01. Cerita Ibu Tentangmu

41 5 0
                                    

Tahun 2014

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun 2014 ...

Semua kisah berawal dari sini ...

Saat aku masih duduk di bangku SMA kelas 2 ...

Di usiaku yang 16 tahun, jiwaku masih penuh dengan mimpi dan harapan. Saat itu, ada dua sosok laki-laki yang mulai mewarnai hari-hariku. Yang pertama adalah Kak Rio, seorang kakak kelas tampan dengan pesona yang tak terbantahkan yang sudah ku kagumi sejak aku pertama kali pindahan. Ya, aku masuk SMA dengan status sebagai murid pindahan.

Setiap kali ia melintas di koridor sekolah, hatiku berdegup lebih cepat, dan senyumnya membuatku terpesona. Awalnya, aku mengiranya sebagai seorang artis yang sedang bertandang ke sekolah dalam rangka menyemarakkan pesantren kilat bulan Ramadan. Tapi ternyata, bukan. Dia hanyalah kakak kelas dengan kelebihan paras yang menawan.

Namun, ada satu lagi sosok yang mulai menghiasi pikiranku, dan dia adalah Harris, kakakku. Kakakku? Benar, kakakku.

Siang itu, sinar matahari yang cerah memancar melalui jendela kamar, mencerahkan seluruh ruangan. Aku duduk di meja belajar dengan tugas sekolah menumpuk di depanku, sebuah dunia kecil yang penuh dengan angka dan huruf. Ibu duduk di seberang, melipat baju-baju bersih dengan hati-hati, sementara wewangian cucian segar mengisi udara.

Tiba-tiba, ibu memulai percakapan yang mengubah aliran pikiranku. Ibu menanyakan tentang seseorang yang belum pernah aku temui secara langsung, tapi namanya sudah lama bergaung di telingaku.

"Rumi, kamu masih inget sama Kak Harris?" tanya ibu dengan nada yang penuh kenangan, sambil terus fokus pada tumpukan pakaian yang dilipatnya.

Aku menatapnya dengan rasa penasaran. "Rumi tahu hanya sebatas cerita-cerita dari ibu. Kenapa bu, kok tiba-tiba tanya soal Kak Harris?"

Ibu tersenyum sambil menggeleng, seolah-olah sedang menelusuri memori yang terkubur jauh di dalam ingatannya. "Dulu, inget nggak, waktu kamu masih kecil, Kak Harris sering jagain kamu, gandeng kamu ke mana-mana. Dia seperti kakakmu sendiri. Bahkan ... banyak orang mengira kalau dia anak pertama ibu. Yah, walaupun ibu memang juga menganggapnya seperti itu, Kak Harris dan Kak Arya sudah seperti anak ibu sendiri."

Aku mendengarkan kata-kata ibu dengan seksama, mencoba membayangkan sosok Kak Harris dalam ingatanku yang telah memudar.

Ibu melanjutkan dengan nada yang penuh kerinduan."Kak Arya, Kak Harris, waktu itu mereka sama-sama bermain dan tumbuh bersama. Apalagi Eyang masih ada, jadi Eyang tahu betul bagaimana mereka. Walaupun banyak tingkah, sering naik ke atas kursi, meja, lemari ... Tapi, Eyang selalu sayang pada mereka berdua."

Aku tersenyum mendengar cerita ibu, meskipun sebagian besar kenangan itu kabur bagiku. Aku terlalu kecil pada saat itu untuk mengingat semuanya. Namun, aku merasa hangat mendengar bahwa ada seorang kakak yang pernah menjagaku dengan penuh kasih, sesuatu yang selama ini sebagai anak sulung tak pernah aku tahu.

STOLEN SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang