Kepindahan

77 3 0
                                    

Aku berjalan memasuki rumah dengan kesal. "Huhhh pindah sekolah lagi, menyesuaikan diri lagi, cari temen baru lagi, gimana bisa dapet temen deket kalo gue setiap 1 thn sekali pindah sekolah bahkan pindah rumah", gerutuku setelah menghempaskan diri disofa ruang tamu.

Aku baru saja mendapatkan kabar dari orang tuaku, bahwa kami akan segera pindah ke Jakarta demi mengikuti tuntutan pekerjaan Ayah.

"Emang sih kenalan gue jadi banyak, tapi tetep aja gue jadi gak punya temen yang bener-bener deket secara fisik, bahkan sampe diumur gue yang udah 17 tahun sekarang ini", racaunya, "mulai dari Surabaya ke Bogor, eehhh...pindah lagi ke Jogja, baru adaptasi bentar udah ngungsi lagi ke Tanggerang, udah susah-susah dapet temen pindah ke Solo, dan sekarang giliran gue udah betah banget di Bandung, malah diusir ke Jakarta. Dikira gak capek apa adaptasi mulu di sekolah baru, dari SD sampe SMA gini masih aja hidup gue nomaden, padahal ini kan bukan lagi jamannya manusia purba!!".

Aku terus menggerutu, mengeluh, dan menangis hingga akhirnya jatuh tertidur. Lelah rasanya setelah menghabiskan banyak tenaga untuk mengeluarkan segala kekesalanku yang selama ini selalu kurasakan jika harus dihadapkan dengan kepindahan.

*****

Sahabat...satu kata yang memiliki banyak cerita dibaliknya. Percaya gak di dunia ini bener-bener ada yang namanya sahabat sejati?? Bagaimana cara menemukan sang sehabat sejati? Dan bagaimana kita bisa mengetahui, siapa sahabat sejati kita yang sebenarnya. Tapi.. Jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu, jika pada nantinya akan ada berbagai fakta yang bisa mematahkan pernyataan sebelumnya. Entah kapan dan dimana aku lupa, aku pernah baca buku yang berisikan tentang persahabatan, begini tulisannya "Persahabatan yang tetap kokoh selama lebih dari 7 thn, akan berlangsung selamanya", jika mempertanyakan hal ini benar atau tidak, aku juga tidak tau. Namun aku membenarkan bahwa tanpa kita sadari akan ada banyak hal yang bisa menghancurkan segalanya sebelum kita mencapai angka ke 7.

*****

Gerbang itu terlihat menjulang tinggi, namun tetap tidak bisa menutupi gedung didalamnya yg terlihat lebih tinggi, luas, dan megah.. Aku berjalan memasukinya sambil mengamati sekeliling.

Disini masih sepi, hanya ada kumpulan 6 orang yang terlihat gembira entah sedang membicarakan apa, aku berhenti sejenak untuk mengamati mereka.

"Kayaknya seru kalo gue punya temen sampe deket banget kayak mereka", gumamku pelan setelah puas mengamati dan kembali berjalan melihat-lihat suasana baru untukku.

Terlalu sering mengalami pindah dari satu tempat ketempat lain, kadang membuatku lelah untuk mencoba segalanya dari awal lagi, lelah beradaptasi dengan orang lain lagi, karena percuma saja jika pada nantinya tempat tinggalku saat ini akan bernasib sama seperti tempat tinggal sebelumnya. Hanya menjadi kepindahanku yang sementara. Tapi apa boleh buat? Aku hanya bisa menjalaninya sebaik mungkin tanpa berniat mau tau dengan kepindahanku yang mungkin saja menungguku ditahun depan.

Dan ketika aku sudah berada di Sekolah baruku saat ini. Aku hanya bisa terus berharap dan berdoa, semoga ini menjadi kepindahan serta perpisahan untuk yang terakhir kalianya. Karena apa? Kalian bertanya kenapa apa aku berharap begitu? Oh ayolah... rasanya benar-benar menyakitkan saat kau harus pindah meninggalkan semua teman-temanmu yang sudah dekat denganmu. Apalagi jika kepindahan yang kalian alami sama sepertiku.

Bayangkan saja aku baru menerima kabar kepindahan ini 2 hari yang lalu, dan tepat setelah 2 hari itu berlalu, aku sudah berada disini, tanpa bisa berpamitan dengan teman-temanku. Sungguh mengecewakan, karena ternyata Ayah dan Ibuku sudah menyiapkan segalanya dari kapan itu aku tak tau.

Saat itu aku hanya bisa pasrah, ketika melihat ada banyak orang suruhan pihak kantor yang datang ke Rumahku, untuk membantu membawa semua barang-barang yang sudah terkemas rapi kedalam truk. Mereka memang tidak mengambilnya secara paksa, tapi tetap saja yang mereka lakukan itu seperti merenggut nafasku tiba-tiba.

Bahkan aku yang sudah menyelesaikan sarapanku, dan hendak berdiri serta bersiap berangkat ke SMA Persatuan, hanya bisa menahan nafas ketika ibu fakta kepindahan ini.

"Kita pindah hari ini. Kamu tetap berangkat ke Sekolah, tapi ke SMA Nusantara sekolahmu yang baru", ucapnya sambil menatapku lembut, "bukan lagi SMA Persatuan", lanjutnya dengan tegas.

Pada akhirnya aku cuma bisa mengirim pesan berisi permintaan maaf, untuk semua teman-temanku karena tidak bisa berpamitan dengan mereka. Setelah itu, berjalan-jalan sebentar untuk mengisi penuh otakku dengan suasana disekeliling tempat tinggal lamaku, yang mungkin tidak akan pernah bisa kunikmati lagi.

Coba saja kalian berada ditempatku saat itu..

Kalian pasti akan sangat kecewa sama sepertiku. Padahal saat itu aku ingin menghabiskan waktu yang tersisa untuk membuat kenangan bersama teman-temanku sebelum kepindahan ini. Namun setelah mendengar ucapan dari ibuku, seketika semangatku lenyap tak berbekas. Bahkan aku yang sudah berdiri sebelumnya kembali terduduk lesu dikursi, sambil menelungkupkan kepala diatas meja makan.

Lagi. Datang tiba-tiba, dan seketika pergi tanpa pamit. Kegiatan yang sudah sering aku lakukan sejak SD karena pekerjaan Ayahku, yang mengharuskan aku -sebagai anak tunggalnya- ikut kemanapun beliau pergi. Aku jadi mulai curiga dengan pekerjaan Ayah yang sebenarnya, dibalik seseorang yang hanya bekerja mengurusi setiap cabang baru perusahaannya dan dimana cabang itu muncul nanti, disana jugalah tempat tinggalku akan berpindah.

Kurasa aku mulai percaya pada pemikiran konyolku bahwa Ayahku ini sebenarnya seorang.... teroris mungkin? Jika kau melihat riwayat kepindahan sekolahku yang hampir setiap pergantian tahunnya, kurasa kalian juga akan percaya pemikiran konyol ini dengan mudahnya.

*****

Lagi iseng dan bingung mau ngapain.

Jadilah coba-coba ngedite cerita yang awalnya pengen dijadiin naskah drama buat tugas sekolah, jadi cerita.

Semoga ada yang suka yaaa, itu juga kalo ada yang baca sih hehehehe..

FriendStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang