02. Our Scars

1.1K 193 294
                                    

Tahukah kamu? Cara baca Jarek itu Iyarek sementara Jan dibaca Iyan.

(n) Work ini pembahasannya lebih berat dan vulgar dibanding "GROUNDING". Jadi tolong perhatikan warningnya ya. Sikapi dengan bijak, yang buruk-buruknya jangan ditiru.





⚠️ TW // harsh word, blood, violence ,drugs, drunk, sex, etc. (17+) ⚠️






Sebagai seseorang yang mengaku tertua kedua, Jan membebat banyak luka dengan dalih tak kuasa memperumit suasana. Ia terlalu berego untuk membagi kekhawatiran yang bersarang dalam kepalanya. Mama menangis hampir setiap malam, berat badannya turun drastis sejak Fernanda Lages menyampaikan hal mengerikan mengenai keadaan Jarek, sementara papa entah mengapa jadi lebih mudah marah. Jan tak bisa tiba-tiba menyerobot diantara mereka dan mengiklankan drama kesengsaraannya yang tak seberapa.

Setidaknya, puluhan sekon lalu dirinya masih mampu berdiri meski yang ia pandang serasa bergoyang. Masih diberkati sepasang lengan untuk mengurus nestapa ─ralat! Untuk yang satu itu Jan tak dapat mengatasinya seorang diri. Maka beruntunglah papa sudi menyediakan pengawal pribadi hingga luka di punggungnya dapat diobati. Kendati rasanya cukup memalukan, dirinya harus mengiba perhatian dari orang yang bahkan bekerja hanya karena uang dan tuntutan. Jika tak terlahir sebagai keturunan setengah bangsawan, kemungkinannya saat ini ia akan total diabaikan.

Sebisa mungkin meminimalisir pergerakan sebab gesekan wol cukup ampuh membuat luka cambuknya semakin perih, Jan memejam saat lengannya tuntas menarik sweater dari lubang kepala. Sebatas itu, namun kedua lengannya kini pegal luar biasa. Hanya mampu meremat pinggiran sofa dan menggigit bibir dalamnya begitu pria yang menjadi pengawal pribadinya mengoleskan salep pereda nyeri, dalam posisi seperti ini pun ia harus membohongi dirinya sendiri ─cermin besar yang berdiri di sudut kamar memotret titik terendah kala Jan masih berusaha pongah.

Lelaki itu menoleh begitu mendengar ketukan langkah di lantai kamarnya. Pandangannya mendadak awas, dengan sekali sentakan ia menepis lengan sang pengawal yang baru akan mengobati baret di pundak kiri ─Jan praktis mendongak, menemukan kehadiran Jarek dari pantulan cermin disusul border collie yang nampak terengah-engah mengitari kakinya. Lilyan pasti mengikuti Jarek sampai ke lantai dua karena mengira tuannya tengah mengajaknya bermain kejar-kejaran.

Sejujurnya tak pernah terlintas niat untuk menghindar dari Jarek barang sekalipun, namun Jan juga tak menduga bahwa Jarek akan menemuinya tepat setelah sesi terapi tadi. Jarek berantakan, nampak plester menutupi bekas suntikan di atas nadi begitu lengan kanannya menjulur ─mengambil alih salep dari pengawal Jan.

Kosong beberapa saat ─selain Lilyan yang nampak bersemangat mengendus berbagai macam benda di dalam kamar Jan sebab ini adalah kali pertamanya bertamu sejak dibawa oleh Hainrich dari Polandia 3 bulan lalu, Jan enggan melantunkan lagam apapun sampai Jarek duduk di sampingnya. Menggantikan pekerjaan pengawal Jan begitu pintu kamar tertutup sempurna, menyisakan mereka berdua dengan seekor anjing yang kini merebahkan diri di dekat kaki sang majikan.

"Aku jatuh di lintasan," jelas Jan tanpa diminta. Berbeda dengan sebelumnya, lelaki itu bahkan sama sekali tak berekspresi saat gel bening dengan bau menyengat tadi menutupi tinta merah di balik punggungnya.

Mengamati ekor Lilyan yang bergerak menyapu lantai, Jan akhirnya paham mengapa anjing itu begitu menurut pada tuannya. Pembawaan Jarek tenang, Lilyan pasti memiliki bonding hingga mampu mengenali sukma Jarek dibanding Jan yang merasa gagal saat ini ─air wajah Jarek terlalu dalam untuk diselami.

LEVANTER || Jake Shim [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang