51. Panggilan

2.4K 243 14
                                    

Happy 94k viewers!















Saya:
Update trs perkembangan mami

Jovan:
Y
Mami dah siluman
Ciuman
Siuman
Halah mboh

Embusan napas lega lolos dari bibir Janu. Atensinya dilempar ke sisi. Kanak-kanak menggemaskan yang malam ini mengenakan sporot pink dan celana dalam bergambar Spongebob itu berbaring di sebelahnya sambil ngedot. Bibir Janu melengkung tipis --menunjukkan senyum. Dibalas si bocah tanpa melepas kuluman dot.

Janu kemudian ikut berbaring, memiringkan posisi. "Besok kalau diantar Om Faro, Eila jangan mau ya?"

"Lha napa?" tanya Eila, menarik dot dari mulutnya.

"Nggak apa-apa. Kan ada Papa. Ngapain sama Om Faro. Ya nggak, Bos?" Janu sentil pucuk hidung anaknya dengan gemas. Yang disentil tertawa, lalu bangun dan duduk. Menatapnya lekat-lekat.

"Papa," panggil Eila.

"Apa, sayangku?" sahut Janu.

Eila berbaring lagi, merebahkan kepala ke dada bidang sang ayah. Menguap sejenak. "Eya mau bobok sama Papa sama Mama, sepelti Kakak Lina." Mendongak menatap ayahnya. "Mama suluh ke sini, Pa."

"Belum bisa, Sayang," gumam Janu, serak.

"Lha napa?" cecar Eila.

"Sini," pinta Janu, menarik putrinya agar lebih dekat, lantas ia peluk tubuh si kecil. Eila masih mendongak, menunggu jawaban. "Orang tua Eila memang masih lengkap, tapi ... situasinya nggak seperti orang tua teman-teman Eila." Mendengar itu, Eila mengerjap lugu. Janu meringis, merasa bersalah. "Mama dan Papa belum bisa tinggal sama-sama, tapi sekarang lagi Papa usahakan."

Andai dulu ia tahu lebih cepat bahwa Nada sedang mengandung anaknya, ia tidak akan menceraikan wanita itu. Tapi Nada memilih menutupi kehamilannya dan pergi begitu saja. Memang Janu sempat melacak keberadaan Nada melalui beberapa tempat yang pernah dikunjungi wanita itu, rumah lama Nada, sampai tempat terakhir kali Nada bekerja. Namun, hasilnya nihil.

Ck, mungkin benar; jika ekspektasimu tidak terpenuhi, pasti Tuhan punya rencana indah yang bahkan lebih dari apa yang kauingini.

Dan lima tahun kemudian, semesta mempertemukan Janu dengan Nada.

Juga gadis kecil yang mewarisi wajahnya.

"Papa," panggil Eila lagi.

"Iya, sayangnya Papa?" sahut Janu, lembut.

"Waktu Eya ulang tahun, Papa tidak ada." Si bocah menggeleng sedih. "Papa tidak suka ulang tahun?"

Bagaimana mungkin Janu ada di hari ulang tahun putrinya, tahu keberadaannya saja tidak? Namun, Janu mencoba bersikap lebih dewasa. Maka sembari menyunggingkan senyum tipis sebagai bentuk ketegaran, ayah satu anak itu menjawab, "Papa suka ulang tahun kok, tapi maaf ya, Papa selalu absen di hari ulang tahun Eila. Dan sebagai gantinya, gimana kalau minggu depan Eila, Papa, sama Mama liburan bertiga?"

"Mauuuu!"

"Besok Eila bujuk Mama ya?" Janu memprovokasi.

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang