Hujan Pertama Setelah Kemarau Panjang

9 0 0
                                    

Hujan Pertama Setelah Kemarau Panjang

Aku merindukan hujan sama seperti aku merindukan caranya bernafas. Udara yang aku hirup hanya kekeringan, hanya desah angin yang kasar menyibak wajah, kesengsaraan, rasa sakit yang utuh. Mangkanya saat hujan di bulan oktober ini datang aku seperti tersiram dan ikut basah dengan keadaan paling mekar paling ceria dan bahagia. Dan aku masih menantimu di ujung sana, menanti kaki mungilmu akan menapaki lapangan yang luas dan menari menantang hujan, kita bermekaran bersama.

Berbulan-bulan kemarau menelan rasa bahagia. Tidak ada udara yang ramah, udara yang sedikit basah yang menyambut pelan paru-paruku meski yang telah duluan basah adalah paru-paruku itu sendiri. Seringnya aku menemukan orang-orang seperti merintih seperti terluka seperti tangisan mengerang dalam penderitaan. Musim kemarau telah banyak membawa kejujuran dan secara kasar melucuti manusia. Aku menghitung hari demi hari dari mulai bulan pertama kemarau tiba, menurutku menghitung penderitaan lebih mudah dibanding menghitung rasa bahagia. Tapi seringkali rasanya tidak ada beda. Sengsara adalah kebahagiaan, sengsara dalam kebahagiaan adalah kebahagiaan.

Dan mungkin itu yang membuatku tidak merasakan apa-apa lagi ketika hujan pertama itu muncul selain rasa bahagia. Karena kesengsaraan saat menungggu hujan adalah kebahagiaan yang utuh. Dan begitu hujan menyapa, dia tahu betul aku sudah lama menunggu dia jatuh dan membasahi aku. Aku akan bahagia.

Hujan itu akhirnya jatuh, walau sebentar dan tidak lebat. Mungkin baginya sudah datang dan melihat aku saja sudah cukup. tak lama hujan itu pergi lagi, dan kali ini aku tidak bersedih, sebab setelah ini aku akan menyambut kesengsaraan dalam menunggu hujan itu lagi dan itu artinya aku akan bahagia lagi.

Disebuah cerita yang dulu, aku tidak perduli mana hujan mana kemarau. Cuman setelah aku melihat wanita muda yang menari-nari seperti dia ikut mekar dan ceria dan bahagia setelah disiram hujan, aku jadi penasaran apakah manusia bisa semekar itu? Maha dahsyat hujan dimataku saat itu. Aku ikut berjalan ketengah hujan, payung ditangan kananku sudah kubiarkan terbang, biar dia juga ikutan mekar, kupikir. Kaki ku perlahan mulai berlari kecil rasa basah dan lembab di sekujur tubuh sudah aku telan dengan bahagia "ahh beginikah rasanya mekar?". Perlahan mataku terbuka memperlihatkan disekelilingku sudah banyak manusia yang bermekaran. Maha dahsyat hujan.

Lihatlah dunia kala hujan tiba, karena manusia yang paling bermekaran paling ceria dan bahagia akan berserakan.
Dan sesekali menarilah, biarkan dirimu tersiram dan basah. Jangan hanya melihat manusia paling bermekaran.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hujan Pertama Setelah Kemarau PanjangWhere stories live. Discover now