O1

8 3 2
                                    

Ghiya mengeluarkan sebungkus rokok dari kantong jaketnya. Mengambil satu batang rokok, Ghiya memandangi benda di tangannya itu dengan cukup lama.

Ah.. dia tidak menyangka akan melakukan ini lagi, pikirnya.

Tidak membiarkan pikirannya semakin sendu, Ghiya segera memasukan ujung rokok tersebut ke dalam bibirnya. Seketika rasa manis mulai memasuki indera pengecapnya.

Ingin segera melepas stres, tangannya bergerak untuk mengambil pemantik dari kantong bajunya dan mencoba membakar rokok itu dengan susah payah.

Sialnya, angin malam saat ini cukup kencang. Dengan gips di tangan kanannya saat ini, cukup susah baginya untuk menjaga agar api di pemantiknya tidak padam tertiup angin.

Ini semua berkat kecelakaan beruntun yang dialaminya pagi tadi, Ghiya harus mengalami situasi ini sekarang.

Gadis itu sedang berkonsentrasi untuk menghidupkan api saat tiba-tiba sebuah tangan menjulur tepat di depan wajahnya —berusaha mengambil pemantik tersebut dari dirinya.

"Let me help you." Sebuah suara di sampingnya membuat Ghiya berjengit kaget.

Ia menatap curiga laki-laki yang dengan seenaknya merebut pemantik api itu dari tangannya, dan kemudian membantunya menghidupkan api.

Ghiya hendak menolak, namun terlambat. Api tersebut sudah membakar rokok di bibirnya. Seketika, dorongan asap serasa memaksa masuk ke dalam tenggorokannya. Ghiya yang belum siap segera mengambil rokok tersebut dari bibirnya dan mulai terbatuk kencang.

Ghiya bisa mendengar tawa kecil dari laki-laki di sebelahnya ini, "Is this your first time smoking?" tanyanya, sedikit mengejek. 

Namun, Ghiya tetap tidak berniat untuk menanggapi.

Setelah dirasa batuknya sudah lebih baik, Ghiya kini memfokuskan dirinya untuk melihat siapa laki-laki yang sok dekat dengannya barusan.

Tidak seperti dirinya yang menggunakan jaket di tengah angin malam ini, laki-laki tersebut hanya menggunakan sehelai kaos hitam seperti tidak merasakan dingin. Cara laki-laki tersebut mengambil sebatang rokok dan menyalakannya pun membuat Ghiya menyadari bahwa dia adalah orang yang sudah terbiasa merokok. 

Tidak seperti dirinya.

Laki-laki itu memberikan kembali korek apinya, "Thanks." ucapnya singkat.

Tak lama, asap rokok sudah berhembus memenuhi mulut lelaki asing tersebut. Sedangkan, Ghiya kini hanya memandangi rokok di tangan kirinya yang sudah mulai terbakar tanpa dia hisap kembali.

Sejenak, keheningan mengambil alih. Dua-duanya seakan menikmati suasana malam ini sambil melepas penat. Memanjakan mata dengan menatap indahnya Ibukota saat malam hari di rooftop rumah sakit.

"Ini beneran pertama kalinya lo ngerokok?" laki-laki di sebelahnya tiba-tiba memecahkan keheningan. Ada sedikit nada penasaran dan ragu dari ucapannya barusan.

Ghiya melirik ke arah laki-laki itu sejenak sebelum bersuara pelan, "Ini yang kedua kali."

"Ah, pantes lo keliatan kaku, masih newbie." ucap lelaki itu lagi sambil menatapnya. Matanya kemudian melirik kembali rokok yang ada di tangan Ghiya, "Gak di hisap lagi?"

Seakan terhipnotis, Ghiya yang mendengarnya langsung mencoba kembali menghisap rokok miliknya. Namun sayang, lagi-lagi ia tersedak asap sampai batuk berkali-kali.

 Namun sayang, lagi-lagi ia tersedak asap sampai batuk berkali-kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Johnny's Little Secrets x JOHNNY NCT [ 3 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang