Tiba saatnya hal paling dibenci orang-orang. Dia tidak berdosa bahkan terlalu lugu untuk menerima disalahkan. Senin.
Seperti sebiasanya senin yang pernah kutemui sejak dua bulan lalu. Macet, sibuk, semangat baru, apel singkat, benci, dan lainnya. Orang-orang disekitarku mulai sibuk dengan komputer dan pekerjaannya masing-masing termasuk aku. Telpon di mejaku berdering.
"Halo bu, Aku ke kantor bea cukai yang di Pahlawan ya." suara ramah seseorang yang sudah kukenal itu membuka percakapan singkat.
"Oke, balik sini jam berapa?" jawabku tak kalah ramah berbalik bertanya.
"Istirahat aku baru balik situ bu" jawabnya tambah ramah.
"Emang masih ada kerjaan disini? Kata Dinda nyantai tuh."
"Iya ngga ada buuu cuman....."
Tiba-tiba muncul suara tanda telponnya diputus. Aku tak terlalu menghiraukan dan kembali fokus pada pekerjaanku. Lalu smartphone ku bergetar singkat diikuti nada pop yang samar terdengar jika aku sedang tidak fokus. Aku melihat sekilas layar terlihat ikon percakapan masuk dipojokkannya. Lagi-lagi aku masih harus terus fokus pada pekerjaan, dan rasa penasaran belum muncul seperti biasanya.
Lima menit kemudian.
Aku membuka pesan tadi.Cuman mata aku gatel kalo ngga liat kamu.:D
Pesan singkat yang dikirimkan seseorang itu sontak membuatku geleng-geleng kepala geli dan tertawa kecil disela kesibukkan ini. Aku tahu siapa pengirimnya seperti tertera di head percakapan tersebut yang terlewatkan aku eja tadi. Dan aku membalasnya.
Wkwkwk si bapak ada-ada aja. Oke see you pak!
Aprian is typing...
Sadar pekerjaanku banyak hari ini, aku tak menghiraukan apa balasannya lagi dan fokus-fokus kembali bekerja.
Dua minggu yang lalu aku berkenalan dengan rekan kerja, dia bernama Aprian Prawira. Semenjak dua minggu itu kami biasa kontakan dan mengobrol disela jam istirahat.
Sebenarnya hal baru dan aneh dikehidupanku bisa menerima orang baru dengan mudah. Aku memang tipe orang yang supel dan mudah bergaul tapi jarang yang mengenalku lebih jauh dan lumayan lama seperti contoh si Aprian ini. Apalagi sejak hubunganku dengan Inas dua tahun lalu. Penilaian orang lain mungkin berubah dan menganggap aku ini pendiam.
Tidak tahu apa yang menjadi poin utama pertemananku dan Ian (panggilan Aprian) terjalin yang lumayan lama menurutku itu. Aku tak bisa menduga-duga yang jelas disini ditempat ini aku bekerja dan cemishtry dibutuhkan untuk menjalin kerja sama.
Aku akui atmosfirnya memang berbeda. Semenjak Inas pergi tiga bulan lalu aku mulai membuka banyak pertemanan dan sedikit membuka hati. Sampai Inas pulang tiga hari yang lalu entah kenapa hatiku serasa terkoyak antara bahagia Inas melamarku dan takut akan menyakiti hati seseorang.
Singkat biar banyak hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Berawal Luka
RomanceAku paling ngga bisa dibentak apalagi dimarahin. Bisa ngga kamu sedikit mempercantik emosi kamu itu supaya aku ngga kepancing!