1

2.7K 18 0
                                    

Setelah tamat kuliah, aku pindah ke apartemen baru dan tidak lama setelahnya bertemu dengan pacarku Becky. Aku adalah pria biasa saja, bukan tipe yang sangat menarik, jadi aku sangat beruntung bisa mendapatkannya. Pada awal perjumpaan kami, Becky berusia dua puluh lima dan sangat menawan. Dia memiliki hidung mungil yang lucu, senyum mematikan, dan rambut cokelat panjang yang selalu dikuncirnya dalam ekor kuda. Dia banyak berolahraga dan tubuhnya menunjukkan semua usaha kerasnya itu. Pacarku itu memiliki pantat mungil nan kencang serta otot perut yang kencang. Lingkar dadanya C, dengan buah dada yang penuh dan bundar, menonjol dengan indah di tempat yang tepat dan ditambah dengan puting merah muda yang kenyal sebagai pemanis. Kala pertama kali melihatnya telanjang, aku nyaris saja kelepasan menembakkan benihku hanya karena melihat keindahan dirinya.

Enam bulan kencan kami berjalan, teman sekamarku pindah dan melalui Craigslist aku menemukan yang baru. Namanya mark. Dia adalah seorang karyawan bank khusus untuk mencari nasabah investasi yang seusia denganku, dan setelah beberapa kali bertemu dia tampaknya cukup baik untuk menjadi teman sekamar.

Saat pertama kali dia bertemu Becky, sejujurnya, aku sedikit khawatir. Dia baru saja selesai memindahkan barang-barangnya ketika pacarku muncul, dan Mark tidak sedang memakai atasan apa pun ketika dirinya balas menyapa Becky. Saat itulah aku baru menyadari betapa berototnya rekan sekamarku yang baru. Becky tentu saja menyadari hal yang sama. Ketika mereka akhirnya berjabat tangan, dia memperkenalkan diri dengan suara yang melirih dengan mata yang memandangi pria itu naik dan turun. Mark melakukan hal yang kurang lebih sama. Aku tidak bisa tidak menyadari bahwa ada aliran listrik tak terucapkan yang merambat di udara ketika momen berlangsung.

Malam itu, Becky sengaja menginap. Dia tampaknya sedikit tidak fokus ketika kami melakukannya. Setelah selesai, ketika kami bersiap untuk tidur, dia bertanya, "Apa rekan sekamar barumu punya pacar?"

Kukatakan padanya aku tidak tahu, sekalipun sebenarnya aku yakin Mark tidak punya. "Kenapa kamu ingin tahu?" tanyaku penasaran.

"Oh, dia sepertinya sedikit menggodaku ketika kami berkenalan tadi. Kamu menyadariny, kana?" ucap Becky.

"Sedikit," sahutku.

"Ooh, jangan bilang kalau kamu suka melihatnya menggodaku?" tanyanya dengan nada menggoda.

"Mungkin?" kataku. Aku tidak menyukainya, sungguh.

Pacarku tersenyum lalu melompat ke sisi tempat tidurku yang selalu dia tempati. "Selamat malam!" ucapnya, dan hal itu kemudian mengakhiri segala keanehan hari ini.

Setelah beberapa minggu berlalu, aku menyadari bahwa Becky mulai sering menggunakan pakaian yang terbuka ketika sedang menghabiskan waktu di apartemenku, terutama ketika Mark sedang tidak bekerja. Sekalipun ketika aku bilang padanya bahwa dia akan pulang malam ini, pacarku lantas mengatakan bahwa tidak ada alasan khusus di balik pakaiannya dan berjalan ke ruang tamu hanya dengan memakai kaus tipis tanpa lengan dan celana pendek. Beberapa kali dia bahkan terang-terangan berusaha menarik perhatian rekan sekamarku dengan berkata, "Oh, Mark, aku tidak tahu kau ada di sini! Tapi sepertinya bukan masalah besar untukmu melihatku memakai pakaian begini di dekatmu, kan?" Pada awalnya Mark hanya akan menjawab bahwa dia tidak punya masalah dengan hal itu. Namun, belakangan ini dia justru tersenyum senang dan membuat lelucon bahwa ada baiknya pacarku menggunakan sesuatu yang lebih sedikit atau lebih terbuka. Aku berharap pacarku kecewa mendengar hal itu, tetapi yang terjadi justru dia hanya terkikik geli.

Aku mulai sedikit kesal karena hal itu, terutama ketika Becky menjadi benar-benar provokatif. Beberapa kali dia menertawai kekesalanku, atau dia akan melompat menghindar dan berjalan cepat ke dapur, membuat buah dadanya bergoyang dan memantul-mantul di balik kausnya yang tipis. Mark pernah menyinggung hal ini ketika Becky menawarinya sebotol bir. "Hanya jika kau berlari untuk mengambilkannya," kata Mark diiringi dengan senyum nakal. Becky akan tertawa lagi dan berlari kecil ke dapur, memastikan Mark menyaksikannya selama dia melakukan hal itu.

Di lain waktu, ketika kami sednag menonton TV di ruang tamu, Becky dan Mark sedang membahas gerakan sit up dan Mark sesumbar bahwa dia bisa melakukannya ratusan kali, kemudian untuk membuktikan ucapannya dia menarik kausnya ke atas untuk memperlihatkan otot perutnya yang berbentuk dan keras. Becky menanggapi, "Itu bukan apa-apa," lalu menarik kausnya sendiri sampai tepat di bawah bulatan dadanya untuk memperlihatkan perutnya yang kencang. Becky mengulas senyum lebar di wajahnya ketika dia mendapati Mark terpana menatap tubuhnya.

Selama godaan demi godaan yang mereka lakukan berlangsung dengan pakaian yang masih terpasang di tubuh, kurasa aku baik-baik saja dengan hal itu. Ditambah lagi, sedikit bagian terdalam dari diriku merasa pacarku terlihat seksi ketika dia mempertontonkan dirinya dengan baik di hadapan orang lain. Aku sangat beruntung memilikinya, bukankah begitu?

Sampai tiba suatu malam, ketika kami masuk ke kamar untuk tidur, Becky melepaskan kausnya dan hanya memakai bra dan celana dalam. Aku mengambil posisi untuk membaca di atas ranjang dan pacarku duduk di meja komputerku ketika Mark mengetuk pintu kamar dan bertanya apa dia bisa meminjam sebuah pulpen. Aku baru hendak menjawab ketika Becky berdiri cepat dan berkata, "Tunggu sebentar!"

Becky lalu berbisik padaku, "Sayang, apa kamu mau aku membuka pintunya tetap dengan pakaian dalam begini? Tidakkah ini akan terlihat seksi?"

"Er, jadi..." Aku baru ingin mempertimbangkannya, tetapi dia sudah berjalan ke arah pintu. Becky membuka daun pintu kamar dan tersenyum ketika pandangan Mark jatuh tepat ke tubuhnya yang nyaris telanjang. Pakaian dalamnya bukanlah jenis yang luar biasa menggoda, hanya bra hitam polos dan celana dalam katun, tetapi untuk pertama kalinya Mark bisa menyaksikan betapa sempurnanya tubuh yang selama ini disembunyikan Becky di balik pakaiannya.

"Hai," ucapnya, tersenyum, lalu memberinya sebuah pensil. "Ini pensilnya."

Mark mengambil pensil itu darinya tanpa mengalihkan pandangan dari dada Becky untuk sejenak saja. "Makasih," ucapnya. Kemudian tiba-tiba saja senyum lebar terulas di wajah rekan sekamarku itu. "Aku sebaliknya lebih sering meminjam sesuatu."

Becky tertawa lalu dengan menggunakan telunjuk mendorong pria itu dengan main-main di dadanya, sebelum akhirnya menutup pintu rapat-rapat. "Kamu menyukainya?" bisiknya di telingaku. "Apa kamu lihat bagaimana cara dia menatapku? Aku berani bertaruh kamu menyukainya!"

Becky melompat ke ranjang lalu menyerangku bahkan sebelum aku sempat menjawab. Dia mendapatkan dua kali puncak kenikmatannya malam itu, yang sebelumnya tidak pernah dia alami seumur hidupnya.

BECKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang