Pembuka
Aku berlari ke kamar. Membanting pintu dan buru-buru memasukkan baju ke dalam tas sekolah. Aku marah dan benci ada di keluarga ini, semua yang aku mau lakukan tidak disetujui bahkan dipukul memakai sapu lidi bekas menyapu Mak di halaman depan. Aku sudah mau tamat SMA tapi keluarga ini tidak mengizinkan aku untuk melakukan apa yang aku mau padahal jika dilihat-lihat foto yang dipajang di tembok bilik dan yang selalu Mak dan Abah ceritakan tentang kakak-kakakku bekerja di pabrik-pabrik orang Jepang, Korea, jadi pembantu rumah tangga keluarga China dan kursus-kursus yang dilakukan kakak tertua memperlihatkan mereka selalu mengizinkan. Tapi, kenapa aku tidak boleh?Pertanyaan yang tidak bisa dihilangkan.
“Kenapa aku tidak boleh?”“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
“Kenapa aku tidak boleh?”
Aku berencana untuk bersembunyi di rumah paman di dekat tanggul raksasa yang dititah untuk menjaga air laut yang asinnya melebihi keringat pekerja. Aku meninggalkan surat supaya mereka tidak khawatir. Nafasku tersenggal menahan air mata yang terus memaksa untuk jatuh mengkhianati kodratku sebagai laki-laki yang gagah dan berani. Berat hati ini meninggalkan rumah yang menemaniku melihat dunia yang begitu kejamnya dengan semut kecil yang mencari sedikit gula untuk mengenyangkan perut kecil yang menampung segelas, dua gelas air. Aku berhenti di teras membayangkan kedua orang-tuaku yang sepuh pulang bekerja dan tidak mendapati aku yang pergi ke rumah pamanku, bagaimana perasaan mereka, bagaimana susahnya mereka, tidak ada lagi orang yang bisa disuruh membeli rokok, kopi, terasi, dan ikan asin di warung. Tapi, jika tidak dilanjutkan aku tidak akan mengetahui hasilnya.
Aku Cakra
Anak bungsu dari empat bersaudara
Tinggal bersama kedua orang-tuaku
Di rumah bilik sederhana
Sebentar lagi aku akan tamat SMA
Dan, Aku tidak diizinkan pergi mengejar apa yang aku mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakra dan mimpinya
Teen FictionAku cakra. Anak bungsu dari empat bersaudara Tinggal bersama kedua orang-tuaku Di rumah bilik sederhana Sebentar lagi aku tamat SMA Dan, Aku tidak diizinkan pergi mengejar apa yang aku mau. ----- 09 Oktober 2023