Awan mendung yang ada di langit akhirnya turun menjadi hujan. Suara hujan terdengar sangat jelas dari dalam gedung futsal. Siswa kelas A dan B terpaksa menggunakan lapangan indoor karena lapangan luar sedang dipakai oleh kelas lain.
"Oper ke sini, Lucas!"
Lucas, seorang siswa dari kelas A, menendang bola yang diberikan padanya ke gawang lawan.
"Gol!" teriaknya.
Semua pemain futsal kelas A melakukan selebrasi dengan meriah. Ini kemenangan yang unggul dari kelas A. Apalagi Lucas sudah berhasil mencetak 3 gol.
"Aaaaargh!"
Di tengah keseruan itu, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang sangat kencang. Mereka mencari sumber suaranya, mengira itu salah satu murid yang ada di dalam gedung. Tetapi ternyata suara itu berasal dari luar gedung.
Lucas berlari ke pintu utama gedung untuk melihat yang terjadi di luar.
Keadaan di luar sangat kacau bahkan ada darah di mana-mana. Beberapa siswa berlarian menuju gerbang sekolah yang tertutup rapat. Beberapa siswa mengejar siswa lainnya dan terlihat seperti menerkam mereka.
Untuk memastikan yang terjadi, Lucas menajamkan penglihatannya. Dia melihat keanehan pada siswa yang mengejar siswa lainnya yaitu mata mereka berwarna putih, dan ada urat nadi terlihat jelas di leher serta wajah mereka.
Lucas masih syok melihat pemandangan mengerikan itu. Hingga tiba-tiba seseorang menariknya untuk masuk ke dalam gedung.
"Apa yang kau lakukan! Jangan keluar!"
Lucas tersentak kaget. Dia melihat nama yang tertera di pakaian siswa itu, Maksim.
"Bantu aku untuk menutup pintu ini," kata Maksim.
Lucas bergegas membantu Maksim untuk menutup pintu gedung bersama dengan siswa lainnya. Mereka juga menutup semua akses ke gedung karena arahan dari Maksim.
Belum ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi kecuali Maksim. Siswa itu awalnya izin untuk pergi ke kelas B untuk berganti sepatu. Karena hujan, Maksim meminjam payung di loker peminjaman. Akan tetapi tiba-tiba suasana menjadi ricuh. Saat dia mengetahui siswa lain saling memburu, dia berlari menuju lapangan dan bertemu dengan Lucas di depan pintu gedung.
Semua orang berkumpul di tengah lapangan. Rasa takut itu bisa dirasakan oleh semua orang termasuk Lucas. Dia telah menyaksikan secara langsung bagaimana brutalnya siswa saling membunuh. Kejadian ini mirip seperti mimpi buruk Lucas dan film-film fiksi ilmiah yang Lucas tonton.
Di tahun 2100, zombie dan semacamnya bukan hal yang digandrungi lagi untuk dibicarakan. Masyarakat lebih banyak membicarakan tentang pemanasan global, pengembangan teknologi, dan penguatan internet. Virus semacam ini sudah tidak tenar lagi. Namun ternyata mimpi buruk Lucas menjadi kenyataan.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Lucas, Maksim?" tanya Dasha, guru olahraga mereka.
Lucas menunjuk pintu utama gedung. "Di luar, siswa saling membunuh. Mereka menggigit satu sama lain."
"Maksudmu mereka menjadi zombie? Apakah ini prank?" tanya Nickolai, seorang siswa dari kelas A, yang tidak memiliki hubungan baik dengan Lucas.
"Kurang lebih seperti itu. Aku melihat orang-orang berlarian, saling menggigit, dan darah di mana-mana. Mustahil jika itu prank," jawab Lucas.
Penjelasan dari Lucas menambah panik semua orang. Mereka kembali dihantui ketakutan mengenai virus yang membuat orang berubah menjadi mayat hidup.
"Aku tau kau suka menulis, tapi imajinasimu sudah berlebihan," seorang siswi bernama Valery menyahut. "Ini sudah tahun 2100, tidak ada hal semacam itu. Lagipula kita semua sudah mendapatkan vaksin untuk melindungi diri kita dari ancaman virus tersebut."
"Tapi itulah yang aku lihat. Di luar sana sangat kacau," tegas Lucas.
"Cukup berdebatnya anak-anak. Sekarang aku ingin mendengar penjelasan dari Maksim. Apakah yang dikatakan Lucas memang benar, Maksim?" tanya Dasha. Dia menghentikan perdebatan agar tidak terjadi perkelahian antara Lucas, Nickolai, dan Valery.
