Bagian 10

811 74 2
                                    

Yeonjun memasuki ruang inap tempat Soobin dirawat dengan perasaan yang kacau. Terlebih lagi saat melihat Soobin mengabaikannya dan sibuk bermain game dengan handphonenya. Lebih lima menit Yeonjun berdiri di samping ranjang Soobin, namun Soobin sama sekali tidak memperdulikan kehadiran Yeonjun. Yeonjun yang kesal lantas menamparkan amplop yang sedari tadi ia pegang tepat ke wajah Soobin.

“Ah Choi Yeonjun apa apaan kau?” Soobin mengusap wajahnya yang sedikit perih.

“Sopankah mengabaikan orang yang lebih tua dan malah sibuk dengan game bodoh itu?”

“Hei kau hanya lebih tua setahun dariku, jangan sok tua” ejek Soobin, sesaat kemudian perhatiannya tertuju pada amplop yang tadi sempat mendarat di wajahnya. “Ngomong-ngomong itu amplop apa?”

“Buka saja sendiri” jawab Yeonjun seraya menyerahkan amplop yang ia pegang pada Soobin. Soobin dengan cepat meraih dan membukanya. Sebuah surat yang menujukkan hasil tes DNA. DNA Soobin dan Taehyun.

“Kamu bercanda kan? Tidak mungkin Taehyun itu anakku” ujar Soobin menyerukan keterkejutannya akan hasil tes yang menunjukkan 99.99% Taehyun adalah anak Soobin.

“Apa matamu buta? Atau kau tidak bisa membaca dengan benar?” sarkas Yeonjun.

“Lalu bagaimana denganmu?”

“Aku akan memberitahu Taehyun kebenarannya, mau bagaimana lagi” ujar Yeonjun dengan sedatar mungkin, padahal Soobin dapat mendengar jelas suara Yeonjun bergetar menahan kesedihannya.

“Jangan, Kak. Jangan beritahu Taehyun”

Yeonjun mengankat wajahnya memandang Soobin. “Apa kamu bilang?”

“Jangan beritahu Taehyun”

“Bukan, sebelum itu, kau memanggilku apa?”

“Kak?”

“Apa tujuanmu memanggilku seperti itu?”

Soobin menghela nafasnya kesal. “Bukannya kemarin kita sudah berbaikan ya? Apakah ini tidak termasuk aku boleh memanggilmu Kak Yeonjun seperti dulu lagi?”

“Bukannya tidak boleh, hanya saja itu terdengar aneh sekarang”

Soobin tersenyum. “Mulai sekarang kamu harus terbiasa, Kak Yeonjun”

Selama tiga hari Soobin di rumah sakit, Yeonjun tidak pernah absen untuk datang menjenguk Soobin. Bahkan ada satu hari Yeonjun bukannya pulang kerumah selepas bekerja, melainkan menginap untuk menjaga Soobin.

Soobin sebenarnya tidak terluka terlalu parah. Hanya pergelangan kaki kanannya yang sedikit bergeser dan beberapa luka goresan di lengan yang mengering dalam beberapa hari. Namun tetap saja ia butuh seseorang untuk sekedar menuntunnya ke kamar mandi.

Hari pertama mereka masih terlihat canggung dan menyimpan kebencian satu sama lain. Namun hari-hari berikutnya mereka seolah sadar jika ikatan persaudaraan mereka berdua masih sangat kuat seperti dulu. Tidak ada kebencian yang amat sangat, hanya sebuah kemarahan yang seketika padam oleh sebuah pelukan.

Soobin yang lebih dulu membuang egonya dan menangis di pelukan Yeonjun. Bagaimana pun Soobin tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini selain Yeonjun. Ia membutuhkan Yeonjun lebih dari apapun. Semua kemarahannya sudah meluruh, terlebih Soobin akhirnya tahu alasan Yeonjun menjebloskannya ke penjara hanya untuk melindunginya.

Ia juga berterima kasih karena selama ini Yeonjun sudah merawatnya ayahnya dengan baik. Ia tahu itu. Ayahnya sudah sering mengatakan pada Soobin jika Yeonjun merawatnya, namun Soobin tetap saja mengutuk Yeonjun selama di penjara.

Yeonjun adalah kakak Soobin. Fakta itu tidak akan terbantahkan lagi. Soobin sudah memaafkan semua kesalahan Yeonjun, termasuk hubungan terlarangnya dengan Yewon. Mau bagaimanapun Yewon memang ditakdirkan untuk Yeonjun, bukan untuknya. Rasa cintanya pada Yewon pun sudah lama terkubur di masa lalu.

The Best Dad ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang