Jakarta.
"Bebet, bibit, bobot.... "
"Tapi Ma..... " Adam berusaha meyakinkan ibunya.
"Risa itu cuma karyawan biasa, bahkan dia itu gak jelas keluarganya."
Wanita yang dipanggil Ibu itupun tidak mau lagi mendengar pernyataan anaknya, keputusannya sudah jelas, menikahkan anaknya Adam dengan Ayu Ningtyas, anak teman relasi bisnisnya.Meskipun Adam merasa bahwa keputusan ibunya terkesan ortodok, tapi ini bukan saatnya berdebat, ia harus mencari cara yang tepat untuk menghadapi masalah ini. Ia berusaha untuk tetap menjadi anak yang baik dan tidak durhaka, mungkin ibunya belum terlalu mengenal Risa, kali ini ia berusaha bersabar meskipun hatinya ingin memberontak.
"Lihat kakak kamu Arumi, dia malah sengsara jadi janda, gara-gara suami pilihan dia sendiri... " Ibunya kembali mengungkit masa lalu, Adam paham psikologis ibunya, sebenarnya Ibunya hanya trauma dan menyesal karena salah memberikan restu.
"Adam...yang jelas tidak ada ibu yang ingin menjerumuskan anaknya. "
###
Waikiki.
Risa mengamati secarik kertas yang tidak lain adalah sebuah cek, bertuliskan nominal angka nol yang cukup panjang, sepuluh milyar bukan uang yang sedikit, tapi harga dirinya tidak bisa dibeli oleh siapapun, bahkan oleh ibunya Adam sekalipun.
Adam memang baik, Risa merasa Adam adalah orang yang tepat untuk menjadi suaminya, tapi ia bukan berada dilevel keluarganya Adam.
Risa harus sadar diri, bangun dari mimpi dan lihat kenyataannya, Adam juga harus berbakti kepada orang tuanya, orang yang memiliki privilege harus bersama orang yang sama dan ditempat yang sama.
Ia menyimpan kembali cek pemberian ibunya Adam ke dalam dompet warna cream miliknya, dia tidak memiliki rencana apapun untuk menggunakannya sekarang, saatnya dia berlibur menikmati hidangan yang sudah tersedia di sebuah resto yang buka 24 jam.
Mata Risa sedikit menyipit tatkala ia melihat bahwa ada orang yang memperhatikannya, ia merasa risih sekaligus penasaran ingin memastikan apakah benar orang itu memperhatikannya.
Resto yang bernuansa pantai dan pasir itu memang tidak banyak pengunjung tapi cukup ramai ketika setiap meja terisi oleh satu atau dua orang, Risa berusaha untuk bersikap seperti biasa, selama orang tersebut tidak mengganggu sepertinya akan aman, terlebih lagi banyak orang yang ada di resto.
"Waiters, My Bill... " panggil Risa setelah makan, pelayan itu langsung menghampiri dan mengatakan bahwa makanannya sudah dibayar dan orang tersebut menitipkan pesan lewat secarik kertas.
Aku mau balas jasa.
Gak ada yang gratis di dunia ini.
Rio.###
Rio memikirkan perkataan Arka sewaktu tadi di resto sebelum ia melihat keberadaan Risa.
"Yo.... Jangan." Rio yang tadinya akan beranjak menghampiri Feni dan Bimo kemudian terhalangi oleh panggilan Arkan, teman sekaligus musuh bebuyutannya.
"Apaan sih... " Rio tidak senang dengan keberadaan Arkan.
Arkan seperti menyuruh Rio untuk duduk dengan tenang, anehnya Rio merasa harus menurut kepadanya, bagaimanapun ia butuh teman untuk bicara.
"Aku tuh orang yang rumit, tapi ternyata ada orang yang lebih rumit, kamu Yo... "
"Maksudnya apa? Kamu ngapain kesini? Mau ketawa lihat penderitaan orang? " jelas Rio tidak terima.
"Feni itu sakit Yo, kanker... "
"Pasti kamu gak tau kan? " tanyanya. Rio tidak menjawab, mau alasan apapun, kenyataannya ia merasa dikhianati.
"Ingat Yo, selama ini Feni selalu ngajak nikah kamu, dan kamu selalu beralasan belum siap lah, ini lah itu lah, pikir berapa kali Feni ngajak kamu nikah??" pertanyaan itu membuat Rio memflashback jauh, selama ini ia selalu merasa tidak siap karena beban untuk menjadi pemimpin perusahaan ayahnya.
"Jelas aku lebih respect sama Bimo daripada kamu, bagaimanapun gak ada perempuan yang mau menjalin hubungan yang gak jelas, kamu percaya aku jauh-jauh ke Hawaii cuma mau kasih tau itu Yo, aku gak mau kamu nekat, bagaimanapun status Bimo sebagai suami Feni itu jauh lebih tinggi daripada mantan pacarnya... " kalimat pamungkas itu sukses membuat Rio diam, karena kenyataan selama ini adalah, jangankan sebagai kekasih, sebagai temanpun ia seperti orang yang egois dimata siapapun.
Saat moment itu Rio melihat keberadaan Risa yang duduk sendiri sambil melamun melihat sesuatu yang dipegang oleh tangannya, Rio bisa mengingat wajah Risa dengan baik, meskipun ia hanya bisa melihatnya dari jauh.
###
Risa mengambil beberapa photo dengan kamera DXLR nya, panorama siang terasa lebih jelas dan jernih, ada beberapa spot photo yang ingin ia
ambil, hal yang paling ia tidak sukai ketika ia ingin mengambil angle tertentu tapi alat tidak memadai, tripod miliknya tertinggal di hotel."Excuse me.... " Risa memberanikan diri memanggil orang yang lewat, dia berusaha memilih turis asia.
"Would you mind taking some photos for me? "
"Of course... " jawab orang tersebut, wajahnya ramah, asian face.
"Where are you from? " tanyanya.
"Indonesia.... " jawab Risa.
"Kenalin, aku Arkan.... "
"Oh... Aku Risa... " serunya senang karena satu negara, hanya saja Arkan terlihat seperti orang Jepang.
Di Honolulu, musim panas biasanya panas, menyengat dan kering, pada musim dingin biasanya menyenangkan dan lembab, umumnya berangin dan cerah sepanjang tahun. Bulan Maret adalah salah satu waktu terbaik untuk berlibur kesini, Risa tidak akan menyia-nyiakan waktu berliburnya dengan mengambil photo-photo di tepi pantai.
Risa perpose dengan berbagai gaya, ia mengabaikan ekspresi orang yang memotretnya, orang yang bernama Arkan itu kadang tersenyum melihat pose dan permintaan Risa yang terkadang absurd, apalagi ketika ia menunggu pose straw hat nya harus terlepas dari kepalanya secara alami oleh angin, setelah beberapa dirasa gagal kali ini akhirnya berhasil.
Setelah selesai, Risapun melihat hasil photo yang diambil oleh Arkan sangatlah bagus. Risa melihat ke wajah Arkan dengan tatapan takjub dan mengangkat jempol kanannya.
"Aku juga hobi photo... " serunya, terlihat dari jauh Arkan dan Risa tampak mulai akrab.
"Sendiri kesini? " tanya Arkan.
"Iya... " jawab Risa, matanya masih sibuk melihat-lihat hasil photo di layar kamera.
"Kamu sendiri juga? " tanya Risa kali ini dengan kesadaran penuh menanggapi orang yang ada didepannya.
"Iya, aku nyusul temen.... "
"Boleh kita photo?" tanya Arkan, Risa seperti ragu.
"Kalau boleh.... " Arkan menekan kata kalau.
"Boleh dong, makasih udah bantuin photo tadi, hasilnya keren banget... " Risa sangat berterima kasih.
"Sama-sama.... "
Arkan dengan setelan kemeja putih dan celana denim tampak serasi berphoto dengan Risa yang anggun menggunakan dress manis berwarna biru cerah, membuat orang lain merasa iri dengan keserasian mereka berdua.
###