Maksim mengacak-acak rambutnya. "Yang dia katakan memang benar. Saat aku mengambil payung untuk ke sini, semua orang tiba-tiba berlarian tanpa arah." Maksim menghirup napas dalam. "Di koridor menuju kantin, aku melihat sendiri seorang siswa telah berubah bentuk dan menggigit siswa lainnya. Itu sangat menyeramkan."
Kini Nickolai dan Valery terdiam. Mereka mulai mencerna kebenaran situasi ini. Bagaimanapun Maksim adalah ketua perkumpulan siswa di angkatan mereka, jadi kecil kemungkinannya dia berbohong. Sayangnya mereka lebih percaya Maksim daripada Lucas karena Lucas yang memiliki hobi menulis. Mereka menganggap Lucas mengarang cerita padahal memang kenyataannya seperti itu.
"Apa yang akan kita lakukan, Bu?" tanya Lucas kepada Dasha.
"Sementara ini, tidak ada yang boleh keluar dari gedung ini, mengerti?"
Semua siswa kompak menyetujui usulan itu. Mereka juga mencoba menghubungi teman dan keluarga yang berada di luar sekolah, tapi sinyal tidak tersedia.
Bukan hanya itu, lampu gedung juga mati yang membuat suasana semakin mencekam.
Semua ini benar-benar mirip dengan mimpi Lucas. Mulai dari internet, lampu, dan virus, Lucas masih mengingatnya dengan jelas di mimpinya.
"Apa lagi yang kau lihat di luar sana?" tanya Valery.
Lucas melihat teman-temannya. "Kalian bertanya padaku padahal kalian tidak mempercayaiku?"
Dasha mendekati Lucas. "Lucas, maafkan kami karena tidak mempercayaimu tadi. Tapi sekarang bisakah kau menjelaskan keadaan di luar sana kepada kami?"
Lucas sempat merasa senang karena ada virus di luar sana karena artinya orang-orang yang mengganggunya juga berkurang. Sejujurnya dia benci dengan orang-orang yang tidak mempercayainya.
"Orang-orang yang ada di lapangan berubah, tetapi mereka yang berjalan di koridor tidak. Satpam yang di dalam posnya juga tidak berubah," jelas Lucas. Itulah keanehan yang Lucas sadari ketika dia melihat kekacauan di luar sana. Lebih tepatnya orang-orang yang terkena air hujan yang berubah, sedangkan mereka yang tidak terkena air hujan baik-baik saja namun mereka diburu oleh orang yang lebih dulu terpapar.
"Kenapa aku tidak menyadarinya? Aku membawa payung ke sini, jadi aku tidak terkena air hujan dan aku tidak berubah," jelas Maksim.
Semua orang refleks menjauhi Maksim. Mereka memasang wajah curiga karena takut Maksim ikut berubah.
"Perubahannya sangat cepat, dan kurasa dia tidak terpapar," jelas Lucas terhadap kondisi Maksim.
"Tapi dia berkemungkinan untuk berubah," bantah Valery. "Apakah kalian tidak takut jika dia menggigit kalian menjadi makhluk mengerikan di luar sana?"
Valery berhasil membangkitkan ketakutan yang sempat mereda. Semua orang saling beragumen. Ada yang menyuruh untuk mengurung Maksim dan Lucas di toilet karena mereka berkemungkinan terpapar. Namun ada juga yang diam tidak berpendapat.
Banyak yang berpikiran bahwa Maksim mungkin sudah tergigit dan Lucas terkena percikan air hujan karena dia sempat keluar. Sehingga mereka sangat takut jika Lucas dan Maksim berubah sewaktu-waktu.
Lucas yang sudah muak dengan semua teman-temannya pun bangun dari duduknya. "Kami akan masuk ke toilet. Tunggu lima hingga sepuluh menit. Jika kami terpapar, maka kami akan berubah. Tapi jika kami tidak terpapar, kalian tidak berhak mencurigai kami lagi," jawab Lucas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Project
Science FictionSekelompok pemuda yang dipimpin oleh Lucas berusaha menyelamatkan dunia dari kehancuran yang disebabkan oleh Virus Pandora. Mereka berusaha bertahan hidup di tengah kehidupan manusia yang hampir punah dan mencoba mencari solusinya. Namun tidak hanya...