05

10.2K 552 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.


.


.


.


.

"Al bersama ku tadi dan juga aku lah yang menyuruhnya tidak masuk" jelas Edwin dengan tenang.

"Loh? Abang ngapain sama dia bukannya abang ga suka deket dia" Tanya Ayyara yang terlihat tak terima saat mengetahui bahwa Al dekat dengan Edwin.

Edwin hanya mengidikkan bahunya tidak menjawab lebih pertanyaan Ayyara, Edwin merasa Ayyara ini semakin hari semakin cerewet saja. Edwin berjalan mendekat kearah Al yang sedang duduk di atas kasur, melewati sang daddy yang hanya diam.
Ia duduk disamping Al lalu mengusap rambut Al dengan lembut, "tidak perlu takut kau tidak akan di hukum" Al tertegun apakah ini benar abangnya?

Melihat pemandangan di depannya Ayyara diam-diam mengepalkan tangannya ia sangat marah sekarang bisa-bisanya anak itu mendapat perhatian Edwin. Sama halnya dengan Abimanyu ia juga kesal melihat anak ketiganya itu dekat dengan anak bungsunya, entah kenapa ia merasa cemburu. Dengan segera Abimanyu pergi menuju kamarnya sendiri.

Ayyara yang ditinggal daddy nya itu pun semakin marah, ia pun ikut meninggalkan Edwin dan Al. Kini hanya tersisa mereka berdua, Al menatap Edwin dengan tatapan tulus, "Terima kasih abang udah mau jelasin ke daddy" ucap Al dengan tersenyum manis. Edwin membalas senyuman adiknya itu dengan senyum tipis, "tak masalah lagi pula aku yang menyuruhmu untuk tidur tadi"

Dengan sadar Edwin membawa Al ke pelukannya ia dapat merasakan perasaan nyaman yang selama ini hilang, semenjak mommy nya meninggal Edwin merasa kosong seperti tidak ada semangat hidup namun saat memeluk Al ia merasa seperti mendapatkan semangatnya kembali.

Al yang mendapatkan pelukan dari Edwin pun menangis, ia sangat-sangat bahagia sekarang setelah sekian lama akhirnya ia merasakan lagi pelukan hangat dari abangnya ini.

Edwin yang merasakan bajunya basah pun segera melihat kearah Al ternyata Al sedang menangis dengan panik ia bertanya "Kenapa menangis? Apa abang menyakitimu" sambil menangkup wajah Al agar melihatnya.

Al hanya menggelengkan kepalanya dan kembali memeluk Edwin dengan erat, rasanya ia tidak mau melepaskan pelukan itu, karena ia takut apabila ia melepaskan pelukan itu Edwin akan menjauhi dan mengacuhkannya lagi.

Merasa gemas dengan kelakuan adiknya Edwin menciumi pipi Al yang berisi itu, ah kenapa ia baru sadar sekarang bahwa adiknya itu sangat imut dan menggemaskan, sungguh ia sangat menyesal karena telah membenci dan mengacuhkan Al selama ini. Entah kenapa ia juga merasa jika bukan Al yang telah membunuh mommy nya.

"Al apakah kau mau memaafkan abangmu ini? Ayo kita mulai dari awal, abang janji abang akan menjaga mu mulai sekarang dan melindungi mu dari orang-orang biadab diluar sana" Edwin berujar serius sambil memegang bahu Al.

Al tertegun, apakah ini mimpi, kalau benar ini mimpi tolong jangan bangunkan Al, ia tidak percaya ini terasa seperti mimpi, karena Edwin tiba-tiba meminta maaf padanya dan ingin melindunginya sungguh Al tidak percaya.

Melihat Al yang hanya terdiam Edwin menjadi takut apa Al tidak mau memaafkan nya? namun dengan segera ia menepis pikiran itu mau bagaimana pun Al harus memaafkan nya. Egois memang.

"Kenapa hanya diam apa kau tidak mau memaafkan abang mu ini?" Mendengar itu Al langsung menggelengkan kepalanya kuat, yang benar saja mana mungkin ia menolak kasih sayang ini karena inilah yang selama ini Al harapkan dan juga Al diam karena ia merasa terkejut.

"Al mau maafin abang tapi abang janji ya jangan tinggalin Al lagi, Al takut abang"

"Abang janji, jika abang ingkar kau bisa membunuh abangmu ini" ucap Edwin sambil membawa Al masuk kedalam pelukannya lagi, sungguh ia merasa lega sekarang.

Mereka menikmati pelukan itu masing-masing dan tak terasa makan malam telah tiba, seorang maid mengetuk pintu kamar Al, "Tuan waktunya makan malam semuanya telah menunggu dibawah" ucap maid itu dan dibalas anggukan oleh Edwin.

"Ayo kita makan malam pasti Adik abang ini laparkan" ucap Edwin sambil mengelus kepala Al

Al mengangguk dan segera melepaskan pelukannya belum sempat berdiri Edwin sudah menggendong Al terlebih dahulu, Al yang digendong membrontak ia tidak mau digendong ia bisa berjalan sendiri, namun Edwin tidak menghiraukannya dan segera turun kebawah.

Saat dibawah terlihat anggota keluarga Smith yang sudah berkumpul dan tampak bingung karena Edwin yang turun sambil menggendong Al. Tidak ambil pusing dengan tatapan itu Edwin segera duduk dan mendudukkan Al di pangkuannya.

"Abang Al bisa duduk sendiri" bisik Al dengan kesal karena dipangku bukan apa sebenarnya ia suka namun disini bukan hanya dirinya dan Edwin tetapi ada anggota keluarga lain ia merasa malu dan takut. "Udah Al tenang aja ada abang disini" balas Edwin.

"Ada apa dengan dirimu Edwin kenapa kau menggendong dan memangku pembunuh itu" tiba-tiba Arsen bertanya dengan dingin membuat ruang makan yang tadinya hening menjadi tambah hening.

Edwin melirik sekilas kakak pertamanya itu, "Aku tidak apa ini hanya keinginan ku saja" jawab Edwin acuh mendengar jawaban adiknya itu membuat Arsen marah, "Sudahlah disini tempat untuk makan bukan tempat berdebat" lerai Abimanyu saat melihat Arsen yang akan berbicara lagi sangat bahaya apabila putra sulungnya itu ketika sudah marah.

Semuanya pun akhirnya makan dengan tenang dengan Al yang masih duduk dipangkuan Edwin karena pemuda itu tetap tidak mau memindahkan Al.

Saat semuanya makan dengan tenang lain hal dengan Ayyara yang sedang mengepalkan tangannya dibawah meja dengan wajah memerah ia sungguh marah sekarang, "tidak bisa dibiarkan anak itu semakin menjadi-jadi" batin Ayyara marah, "Lihat saja tidak akan kubiarkan kau tenang mulai sekarang, sudah cukup aku membiarkan mu sejauh ini Alyendra" Ayyara benar-benar tidak akan membuat Al tenang sekarang. Ia khawatir apabila dibiarkan lebih lama lagi Al akan merebut perhatian semua orang. Lalu ia mulai makan sambil memikirkan rencana apa yang akan ia lakukan nanti.

Tak menyadari bahwa setiap gerak-gerik Ayyara tadi di perhatikan oleh Edwin, Edwin merasa ada yang tidak beres dengan Ayyara, ia akan mencari tau nanti.























TBC

Note:

Aduhh maaf banget baru up sekarang akhir-akhir ini aku banyak tugass, jadi sampai sini dulu yaa nanti diusahain up cepet, makasih buat yang udah nungguin cerita abal-abal ini, see you👋


Janlupa votement~~

A Real Dream [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang