Terpapar

6 1 0
                                    

"Argh!" Mayat hidup itu tahu bahwa Lucas mengintipnya melalui celah ventilasi kaca di toilet.

Lucas memundurkan langkahnya saat dia bertatapan dengan siswa yang sudah berubah menjadi makhluk menyeramkan itu.

Lucas dan Maksim telah berada di dalam toilet selama delapan menit karena semua orang curiga mereka telah terpapar.

"Kau tidak perlu melihat mereka jika takut," ucap Maksim.

"Aku penasaran kenapa mereka bisa berubah seperti itu. Jika memang air hujan yang membuat mereka berubah, apa kau yakin bahwa kau tidak terkena air hujan saat menuju ke gedung ini?" tanya Lucas. Sebenarnya Lucas juga menyimpan rasa takut terhadap Maksim karena meskipun memakai payung, sangat besar kemungkinannya Maksim untuk terkena percikan air hujan.

"Aku baik-baik saja hingga sekarang, itu artinya aku tidak terkena air hujan atau terpapar virus itu."

Sepuluh menit sudah mereka berada di dalam toilet dan tidak terjadi perubahan apapun. Mereka benar-benar tidak terpapar virus.

"Kalian bisa keluar," ucap Valery, orang yang memiliki ide untuk mengurung mereka.

Semua orang lega karena di dalam gedung ini tidak ada bahaya yang mengancam lagi. Akan tetapi, bagaimanapun mereka harus keluar dari gedung ini secepatnya. Walaupun keadaan di luar sangat kacau, bertahan di dalam gedung ini tanpa makanan dan listrik juga bukan hal yang mudah dilakukan.

"Bu, kita harus keluar dari sini dan mencari pertolongan," ucap Lucas begitu bertemu dengan Dasha.

"Aku tidak yakin untuk membawa kalian semua keluar. Terlalu berbahaya," jawab Dasha.

"Kita tidak tahu kapan makhluk itu bisa masuk ke gedung ini." Lucas menunjuk beberapa ventilasi di gedung. "Kita juga belum tahu pasti bagaimana mereka bisa menjadi seperti itu. Bagaimana jika ternyata virus atau apapun itu bisa ditularkan melalui udara juga? Bukankah artinya kita semua yang ada di sini berkemungkinan untuk tertular dan menulari?"

"Jangan membuat semua orang jadi panik!" ucap Valery memperingatkan.

"Baiklah kita akan melakukan diskusi," ucap Dasha memutuskan. "Semuanya duduk membentuk lingkaran besar. Kita akan melakukan voting. Lucas, kau bantu aku."

Semua siswa membentuk satu lingkaran besar dengan Dasha dan Lucas di tengah-tengah. Ini cara yang paling adil untuk menentukan keputusan saat ini.

"Adakah yang memiliki solusi atas kejadian ini?" tanya Dasha.

Satu murid mengangkat tangan. "Aku rasa kita harus menunggu di sini sampai bantuan datang."

Murid lain juga mengangkat tangan. "Aku setuju dengan Lucas untuk keluar dari gedung ini. Dengan diam saja kita hanya memiliki satu kemungkinan yaitu diserang oleh mereka. Jika kita melakukan sesuatu, kita punya dua kemungkinan."

Banyak lagi pendapat yang keluar, tetapi intinya ada dua pilihan besar, yaitu bertahan di gedung hingga bantuan tiba dan keluar untuk mencari bantuan.

"Oke, ada dua keputusan yang akan kita pilih. Jika kalian setuju pada pilihan pertama untuk menunggu bantuan datang, silahkan angkat tangan. Tetapi jika kalian tidak setuju pada pilihan pertama dan memilih pilihan kedua, kalian cukup diam." Dasha memberikan arahan kepada Lucas untuk berhitung.

"Satu, dua, tiga... silahkan pilih kedua opsi tersebut," ujar Lucas memberikan arahan.

Dari 40 orang siswa yang ada di gedung, 20 siswa mengangkat tangan.

"Lihat, mereka sebenarnya tidak ingin membahayakan diri mereka untuk keluar," ucap Nickolai yang juga mengangkat tangan.

"Kita imbang," ucap Lucas. Semua orang melihatnya. "Aku tidak mengangkat tangan, artinya aku tidak setuju pada pilihan pertama. Suara untuk pilihan pertama dan kedua seimbang," lanjutnya.

"Baiklah kita adakan tiga pilihan," ucap Dasha. Sebagai guru dia sangat bingung menentukan pilihan yang terbaik untuk saat ini.

"Aku memiliki usul pilihan yang ketiga," ujar Lucas. "Pilihan ketiga adalah tanpa pilihan. Jika kalian tidak tahu harus memilih pilihan pertama atau kedua, pilihlah pilihan kedua."

"Bagaimana kita akan membedakan pilihan satu, dua, dan tiga?" tanya Maksim.

"Bagi kalian yang memilih pilihan pertama tetap angkat tangan, pilihan kedua silahkan berdiri, dan pilihan ketiga tanpa mengangkat tangan," jelas Lucas.

"Baiklah, kita mulai sekarang," ucap Dasha.

Saat sudah dilakukan perhitungan, sebanyak lima orang memilih pilihan ketiga.

"Pilihan terbanyak adalah pilihan kedua, itu artinya kita pergi mencari bantuan," ucap Lucas membacakan keputusan.

Terlihat jelas ketakutan di wajah orang yang memilih pilihan pertama. Sebenarnya mereka tidak ingin mengambil risiko dengan keluar dari gedung, tapi mereka menginginkan hasil yang terbaik yaitu segera selamat dari makhluk-makhluk itu.

"Lucas, Maksim, Valery, dan Nickolai, sebagai ketua kelas dan wakil ketua kelas, aku meminta kalian untuk melihat dari empat sisi yang berbeda tentang kondisi di luar sana. Kalian bisa?" tanya Dasha.

"Bisa," jawab mereka serempak.

Mereka berpencar menuju masing-masing arah. Lucas ke arah barat, Valery ke utara, Nickolai ke timur dan Maksim ke selatan. Karena deretan tembok di sebelah barat tertutup oleh toilet, mau tidak mau Lucas harus masuk toilet lagi.

Lucas menaiki wastafel untuk melihat ke lubang ventilasi yang tertutup oleh kaca. Dia melihat siswa yang sudah berubah menjadi mayat hidup berseliweran. Mereka ada di sekitar gedung.

Saat Lucas sedang fokus mengamati keadaan di luar, dia tidak menyadari bahwa atap toilet di atasnya berubah warna lebih gelap karena tergenang air hujan. Alhasil air hujan itu menetes dan mengenai pipi Lucas.

Untuk sesaat Lucas terdiam di tempat. Dia melihat ke atas dan buru-buru untuk turun. Lucas ketakutan sendiri dan langsung melihat dirinya di kaca.

Lucas takut dia berubah menjadi mayat hidup seperti orang lain di luar sana.

Beberapa kali Lucas mengecek leher dan wajahnya. Hingga tiba-tiba penglihatan Lucas menjadi buram.

Lucas tidak ingin berakhir seperti ini. Dia tidak ingin menjadi mayat hidup. Oleh sebab itu dia berusaha bertahan menjaga kesadarannya dan mengunci toilet. Siapapun tidak boleh masuk ke toilet atau dia akan ketahuan.

Lucas memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Ini adalah reaksi dari virus yang mulai menyebar. Virus menyebar dengan sangat cepat ke seluruh tubuh Lucas. Samar-samar Lucas melihat urat di leher dan wajahnya.

Saat itu terjadi, Lucas tau bahwa dia tidak bisa menghindar.

Lucas kehilangan kesadarannya dan tergeletak di lantai.

Pandora's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang