Panas terik masih terasa sangat menyengat, padahal jam sudah menunjukkan pukul 15.00 sore. Satu persatu siswa SMP Hybe keluar dari gerbang sekolah untuk pulang kerumah masing-masing. Di antara kerumunan siswa tersebut, terlihat seorang siswa tampan bertubuh ramping sedang berlari-lari kecil dengan riang. Dia adalah Choi Taehyun, berusia 14 tahun dan kini duduk di kelas IX.
Saat sampai di depan gerbang sekolah, Taehyun melihat ke sekeliling, mencari mobil yang biasa menjemputnya. Matanya berbinar melihat mobil jemputannya yang terparkir agak jauh dari tempatnya berdiri.
"Aha itu dia, tapi mengapa Pak Shin tidak parkir di tempat biasanya?" Taehyun nampak berpikir sambil terus mendekati mobilnya. Mobil berwarna hitam itu tertutup kaca yang gelap, sehingga tidak nampak sama sekali apa yang ada di dalamnya.
Taehyun masih kebingungan mencari sosok Pak Shin, supir pribadinya yang biasa berdiri di samping mobil, menunggunya, dan membukakan pintu setelahnya. Taehyun menempelkan wajahnya di kaca pintu berusaha melihat ke dalam mobilnya dan mendapati sosok seorang pria duduk di kursi supir. Tanpa membuang banyak waktu Taehyun langsung membuka pintu belakang, walaupun dibenaknya ada sedikit rasa tidak terima ia tidak dibukakan pintu oleh supirnya. Sesaat Taehyun menutup pintu, pintunya langsung terkunci dan mesin mobil dinyalakan.
"Pak Shin, mengapa kau tidak menungguku di luar dan membuka...kan..." kalimat yang keluar dari mulut Taehyun terhenti ketika ia melihat ke depan, itu bukan supirnya melainkan orang yang tak dikenalnya.
"Anda siapa? Mengapa Anda yang menyetir? Dimana Pak Shin? Apa aku salah masuk mobil? Ah tapi ini benar mobilku.. Apa kau disuruh menggantikan Pak Shin? Hei mengapa kau diam saja? Aku ini majikanmu tidak seharusnya kau mengabaikanku.. Hei..."
"Diam atau ku robek mulut berisikmu itu" suara berat dan tegas itu seketika membuat Taehyun terdiam. Ia masih mencerna situasi yang sedang dialaminya.
"Apa aku diculik?" tanyanya dengan polos, mata besarnya mengerjap lucu, pria dibalik kemudi tanpa sengaja bertemu tatap dengannya dari kaca spion. Pria itu terlihat hampir tersenyum, namun ia tahan sekuat tenaga.
"Ah sepertinya aku benar diculik" simpul Taehyun karena ia tak kunjung mendapat jawaban dari pertanyaannya tadi. "Apa Anda sedang butuh uang? Apa Ayahku menyusahkan Anda? Apa Anda punya dendam dengan keluargaku?" tanyanya bertubi-tubi.
Pria di depannya hanya diam dan tetap fokus menyetir, membawa Taehyun ke daerah asing yang sama sekali tidak pernah Taehyun lewati. Di jalanan yang sepi pria itu menepikan mobilnya, mengambil lakban dan tali tambang yang sejak tadi tergeletak di kursi penumpang di sebelahnya. Taehyun yang melihat itu pun langsung tanggap dan mencoba menghentikannya.
"Jangan ikat aku, aku janji tidak akan kabur"
Pria itu meletakkan tali dan lakban itu ke tempat semula dan mulai melajukan mobilnya kembali.
"Mengingat pekerjaan ayahku, tidak heran sih jika aku diculik. Ayahku menyebalkan ya? Harusnya jika Ayahku membuat Anda kesal, Anda hajar saja dia sampai babak belur bukannya menculikku, aku kan tidak salah apa-apa" protes Taehyun.
"Salahmu karena kau anaknya" sahut pria itu singkat.
Taehyun bergerak mencondongkan badannya ke depan, lebih dekat dengan pria yang ia perhatikan seperti seumuran dengan ayahnya, namun tubuhnya sedikit lebih besar dan sepertinya juga lebih tinggi.
"Apa aku benar anaknya?"
Pria itu mengerutkan keningnya dan memicingkan matanya ke samping, ke arah Taehyun yang wajahnya hanya berjarak satu jengkal dengan wajahnya.
"Ayah bahkan tidak pernah memelukku, bukankah seorang ayah biasanya suka memeluk putranya? Ayah tidak pernah mengajakku bermain bola, padahal aku suka sekali sepak bola. Ayah juga tidak pernah mengajakku memancing, padahal teman-temanku semuanya pernah memancing dengan ayahnya. Ayahku juga tidak pernah memujiku walaupun aku mendapat peringkat pertama. Bahkan ayah tidak pernah ingat hari ulang tahunku." Taehyun mencurahkan isi hatinya dan kembali terduduk lemas di kursi belakang, ia menundukkan kepalanya sedih, ada bulir airmata yang ia tahan agar tidak jatuh di depan orang asing.
"Apakah kita masih jauh? Aku ingin tidur, bangunkan aku jika sampai ya." ujar Taehyun santai dan benar saja ia langsung tertidur dalam hitungan detik.
Pria itu sekali lagi menatap Taehyun dari kaca spion, wajah tertidurnya sangat polos dan lucu. Pria itu tersenyum tipis, ada sedikit iba yang ia rasakan ketika mendengar apa yang Taehyun katakan tentang ayahnya.
"Choi Yeonjun bajingan, bahkan kau begitu jahat pada anakmu sendiri."
***
Mobil hitam itu memasuki garasi sebuah rumah kecil yang terletak di desa terpencil di dekat hutan. Jarak antara rumah yang terletak begitu berjauhan bahkan hampir tak terlihat adanya tetangga. Pria itu turun dari mobilnya, dan melepas plat mobil palsu yang ia pakai untuk menjebak Taehyun dan langsung memasukkannya ke dalam kotak perkakas.
Dibukanya pintu belakang mobilnya dan dilihatnya Taehyun masih tertidur lelap. Alih-alih membangunkannya seperti yang dipesankan tadi, pria itu lebih memilih menggendong tubuh kecil Taehyun dan membawanya masuk ke dalam rumah. Dibaringkannya tubuh Taehyun di atas tempat tidur dan mengikat kedua kaki dan tangannya di tiang ranjang.
Sekitar 30 menit berlalu, Taehyun pun bangun dari tidurnya. Namun saat meregangkan tubuhnya, ia baru merasakan jika ada tali yang melilit di pergelangan tangan dan kakinya. Taehyun cemberut, merasa kesal dengan situasinya saat ini, sangat tidak nyaman.
"Om... Om..." Taehyun berteriak memanggil-manggil pria yang membawanya tadi, ah lebih tepatnya menculiknya.
Sesosok pria tinggi masuk ke dalam kamar mendekati Taehyun dan duduk di pinggir tempat tidur. Pria itu sudah mengganti pakaiannya dengan celana training panjang dan kaos putih polos. Taehyun sempat terpana sejenak, bagaimana pria di depannya sekarang ini tidak seseram ketika ia memakai setelan jas hitam seperti tadi.
"Kok aku diikat, Om?" protes Taehyun mengawali percakapan mereka berdua.
"Kamu itu sedang diculik, Bodoh" sahut pria itu datar.
"Ih tapi kan aku bilang aku tidak akan kabur" Taehyun berusaha meyakinkan jika ia tidak akan beranjak dari kamar tersebut.
"Mana bisa saya percaya kalau kamu tidak akan kabur, kamu pasti hanya membohongi saya" pria itu tidak mudah percaya.
"Aku bukan tukang bohong dan aku paling tidak suka dibilang pembohong" ketus Taehyun, ia merasa yakin jika ia memang tidak pernah berbohong selama hidupnya.
"Sudah jangan banyak protes, beruntung aku tidak mengikatmu di kursi dan ku sembunyikan di gudang yang kotor" tegas pria itu, matanya menatap tajam kearah Taehyun. Taehyun sempat bergidik ngeri namun ia kembali dengan wajah tenangnya.
"Om, handphoneku mana? Mau main Roblox"
"Handphonemu saya sita"
"Kok disita, Om? Kan aku sudah janjian sama teman-teman mau mabar" seru Taehyun dengan memasang wajah sesedih mungkin, berharap pria di hadapannya akan luluh.
"Kamu itu sedang diculik, bisa-bisanya berpikir mau main game, dasar anak aneh."
"Om yang aneh, aku tidak punya salah tapi aku diculik."
"Diam kamu, mau saya bunuh?" ancam pria itu, ia mulai kesal dengan ocehan-ocehan Taehyun yang tiada hentinya.
"Om tidak mungkin membunuhku, sia-sia Om menculikku, nanti tidak bisa dapat uang tebusan kalau aku mati"
"Saya menculikmu bukan untuk uang, saya hanya ingin mengajarkan Choi Yeonjun yang sombong itu bagaimana rasanya kehilangan orang yang begitu berharga di hidupnya"
"Aku tidak yakin jika Ayah akan sedih jika kehilangan diriku" lagi Taehyun tertunduk lesu ketika mengingat ayahnya.
"Kita lihat saja nanti" pria itu bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari kamar, sudah tidak betah menghadapi bocah berisik seperti Taehyun.
"Om.." panggil Taehyun sebelum pria itu benar-benar melewati ambang pintu. Pria itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Taehyun sekali lagi. Taehyun tersenyum kaku dan ragu.
"... Mau pipis" lanjutnya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Dad ✔️ | Soobin, Taehyun
FanfictionSoobin menculik Taehyun yang merupakan anak dari musuhnya, yaitu Yeonjun. Namun bukannya takut, Taehyun justru menemukan figure seorang ayah yang sangat ia rindukan ada pada diri Soobin. *Stockholm Syndrome *Father-Son Relationship *Brothership