku masih berpikir, mungkin saja aku melakukan kesalahan tanpa ku sadari, jadi wajar jika mereka begitu.

Aku tidak ingin berpikiran buruk tentang kedua orangtuaku. Jadi aku selalu mencoba untuk memikirkan hal baik di setiap tindakan mereka. Sungguh naif sekali diriku ini.

Terkadang aku ingin menceritakan masalah ini kepada orang lain. Tapi aku tidak dekat dengan siapapun bahkan dengan saudaraku sendiri. Aku juga sulit untuk percaya pada orang lain. Seseorang yang ku anggap sahabat pun tidak ada. Jadi aku selalu menyimpan hal ini sendirian sambil berharap kalau suatu hari nanti mereka tiba-tiba berubah.

Sekolah adalah pelarian ku dari semua hal buruk yang terjadi di rumah. Setidaknya jika di sekolah aku tak perlu menerima perlakuan kasar dari orangtuaku. Aku juga tidak perlu menerima caci maki dari mereka. Tapi semua hal itu berubah. Kehidupan sekolahku yang tenang tiba-tiba saja berubah 180°. Aku hanya tidak ingin mengerjakan tugasnya, tetapi kenapa dia malah marah dan memukuliku? Apa salahku? Bukankah itu tugas miliknya? Wajar bukan jika dia harus mengerjakannya sendiri? Aku tidak masalah jika ia memintaku untuk membantunya walau sedikit. Apakah aku pantas menerima semua perlakuan itu hanya karena tidak mau mengerjakan tugasnya?

Ku pikir dia akan berhenti tidak lama setelah itu. Tapi perlakuannya padaku semakin parah setiap harinya. Aku hanya perlu menahannya sampai ia bosan. Setidaknya itulah yang kupikirkan awalnya. Namun semua tidak berjalan seperti bayanganku.

Aku lelah. Tidak dimana pun aku selalu menerima perlakuan yang tidak adil. Sekarang aku sudah kehilangan motivasi terbesarku untuk terus melanjutkan hidup. Aku sangat lelah. Kumohon, berikan aku waktu untuk menikmati ketenangan barang sebentar. Aku ingin pergi. Aku tidak ingin merasakan ini semua.

"Tuhan, aku sungguh lelah dengan kehidupan ini. Aku selalu berpikir, apakah suatu hari nanti akan datang kebahagiaan di dalam hidupku? Apakah aku adalah orang jahat sehingga aku pantas untuk menerima ini semua?

Aku ingin istirahat barang sebentar. Tuhan, apakah kau mendengar keluh kesah ku? Apakah salah jika aku terlahir di dunia ini Tuhan? Semua orang tidak menginginkan ku. Bahkan orangtuaku sendiri pun begitu. Tuhan, tidak bisakah kau cabut nyawaku sekarang juga? Aku ingin bertemu dengan-Mu. Setidaknya dengan kematian, aku tidak perlu menerima perlakuan buruk itu. Izinkan aku untuk menemui-Mu Tuhan. Aku ingin kembali ke pangkuan-Mu."






Teruntuk ayah dan ibu tersayang.

Terimakasih telah memberikan ku kesempatan untuk hidup bersama kalian. Terimakasih sudah merawatku dan membesarkan ku. Terimakasih juga untuk semua perhatian dan kasih sayang kalian berikan padaku. Maaf jika aku belum bisa menjadi buah hati yang sesuai dengan bayangan kalian. Maaf karena aku sering membuat kalian marah. Maaf juga karena aku berpikiran buruk tentang kalian. Maaf karena telah menjadi beban hidup kalian. Maaf karena aku hanya menyusahkan kalian.

Tapi tenang saja. Sekarang aku tidak akan melakukan kesalahan lagi. Aku berjanji tidak akan membuat kalian marah lagi. Aku juga berjanji tidak akan menjadi beban kalian lagi. Terimakasih untuk semua waktu berharganya. Aku sangat senang bisa terlahir sebagai buah hati kalian walaupun kalian tak menyukaiku.

Ayah, Ibu.
Izinkan aku untuk pergi. Dan semoga saja kalian tidak akan menangis saat aku pergi. Akankah kalian menangis? Kumohon, jangan menangis. Orang sepertiku tak pantas untuk kalian tangisi. Ah, sebelum itu, aku memiliki permintaan terakhir.

Apakah kalian mau mengantar ku pergi?

Aku tidak memaksa kalian. Aku tahu kalian sibuk. Kalian juga tak bisa meninggalkan pekerjaan kalian. Tapi itu adalah permintaan terakhirku. Aku harap kalian mau mengantarku pergi.

Terimakasih untuk semuanya.
Maaf, dan selamat tinggal.

- Arter Arzenix Myodora -

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Don't Know Where stories live. Discover now