Namaku Meriska Cahyadi, ini kisah aku dua tahun kebelakang sejak pacaran dengan orang yang bernama Firnas biasa dipanggil Inas.
Inas itu orangnya posesif banget dan itu benar membuatku tersiksa. Dua tahun kulalui dengannya penuh dengan liku, tangisan dan kata-kata binatang sudah biasa terdengar diantara kami apalagi ketika konflik tak kunjung terselesaikan sepeti bisul lagi panas-panasnya.
Aku orangnya ngga suka dan sudi dibentak apalagi dimarahin, trauma mungkin ya. Dan itu kebiasaan Inas yang belum bisa atau tidak mungkin bisa dirubah. Lalu kenapa aku masih bisa bertahan dengannya?
Kata putus sudah biasa aku lontarkan saat emosi memuncak. Sebenarnya itu bukan satu-satunya keinginanku. Malah mungkin sebaliknya keinginanku untuk tetap bersama. Dia.
Jika seseorang berniat untuk pergi sejuta alasan pun tidak akan membuatnya kembali tapi jika seseorang memilih untuk tetap tinggal satu atau dua bahkan tidak memiliki alasanpun hanya harapan ia akan tetap bertahan.
Pernah sebulan putus tapi entah kenapa dia balik lagi dan aku terima. Yang terakhir tiga bulan dia pergi ngga ngasih kabar tapi akhirnya pulang dan ngajak aku nikah. Dan sekarang aku tengah mempersiapkan impian dan harapanku selama ini. Menikah dengannya. Inas.
Malam minggu ini aku habiskan dengan Inas biasa saja. Makan ke cafe dan ngobrol-ngobrol seputar pernikahan yang akan kami gelar dua bulan mendatang. Kesannya memang biasa saja, sudah tidak ada jarak antara kami. Namun jauh dilubuk hatiku yang terdalam ini adalah kebahagiaan yang tak terungkap. Seperti musim seketika menjadi semi, bunga-bunga bermekaran di jiwaku. Jatuh kedalam lamunan dan tersadarkan oleh Inas yang mulai meninggikan suaranya memanggil namaku
yang sedari tadi tak menjawab."Kamu lagi mikirin apa sih Ris?" tanya nya menelisik.
"Kan aku nyimak kamu." jawabku asal
"Oh. Jadi ini gini kita nanti kontak dekorasinya dulu pokoknya tanggal 15 minggu depan udah dapet dekorasinya yang aku dan kamu mau" Inas menjelaskan percakapan yang tertunda tadi, yang ada bagusnya dia tidak kepo akut seperti biasanya. Kalau sudah begitu mana bisa dia nerima semua jawaban-jawaban aku. Dari yang terjujur sampai terbohong sekalipun. Serem kamu Nas!.
Aku lanjut memperhatikan dia yang sedang menjelaskan sampai pelayan cafe datang memberi peringatan akan tutup mungkin dia baru selesai. Sebelum itu terjadi aku harus buru-buru masuk dan ikut bicara ke ceritanya. Memberi pendapat yang aku sudah tahu akan dia hiraukan. Tak apa aku harus mengalah, terlalu biru kali ini untuk dibuat menjadi merah.
Aku berhasil memperingatkan dia untuk cepat selesai dan pulang. Dijalan aku tak banyak bicara karena aku lelah sekali setelah menjalani akhir pekan lembur di kantor tadi, dua minggu sebelumnya tugasku dikantor digantikan Dita temanku dan tadi giliran aku menggantikan dia.
Malam ini memang tidak ada pertengkaran, dan semoga tidak akan pernah ada lagi dikehidupan aku dan Inas. Itu doaku setiap saat Nas. Andai kamu mengerti!
Butuh kritikan aku yang belum bisa nulis ini >_<
kalo ada salah-salah boleh banget komennyaa :* hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Berawal Luka
RomanceAku paling ngga bisa dibentak apalagi dimarahin. Bisa ngga kamu sedikit mempercantik emosi kamu itu supaya aku ngga kepancing!