BAB 1: Pigura Hangat di Dalam Ruangan Dingin

1 0 0
                                    

Rok biru gelap yang dihiasi dengan renda hitam menari di atas alunan melodi sol sepatu yang tipis. Kaki para wanita ini tidak berhenti bergerak semenjak matahari terbit untuk melayani seluruh anggota keluarga kerajaan. Membangunkan, menyiapkan air panas, tata rias, menata rambut, mereka bertanggung jawab untuk segala kegiatan anggota kerajaan. Mereka adalah pelayan, beberapa dari mereka sudah terbiasa melihat tubuh anggota keluarga kerajaan tanpa dibalut kain. Semua hal harus dilakukan dengan sempurna, dan pekerjaan ini adalah pekerjaan yang sangat terhormat bagi para wanita di sana. Melayani keluarga kerajaan, adalah anugerah yang memiliki tanggung jawab berat.


Bulu mata yang ringan dan indah itu bergetar menampung sinar matahari yang menembus masuk jendela. Tidak tahan dengan beratnya butiran sinar yang tertampung, suara erangan penolakan menggeliat keluar dari celah bibirnya yang sedikit pucat. Jari-jarinya yang panjang dan seputih susu mengambang di udara, belahan matanya yang perlahan akan terbuka. Pupil coklatnya mengatakan selamat pagi pada sinar matahari. Rasa kantuknya hilang seutuhnya, wanita cantik itu mengangkat tubuhnya dengan lembut, menatap jendela yang terbuka.Duduk di atas ranjang yang besar yang didominasi oleh warna putih, dengan tiang yang dilapisi ukiran padi yang terbuat dari emas, serta gorden yang sudah terbuka menyerap cahaya matahari hingga membuanya mengkilap dan terasa licin. Sinar matahari juga dengan santainya meluncur licin di rambut bergelombang yang ditumpahi oleh cat coklat di beberapa helai rambut gadis itu. Partikel-partikel yang bersinar berkumpul di kulitnya yang putih, memancarkan cahaya mutiara yang indah.


"Tuan Putri," Gadis itu mengalihkan perhatiannya dari hangatnya matahari, kedua ujung bibirnya terangkat lebar dengan warna merah yang pudar. Pupilnya memancarkan kilatan garis lurus dengan bulu matanya yang lentik dan panjang. Dengan wajah cerah, dia menatap pelayan pribadinya yang merupakan wanita yang sudah bertemu dengan angka 64. Namun, wajahnya hanya dinodai oleh garis-garis kecil, seluruh fitur wajahnya tetap menopang dengan baik, sangat tegas, dan tatapannya sangat kuat. Dengan penuh hormat, wanita itu menundukkan tubuhnya pada Ha Noon, "Tuan putri, airnya sudah siap."

Ha Noon mengangguk tenang, dan tubuhnya dengan lambut ditarik keluar ranjang. Dengan langkah lembut dan berwibawa, Ha Noon membawa tubuhnya menuju pemandian pribadinya. Mom Suri, yang merupakan kepala pelayan istana sekaligus pelayan pribadi yang mengurus semua kebutuhan Ha Noon, mengikuti langkah Ha Noon tanpa tergesa-gesa. Ini adalah salah satu kode etik bagi para pelayan di istana. Mereka harus lincah, dan melakukan segala pekerjaan mereka dengan sempurna. Mereka harus gesit, dan cepat, harus mempersiapkan segalanya dalam waktu yang singkat. Namun, ketika berada di hadapan keluarga kerajaan, mereka harus memiliki ketenangan, dan melakukan segalanya dengan perlahan, melayani dengan hati dan pikiran yang dingin.

Ha Noon menghela napas lembut dan kedua matanya terpejam ketika air hangat yang tenang menyerap ke dalam kulitnya, serta aroma menenangkan rosemary membuat seluruh tubuhnya menjadi ringan. Bak mandi itu bentuknya lonjong, dan di setiap sisinya truukir rangkaian padi yang terbuat dari batu jamrud dengan perak sebagai garis terangnya. Ha Noon membiarkan para pelayan muda melakukan lulur pada kedua tangannya, dan membersihkan rambutnya dengan aroma rosemary yang lembut.

Bulu matanya yang lentik terbuka lembut, dan dia memperhatikan satu per satu pelayan pribadinya yang menunggunya selesai mandi. Berhenti pada pelayan terakhir, keningnya berkerut, matanya menyipit menatap curiga pada setiap wajah pelayannya. "Dimana Ruri?"

Pelayan yang memijat tangan kanannya seketika merasa tegang dengan pertanyaan ini, jari-jarinya berhenti untuk sesaat, lalu dia mencoba untuk menahan rasa gugupnya, dan jari-jarinya kembali memberikan pijatan lembut di tangan Ha Noon. Ha Noon dengan mudah menangkap kegelisahan ini, dia menarik tangannya dan menatap pelayan itu dengan tajam, "Kupikir kau tahu sesuatu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ha NoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang