4. Rumah

136 21 4
                                    

Kata orang tempat ternyaman untuk pulang adalah rumah. Tapi sayangnya tidak semua rumah bisa di jadikan tujuan untuk pulang. Tidak semua rumah bisa menjadi tempat berlindung dari kejamnya dunia yg mulai semakin angkuh. Dan tidak semua rumah bisa disebut rumah.

"Berikan padaku."

Earth yg baru saja membuka kotak putih pemberian Bible siang tadi di kejutkan dgn Bass yg tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi.

Bass, pria berusia 25 tahun yg tidak lain adalah kakak tiri Earth. Dia adalah anak bawaan dari wanita yg kini di peristri oleh ayah Earth setelah perceraiannya dgn ibu Earth beberapa tahun yg lalu.

Awalnya Earth merasa senang karena akhirnya dia memiliki saudara lain yg bisa dia panggil dgn sebutan kakak. Namun sayangnya, bayangan menjadi adik yg slalu di sayangi oleh sang kakak harus Earth singkirkan jauh jauh.

Kakak tirinya itu tidak pernah sedikitpun menyukai Earth sejak hari pertama mereka menjadi keluarga. Bass semakin membenci Earth ketika mengetahui jika pria yg selama ini dia sukai ternyata lebih memilih memberikan hatinya pada Earth. Ibarat api yg terkena angin kencang, bukannya meredah justru kebencian Bass pada Earth semakin membara.

"Tapi Bible baru saja memberikannya padaku."

Parfum yg berada di tangan Earth tadi pun kini sudah berpindah pada Bass. Itu adalah hadiah dari Bible karena mengetahui jika parfum milik kekasihnya baru saja terjatuh dan pecah.

"Dan aku menginginkannya."

Earth bangkit dari duduknya untuk mendekati Bass yg berdiri sedikit jauh darinya. Ini bukan pertama kalinya Bass mengambil sesuatu yg di berikan Bible pada Earth.

Apa Bible mengetahui hal itu?

Tidak, Bible hanya tau jika hubungan kakak adik itu belum terlalu akur sebagaimana wajarnya saudara tiri yg bertemu ketika sudah sama sama dewasa. Earth tidak pernah sekalian mengadu pada Bible tentang bagaimana buruknya dia di perlakukan oleh kakaknya. Earth slalu merasa perlakuan tidak baik yg dia terima memang semata-mata salahnya karena dia telah merebut pria yg sudah lama di sukai oleh kakaknya. Dia pantas meneremia itu semua.

"Kenapa kau pelit sekali pada kakak mu, hah? Kau bisa memintanya lagi pada Bible nanti."

Bukannya mengembalikan apa yg harusnya menjadi milik Earth, Bass justru semakin marah pada Earth.

"Aku sudah mengincar ini sejak lama, sial sekali kau mendapatkannya lebih dulu. Aku akan menyimpan ini untukku."

"Kak, tapi itu milikku."

Belum sempat kakinya melangkah pergi, Earth kembali menahan tangan Bass. Meskipun sedikit takut, setidaknya Earth harus sedikit berusaha mempertahankan apa yg menjadi miliknya sejak awal. Bass berbalik menatap tajam Earth yg sudah hampir menangis disana.

"Sudah ku katakan kalau aku menginginkannya."

Bass mencengkeram tangan Earth yg memeganginya sebelum menghempaskannya secara kasar hinggah tangan mungil itu menabrak dinding di sampingnya dgn keras. Earth hanya bisa mendesis pelan menahan rasa sakit pada punggung tangannya. Sementara Bass sudah melenggang pergi membawa sesuatu yg berhasil dia rebut dari adik tirinya.
.
.
.

"Ada apa dgn wajah itu?"

First yg baru saja memasuki cafe seketika membelokkan langkahnya untuk menghampiri Build yg sedang menumpuh dagunya di atas salah satu meja cafe. Wajahnya terlihat lesu tidak enak untuk dipandang. Tidak biasanya menurut First.

Build hanya melirik bossnya itu dgn malas lalu menjatuhkan wajahnya dgn keras ke atas meja hingga membuat pria yg berdiri disampingnya itu terkejut. Pasti dahinya sudah memerah sekarang karena benturan itu.

𝕋𝕣𝕒𝕚𝕥𝕠𝕣 || 𝓑𝓲𝓫𝓵𝓮𝓑𝓾𝓲𝓵𝓭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang