BAB V: Bisikan

112 14 20
                                        

((Ayo dong guys komen hehe))


Dari dulu, Han Yujin tidak pernah suka berada di keramaian. Tidak sama sekali! Ia tidak suka melihat lautan manusia, Ia tidak suka melihat orang banyak bicara, dan Ia tidak suka berbicara kepada orang jika itu tidaklah penting atau perlu.

Sebut dia penyendiri atau semacamnya maka Ia tidak akan membantah, karena memang pada kenyataannya Ia benci melewati tahap bersosialisasi terlepas dari fakta bahwa manusia itu adalah makhluk sosial.

Lantas, apa yang membawanya mendekat kepada seorang Ricky Shen? Hingga Ia rela berdesakkan di tribun—bersama para gadis penggemar Seeker Slytherin itu— sore ini hanya untuk melihat anak itu berlatih Quidditch.

Setelah memutuskan untuk menepi dari sekumpulan gadis yang agresif karena efek pubertas tersebut. Yujin memilih berjalan lima meter ke kiri dan duduk di kursi kosong yang tak terjamah siapapun.

Ia mengeratkan syal bermotif garis berwarna gold-red dilehernya demi mejaga suhu tubuhnya tetap hangat. Apalagi saat ini sudah memasuki bulan November, dimana udara mulai terasa menggigit kulit karena menjelang musim dingin.

Matanya menangkap sosok pemuda berambut pirang berjalan memasuki lapangan Quiddicth dengan sapu terbang jenis Firebolt yang menawan ditangan kanannya. Aura kuat yang mengelilinginya seakan membuat semua pasang mata disana tertarik dan hanya mau tertuju padanya, lagipula, siapa yang bisa menolak pesona sang seeker slytherin tersebut? Jawabannya tidak ada!

Yujin masih memperhatikan Ricky hingga anak itu mulai berbaris di lapangan bersama timnya dan melakukan pemanasan sebelum memulai latihan. Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan segumpal kertas yang membungkus kue jahe yang ia sisihkan dari great hall setelah makan siang tadi.

Faktanya, Yujin masih memiliki setumpuk pekerjaan rumah dan beberapa urusan yang lebih penting daripada menonton latihan Quidditch anak slytherin sore itu. Tapi kembali lagi, Ia ingin melihat Ricky berlatih Quidditch, dan mungkin niatnya bertambah menjadi—ingin menemuinya sesudah latihan nanti(?)

"Baiklah! Semuanya bersiap diposisi masing-masing! Sore ini kita akan dibagi menjadi 2 tim! Per-timnya beranggotakan 3 orang, aku harap kalian memaksimalkan latihan sore ini karena minggu depan adalah pertandingan resmi kita melawan gryffindor!" Ucap kapten quidditch slytherin, Anthony Rowle.

Semua orang di lapangan mengangguk, mereka mulai memposisikan diri masing-masing. Dan tak lama peluit ditiup, pertandingan latihan pun dimulai. 


•••☆•••


Hari sudah hampir gelap, latihan Quidditch telah berakhir lima belas menit yang lalu. Ricky memilih untuk duduk sejenak di kursi panjang di terowongan bawah tribun ketika semua rekan setimnya pamit pergi ke asrama terlebih dahulu.

"Aku duluan, mate! Jangan terlalu lama menyendiri disini, sudah gelap, nanti si myrtle datang untuk menemani jiwa-jiwa kesepian" Louis—si keeper—berujar jahil sambil memberi tatapan menakut-nakuti, tapi percuma, karena Ricky tak terlihat terganggu sedikit pun.

"Ya ya...terima kasih peringatannya." Balas anak bermata tajam itu dengan cuek.

"Hahaha baiklah"

Setelah itu Louis menjadi orang terakhir yang pergi setelah melempar guyonan kepada Ricky, kini anak itu benar-benar sendirian di lapangan. Tidak ada orang, hanya ada suara desir angin yang kian menyentuh bagian kulitnya yang tak tertutup kain pakaian hingga melewati helaian rambutnya.

Disaat-saat hening seperti itulah dirinya menikmati waktu sendiri yang kadang tak dapat ia rasakan di dalam asrama, disana terlalu ramai dan berisik. Ricky bersandar pada dinding kayu dibelakangnya, sesaat, kepalanya yang terasa berat menjadi lebih ringan. Selanjutnya anak itu mencoba mengosongkan pikirannya dari hal-hal yang seharian atau bahkan beberapa hari ini berkecamuk di benaknya.

Marionette [zb1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang