"Selamat anda telah diterima pada jurusan xxx di universitas xxx"
Kalimat tersebut merupakan salah satu hal yang ditunggu-tunggu bagi para calon mahasiswa yang telah mendaftar diri menuju instansi universitas maupun perguruan tinggi tujuan pada hari pengumuman. Euforia kebahagiaan dan kesenangan tentunya tidak dapat dilepaskan bagi mereka yang sedang menjalani masa tersebut. Transisi status siswa menjadi mahasiswa yang sedang mengalami euforia penerimaan kuliah seringkali menumbuhkan lingkungan yang menjadi hustle culture dan fear of missing out (FOMO). Hustle culture, singkatnya merupakan sebuah lingkungan dimana tingkat persaingan tanpa batas dan kecenderungan untuk tidak berhenti untuk membatasi dalam mengikuti segala bentuk kegiatan yang diiringi dengan perasaan takut untuk tertinggal dengan yang lainnya.
Terdapat beberapa problematika yang seringkali dihadapi oleh mahasiswa baru yaitu:
1. Terlalu banyak ikut kegiatan organisasi, event, dan kepanitiaan
Sebagai mahasiswa baru (singkatnya maba), tentunya ada kecenderungan bagi setiap individu untuk mencoba segala hal baru yang berkaitan dengan kehidupan perkuliahan. Bagi penulis, memang sebenarnya tidak ada salahnya bagi mereka untuk mencoba hal tersebut, namun yang perlu digarisbawahi adalah apabila maba belum bisa membatasi kegiatan apa saja yang dapat mereka ikuti, yang terjadi adalah mereka akan kelelahan dalam mengikuti semua kegiatan tersebut tanpa memahami esensi dari tujuan kegiatan tersebut diadakan.
2. Belum dapat beradaptasi dengan kehidupan perkuliahan dengan baik
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, terdapat perbedaan mentalitas anak sekolah yang berada di Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa yang berada di Perguruan Tinggi. Perbedaan tersebut jelas terlihat pada letak tanggung jawab mahasiswa yang dibebani dengan tingkat tanggung jawab yang berbeda dengan dasar kesadaran masing-masing. Karena kesadaran setiap individu berbeda, maka setiap maba memiliki cara masing-masing agar dapat cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
3. Homesick
Bagi mereka yang berada dari luar daerah instansi kampus, maka artinya mahasiswa tersebut merantau menuju tempat tujuan dengan niat untuk belajar. Perasaan homesick atau ingin pulang ke rumah tentu pernah dirasakan oleh setiap maba. Tergantung bagaimana cara mengendalikannya, apabila hal tersebut tidak segera diatasi akan mengganggu kegiatan mahasiswa dalam belajar di kampus.
4. Belum memahami toxic culture
Toxic culture adalah sebuah lingkungan dimana hal-hal yang tidak baik dinormalisasikan oleh orang-orang sekitar meskipun hal tersebut adalah salah. Apabila mahasiswa baru tidak segera sadar, maka mereka akan segera terjebak dengan toxic culture tersebut dan akan cukup sulit untuk keluar dari lingkungan semacam itu. Kuncinya adalah dengan mengurangi perasaan ga enakan di pertama kali dan berani untuk mengatakan dengan jelas tentang penolakan ajakan.
5. Kurang memiliki motivasi yang jelas
Motivasi memiliki peranan yang penting di dalam menjalani kehidupan perkuliahan. Tentu saja motivasi setiap orang berbeda-beda, namun apabila tidak memiliki motivasi yang jelas hal ini dapat mengganggu proses belajar mahasiswa.
Dengan berbagai permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka sebenarnya semua hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan riset terlebih dahulu sebelum memasuki perkuliahan. Riset tersebut harus didasari perasaan ingin tahu dari dalam masing-masing individu karena dengan begitu mereka dapat menyusun rencana terlebih dahulu dan lebih mengenal situasi tempat kampus yang dituju. Pada bab berikutnya akan menjelaskan secara spesifik formula untuk menang dalam setiap kompetisi maupun lomba yang ingin untuk diikuti
KAMU SEDANG MEMBACA
College Student Guidebook
General FictionBuku saku ini merupakan panduan komprehensif yang dibuat khusus untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa di semua tingkat semester, dengan tujuan untuk membuka potensi mereka dan meningkatkan perjalanan akademik mereka. Ini adalah sumber daya berharga yan...