keputusan

2 1 0
                                    


"kita udah bahas ini puluhan kali dek, ayah cuman minta kamu kesana sebentar" ucapan sang ayah bernada lembut membuat intan pernikahannya

"tapi ayah tau sendiri kan apa yang terjadi waktu terakhir kali adek kesana?! adek masih trauma!" elak intan masih memesan wajahnya

"ayah tau kamu trauma, tapi sekali ini aja, ayah jamin kali ini kamu aman, kamu bakal di temenin sama mas-mas mu" bujuk sang ayah

"adek nggak mau ada yang pergi lagi," mata coklat intan kembali berembun, melihat itu sang ayah dudk di samping intan dan memeluk sang anak dengan erat

"ayah tau, ayah sangat paham dengan semua itu, tapi kunci hidup mbah kakung di kamu... kamu mau ya kesana... nanti setelah kerjaan ayah di sini selesai ayah susul adek kesana." bujuk sang ayah

dengan terpaksa intan menganggukkan kepalanyamenyetujui untuk datang ke kampung halaman sang ayah meneui sang kakek yang sedang sakit parah. setelah menenangkan intan dan membantunya untuk tidur, ayah berjalan menuju ruang tamu menemui 4 keponakannya yang menunggu dengan setia

"gimana om? mau intan kesana" tanya hary

"mau, dengan syarat kalian jangan ninggalin dia sendirian. kalian inget kan kejadian 5 tahun lalu? om harap itu jadi pelajaran kita semua"

"oke om... kita bakal inget itu..." jawab bima dengan mantap

"om titip intan, nanti kalau kerjaan ku wes rampung aku bakal nyusuli  kalian (om titip intan, nanti kalau kerjaan ku sudah selesai, aku bakal nyusulin kalian)" setelahnya para keponakannya itu berjalan menuju kamar yang sudah di sediakan, mereka berencana untuk berangkat besok pagi pagi sekali karena mengingat perjalanan mereka akan memakan waktu kurang lebih 20 jam.

pagi harinya, intan sudah bersiap dengan jaket dan celana panjangnya sedari tadi ia tak sedikit pun melepaskan pelukan di tubuh tegap sang ayah

"wes sekarang kamu masuk, engko ndak kesiangan, 2 minggu neh om kan nyusul (sudah sekarangg kamu masuk, nanti kesiangan, 2 minggu lagi om kan nyusul)" ujar bima sembari mengelus puncak kepala intan

"2 minggu itu lama bang!" grutu intan

"mau gimana lagi... apa kamu berangkat bareng om?" tawar hary

"maunya adek sih gitu, tapi kakung gimana? adek ikut kalian aja deh..." gadis berusia 18 tahun itu dengan terpaksa melepas pelukan dari tubuh sang ayah

"hati-hati disana ya... 2 minggu lagi ayah nyusul kalian... rendi kamu nanti yang nyetir ya, kalau capek suruh hary atau jody yang nyetir" ujar om sadewa

"iya om tenang aja aman aman...."setelah itu mereka bersalaman satu persatu dan masuk kedalam mobil

saat mobil mulai berjalan, intan merasakan ketidak tenangan ia sangat sangat merasa resah, untung saja ke 4 sepupunya mencoba mengalihkan perhatiannya dengan mengajaknya bercanda dan memainkan beberapa permainan yang bisa mereka mainkan, setelah lelah bermain, mereka memutuskan untuk tidur. tak terasa hari sudah mulai malam intan terbangun dari tidurnya saat hary berhenti di salah satu pom untuk mengisi bensin. tak lama mobil itu pun berjalan kemabali berjalan. 

"nggak tidur dek?" tanya jody yang melihat kesamping dan mendapati intan masih belum tidur

"nggak mas, mau liat pemandangan aja..." balas intan

"mas hidupin lagu mau?" tanya hary

"boleh..." dengan senang hari intan menyetujui tawara hary

jam menunjukkan pukul 11 malam jalanan semakin sepi, mata intan melihat kejendela guna melihat gelapnya malap di dalam hutan matup, pohon pohon jati benjulang tinggi sesekali ia melihat sekelebat burung burung malam yang terbang di sekitar mobil mereka. namun kedamaian itu terhenti saat mata coklat intan melihat seorang nenek tua yang berdiri di depan mobil mereka den tersenyum begitu lebar seakan senyum itu bisa merobek multnya kapan saja. intan sadah jika pilihannya untuk melihat keluar mobil adalah pilihan bodoh, dengan cepat intan menarik tirai di sampingnya membuat tirai itu menutupi jendela kaca mobil yang ia tumpangi. hary yang melihat intan yang terlihat was was pun dengan cepat membangunkan yang lain

"tangi kon kabeh! kon iku kabeh kok malah turu! tugase kon kon iku njogo intan! (bangun kalian semua! kalian semua itu kok malah tidur?! tugasnya kalian kalian itu jagain intan!)" dengan kesal hary membunyikan klakson mobil membuat para saudara saudaranya terbangun dan langsung menatap intan kompak 

"nggap papa kok mas, adek tadi cuman..." ucapan intan terhenti, wajah tersenyum nenek nenek itu masih melekat dalam ingatannya

"sudah sekarang bima sama bagus pindah kursi belakang biar intan rebahan aja." dengan cepat bima dan bagus pindah kekursi belakang dengan cara meloncati kursi. tak lupa meleka pun menutup tirai tirai jendela.

setelah malam mencekam itu, mereka sampai di gapura desa cangkro dengan selamat, desa itu sudah sedikitt maju ternyata. karena terakhir kali intan sesini satu meter aspal pun belum terbentang namun sekarang semua sudah diaspal dan listrik yang sudah menyala dari ujuk ke ujung. mobil mereka lalu berhenti di sebuah rumah berlantai 3 dengan gerbang besi dan cat dan ukiran yang sudah di bilang tua dan mulai memudar menambah kesan ngeri dan angker dari rumah kakungnya itu. 

"ayo turun" tutur bagus lembut sembari menarik tangan intan lembut, dengan diiringi hempasan nafas, intan melangkah keluar dan mengikuti para kakak kakak sepupunya yang berjalan terlebih dahulu sembari menarik koper. hari masih terlalu dini untuk banhun namun suasana di dalam rumah menjadi ramai saat mereka membuka pintu. pak tejo pelayan kepercayaan kakungnya ternyata sudah menunggu kedatangan mereka dengan ditemani beberapa orang pembantu disana

"gimana tadi di jalan, ndak ada apa apa to?" tanya pak tejo

"kita sih ndak, intan kayaknya yang liat sesuatu" bals bagus

dengan lembut pak tejo berjalan mendekati intan, aroma melati dari tubuh pak tejo semakin membuatnya mual karena semakin menyengat di hidungnya

"mual ya?" tanya pak tejo dengan cepat intan mengangguk

"wes ojo melu ndoro ku, kamu di kamar ujung ae, konco mu akeh ndok kono ya? (sudah jangan ikut tuanku, kamu di kamar ujung aja, temanmu banyak disana ya)" setelah itu pak tejo memukul pundak intan  sengan sedikit keras, namun anehnya rasa lelah yang teramat ia rasakan tadi seketika hilang dan mual yang ia rasakan tadi berganti dengan rasa kantung yang teramat, karena tak kuat menahannya intan jatuh di lantai yang membuat semua orang panik terkecuali pak tejo, ia hanya tersenyum dan mengelus puncak kelapa intan

"ndak papa, dia cuman tidur.... bawa ndoro ayu ke kamar lama ndoro lawas (nggak papa, dia cuman tidur.... bawa tuan ayu ke kamar tuan lama)" setelahnya tubuh intan dibopong oleh bima menuju kamar yang sudah di sediakan

"sayang sekali bocah secantik itu jadi korban leluhurnya yang haus dunia" bisik pak tejo diangguki oleh hary dan bagus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ijen (sendiri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang