Prolog: Lyana Geisha

40 3 0
                                    

Sebelum memulai cerita ini, Aku ingin bertanya pada kalian terlebih dulu. Apa dari kalian ada yang menyukai cerita romantis? Bagaimana kalau angst? Komedi?

Maaf, mungkin tidak dari ketiganya. Bagiku cerita ini biasa saja, sangat klise tentang cinta sepihak. Iya Aku tahu, ini agak memalukan kalau diceritakan.

Tapi tetap saja itu tidak mengubah fakta bahwa Aku menyukainya. Dan entah sampai kapan rasa suka ini akan terbalas. Atau bahkan tidak akan pernah?

Namaku Lyan, bocah 12 tahun yang baru saja pindah rumah di perumahan 'LESTARI' Jl.Cempaka Putih No. 2, Blok. 1. Bertetanggaan dengan Satya yang tinggal di rumah sebelah kanan. Sementara di sebelah kiri rumahku ada Gg. Kecil. Iya namanya Gang Kecil, tapi muat dilewati 2 mobil sekaligus.

Tidak ada perubahan yang mencolok setelah maupun sebelum pindah. Kegiatanku masih sama, sekolah dan menjadi beban orang tua. Ayah dan Ibu juga masih bekerja seperti biasa. Dan Aku sebagai penunggu rumah hanya terus bersantai dan menghabiskan camilan yang akhirnya akan diomeli Ibu karena Aku lebih sering ngemil daripada makan nasi.

Tinggal di komplek perumahan yang tergolong masih baru memang tidak begitu menguntungkan. Karena 80% penghuninya adalah pasangan suami istri yang sudah tinggal pisah dengan anak-anaknya yang sudah menikah, jadi tidak banyak teman sebayaku disini.

Hanya satu orang yang cukup ku kenal. Namanya Satya, laki-laki 15 tahun yang pendiam. Untuk seorang teman, Aku cukup menyukainya.

Dia memiliki pribadi yang tenang, tidak banyak bicara dan sedikit lucu. Hampir mirip dengan kepribadianku, tak heran jika kami langsung cocok ketika mengobrol. Aku cukup sering bermain ke rumahnya main Playstation bersama atau menonton film di laptopnya.

Sampai ujian akhir, kami sudah tidak sering bertemu lagi karena Ibu mengurungku dalam rumah dan menyuruhku fokus pada ujian. Meskipun begitu, hubunganku dengan Satya damai-damai saja kok.

Saat SMA, Aku mendaftar di sekolah yang sama dengan Satya. Dan kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Ibuku, beliau meminta Satya menjagaku di hari pertama ke sekolah. Satya tidak merasa keberatan sama sekali, meskipun Aku yang jadi tidak enak dengannya. Namun, hanya itu. Aku dan Satya hanya teman dan tetangga.

Tapi sepertinya tidak dimata orang lain. Hari pertamaku cukup menyebalkan karena harus menjawab satu-persatu pertanyaan yang pada dasarnya memiliki garis besar yang sama. Terutama orang-orang yang sudah mengenal Satya karena berasal dari SMP yang sama.

"Hei, anak baru. Kamu siapanya Satya?"

"Pacarnya Satya, ya?"

"Sepupunya Satya? Tapi kalian tidak terlihat mirip."

Dan berkat itu, Aku langsung dikenal oleh teman-teman Satya. Terutama tiga sekawan yang bernama Esa, Bintang, dan Herga.

Biar ku jelaskan sedikit mengenai kesan pertamaku pada mereka. Yang pertama, Esa, tipe cowok wattpad. Wajahnya ganteng berkarisma, badan oke seperti atlit basket biasanya tapi mulutnya kebanyakan di cas. Dia super duper berisik, tengil, dan songong. Lama kelamaan Aku mengenalnya, Aku mengakui bahwa dia cukup genius dan hebat dalam bermain bola.

Terakhir kali Esa bermain sepak bola di lapangan basket, bolanya mengenai kepalaku sampai jatuh ke tangga. Saat itu, Aku sedang menagih hutang Satya dan berdiri jauh di ujung tribun. Hebatnya tendangan Esa melambung 10 meter dan menghantamku. Luka benjol itu tidak akan Aku lupakan. Terimakasih Esa.

Yang kedua, Bintang. Cowok rambut gondrong yang misterius dan jarang senyum tapi sekalinya senyum, Ibu-ibu pun akan keluar dari dapur hanya untuk melihatnya. Dia seperti kulkas baru, dinginnya nyegerin. Tapi dia juga agak menyeramkan, bayangkan saja jika kalian mengobrol dengannya dan hanya ekspresi datar yang kalian tatap.

RYTHM OF HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang