Prolog

3 2 1
                                    

Aku terus dan terus berlari dari kejaran para Zombie gila. Aku berlari tak kenal lelah dan akhirnya aku melihat beberapa orang dari kejauhan

Satu orang berambut hitam, berbaju hitam dan celana putih yang penuh bercak darah, serta memegang sebuah pistol pun melihatku lalu pandangannnya beralih pada Zombie di belakangku

"Dor dor dor dor dor dor"

Aku yang merasa kaget sontak berlari lebih cepat untuk meminta bantuan dan untuk bergabung dan berjuang bersama dalam kesulikan ini...

Sesampainya di sana aku tersungkur lemah dan duduk di sana. Satu wanita berambut Blonde berlutut di depanku...

"You okay? Gak ada bekas gigitan kan?"

Aku yang masih susah untuk mengatur nafas pun hanya menggelengkan kepala dengan pelan.

"Morie, tunggu aku menghabiskan Zombie di sekitar sini lalu kita akan kembali ke markas... bawa juga anak baru itu." Ujar pria berambut hitam yang menembak Zombie di belakangku saat aku lari tadi...

Kemudian perempuan berambut Blonde itu mengangguk. Perempuan Blonde itu merupakan Morie... satu satunya wanita di tim ini sebelum aku bergabung.

Merasakan pusing, lemas karena belum makan dari pagi kemarin adalah hal yang melebihi wajar kan? Mataku menggelap dan buram. Jadi tubuhku seketika oleng ke sebelah kanan lalu pengelihatanku gelap gulita.

***

Tiba pada saat aku bangun... aku terbangun di sebuah tenda bersama Morie yang tengah tidur lelap. Aku membuka resleting tenda sedikit dan melihat bahwa ini malam hari.

Karena bingung dan tidak tau harus berbuat apa, aku pun tidur lagi...

1 menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, sampai 1 jam... aku belum bisa menutup mata. Mungkin karena aku terlalu lama pingsan? Mungkin.

Kemudian ada suara langkah kaki dari luar tenda lalu membuka resleting tenda dari luar.

Jantung ku berdegup kencang namun kembali lega saat melihat laki laki berambut hitam itu lagi.

"..."

"???"

"???"

"Kok belum tidur? Besok bangun pagi. Jam 4 subuh... sanggup lo?"

Aku kemudian mengangguk

"Aku gabisa tidur..."

"Oh. Kalo ga bisa tidur, mending temenin gw."

"Ngapain?"

"Ngegabut."

Laki laki itu pun menarik tanganku dengan paksa. Tangannya yang dingin mulai menusuk kulit ku.

Dia duduk di kayu di depan api unggun.

Aku melihat sekeliling. Ini tempat besar yang hanya di tempati oleh warga yang selamat. Tempat yang dibatasi dengan dinding tinggi yang mengelilingi wilayah (kayak di Attack On Tittan itu). Aku merasa nyaman dan aman di sini.

"Nama lo siapa?" Tanya laki laki muda tersebut.

"[y/n]. Kamu?"

"Aaron."

"O."

"Hm."

Sampai dia mengantuk, dia pun menyuruh ku balik ke tenda ku dan tidur. Begitu juga dengannya.

***

Paginya... aku bangun saat Morie membangunkan ku lalu berkata... "Pagi. Nanti kalo kamu di tanya sama warga sekitar bilang aja gini: "Aaron yang membawaku ke sini" gitu yaa..." Ujar wanita nan gembira si pagi hari.

"Oke..."

Kembali mendengar aktivitas di luar tenda... kali ini lebih ramai dari  yang semalam. Kini semua orang sudah bangun dan akan segera melakukan tujuan mereka untuk hari ini...

Aaron tiba tiba membuka resleting tenda dengan lebar. "Ayo siap siap. Oh iya... [y/n], nanti kalo di tanya kamu siapa bilang aja kalo kamu anak baru yang diajak sama aku ya..."

"O-oke..."

Kemudian aku mandi di kamar mandi dekat sumur. Dan setelah mandi, aku kembali berkumpul dengan Aaron, Morie dan rekan yang lain. Ada juga dari tim lain... namun mereka menjadikan ku pusat perhatian mereka.

Lalu seorang laki laki yang kurang lebih berumur 40-50, menghampiriku.

"Siapa kamu?" Katanya dengan mata sinis nya memandangku dari atas ke bawah kemudian kembali ke atas lagi.

"S-saya [y/n], anak baru yang diajak Aaron kesini..."

Aku tersenyum pasrah dengan tangan ku yang sedikir gemetar namun Morie yang di sebelahku menggenggam tanganku erat erat dan mengelus tanganku menggunakan ibu jarinya

"Kamu ada izin sama saya? Kamu gak tau saya siapa? Saya ini kepala wilayah ini! Ngerti kamu? Kamu gak bisa asal masuk! Dasar anak sialan."

"M-maaf pak."

Aku sedikit menunduk dan melihat Aaron yang sedang menatapku dan si kepala wilayah.

Aaron mengacungkan jempol di tangannya lalu menurunkan tangannya lagi.

***

"[y/n], aku bisa minta tolong?" Kata Aaron.

"Sure... Why not? What's your problem?"

"Kamu jadi mata matanya pak kepala bisa?"

"Eh?" Aku mengatakannya dengan sedikit terkejut dan tidak mau menerimanya.

"Just tell me... Can you?"

"N-no... aku takut nanti dia curiga sama aku..."

"Aku bakal tanggung semuannya."
...

Tbc

Ready To Die? [Oc x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang