Awan hitam mulai menyelimuti langit yang semula tampak begitu cerah. Perlahan rintik hujan turun menyentuh tanah. Pepohonan bergoyang akibat angin yang tak henti-hentinya berhembus. Di bawah rintik hujan yang perlahan semakin deras, terlihat seorang gadis yang terbaring lemah dengan tubuh bersimbah darah. Ia menatap gelapnya langit sore yang tampak menyeramkan baginya.
Suara langkah kaki terdengar mendekati tubuh tak berdaya gadis itu. Hingga netranya yang sayu menangkap presensi seorang pemuda yang amat ia kenali. Perlahan bibir pucat yang mengeluarkan cairan merah itu mulai tersenyum kembali.
"Saya tau anda akan datang," ujar gadis itu dengan suaranya yang terdengar lemah.
Pemuda itu duduk bersimpuh dan segera memeluk tubuh ringkih gadisnya. Perempuan yang selalu ia jaga dan lindungi kini dalam kondisi mengenaskan karena ulahnya. Ia merasa tidak becus dalam menjaga seseorang yang teramat berharga baginya.
"Maaf...." hanya itu yang mampu ia katakan. Tenggorokannya seakan tersendat dan sulit untuk mengeluarkan suara.
"Tugasku sudah selesai disini, kini waktunya aku pergi."
"Aku pamit...." itulah kalimat terakhir yang diucapkan oleh gadis itu sebelum netra coklat itu tertutup selamanya.
Pemuda itu tampak linglung saat gadisnya tak bergerak sama sekali. Netra coklat yang tadinya menatap sayu kini tertutup membuat perasaannya dilanda gelisah.
"Secepat ini?" gumamnya dengan raut wajah yang sangat memprihatinkan.
"Kisah kita belum selesai sayang, aku berjanji akan membuat akhir yang bahagia untuk kita," ujar pemuda tersebut seraya menangis di atas jasad kekasihnya.
'Kisah ini mungkin telah usai, tapi rasa ini tak akan pernah pudar meski alam pun tak merestui bersatunya hati ini'
YOU ARE READING
The Cycle of Renewal
Teen FictionTerjebak dalam perasaan suka terhadap lelaki yang sama sekali tidak pernah meliriknya merupakan suatu tantangan bagi Daisy. Siswa populer dengan sifat tempramental yang jusrtu membuat setiap gadis tertarik. Namun, Daisy tetap berusaha memenangkan ha...