•
•
•
•
•Hasbi itu paling pendiam diantara ke-enam saudara lelakinya. Anak laki-laki yang masih berusia 15 tahun itu tak banyak bicara. Ia lebih sering berdiam diri tanpa harus repot ikut interaksi dengan banyak orang di luar sana.
Satu hal yang selalu Maru sesalkan dari Hasbi adalah sifat pendiamnya yang selalu mencelakakan anak itu.
Selama ini Maru pikir, dibalik diamnya Hasbi tidak ada masalah serius yang perlu Maru khawatirkan. Tapi ternyata Maru salah, ia kelepasan hingga membuat adiknya tersebut terjebak dalam bahaya.
Hari ini Maru terpaksa untuk meliburkan diri dari tempatnya bekerja, karena mendapatkan surat panggilan dari guru Hasbi.
"Silahkan masuk."
Suara seorang wanita menginterupsi Maru agar membuka pintu ruangan yang bertuliskan "ruang bimbingan dan konseling".
Maru memberi salam sopan pada guru yang duduk di kursi tunggal. Wanita berkaca mata itu mempersilahkan Maru untuk duduk di hadapannya.
"Kenapa selalu kamu yang datang setiap kali ada panggilan dari sekolah?" Tanya guru tersebut.
Maru diam beberapa saat. "Orangtua saya sibuk, Bu."
Tampak sang guru menghela nafas. "Apa kesibukannya sepenting itu sampai tidak mau memenuhi panggilan dari sekolah terkait anaknya sendiri?"
Bu kami tidak punya orang tua....
Maru ingin mengatakan satu kalimat yang sejak lama terbendung di dalam otaknya, ketika ada beberapa manusia bertanya mengenai keberadaan orangtuanya dan orangtua ke-enam adiknya.
"Nanti saya coba bujuk mereka, Bu."
"Harus. Karena saya ingin berbicara secara langsung dengan orangtua kamu," jawabnya secara tegas. Ia membenarkan kacamatanya yang sedikit menurun.
"Soal Hasbi, bagaimana cara orangtua kalian mendidik anak-anaknya?" Tanyanya penuh nada menyindir.
Maru menatap enggan pada sang guru, usai bertanya hal yang menurutnya cukup sensitif.
Iya. Maru dan adik-adiknya memang tidak pernah mendapat didikan langsung dari orangtua, karena mereka lahir pun tanpa sosok orangtua.
Tapi bukan berarti guru tersebut, orang asing dalam hidup Maru boleh menanyakan hal yang sama sekali tidak boleh dipertanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending
Teen FictionAkhir bahagia hanyalah milik mereka yang 'layak' hidup.