"Kau... akan pergi?" Lisa menanyai Jungkook lagi, sudah lima kali.
"Kau akan menanyakan hal yang sampai sampai kiamat?" decak Jungkook.
Lisa tersenyum kaku. "Itu... aku hanya..."
"Tidak akan ada yang mencelakakanmu disini." Tegas Jungkook menanggapi keresahan Lisa kalau gadis itu masih mengira orang-orang tersebut bisa menemukannya kapan saja.
"Serius?" tanya Lisa sekali lagi, memandang dengan penuh ketidakpercayaan di matanya.
"Ada ruang bawah tanah di dekat dapur, dibawah keset. Masuk ke situ saat kau merasa tidak aman." Jelas Jungkook padat.
Lisa mengangguk. "B-baiklah."
"Tempat apa itu?" sekali lagi Lisa bertanya.
Jungkook menoleh dengan satu tangan terkepal ke udara. "Kau mau kupukul?"
"Tidak, tidak." Geleng Lisa menolak lalu menyengir seolah tak memiliki dosa sedikitpun.
"Kadang ada rekanku dibawah sana." Jungkook berujar memberitahu supaya Lisa tak terkejut jika kebetulan terdapat Jeno dalam ruangan itu.
Masih mengangguk-angguk kemudian Lisa bertanya. "Aku lapar. Bisa kau beri aku sesuatu untuk dimakan?"
"Ah, aku lupa." Jungkook menepuk dahinya sendiri. "Aku belum masak apapun. Apa yang ingin kau makan?"
Tak kunjung menjawab, Lisa hanya menatap Jungkook dalam diam tetapi ekspresi diamnya gadis itu entah mengapa mendadak terlihat sangat menggemaskan.
Cepat-cepat Jungkook mengusap wajahnya, mengenyahkan pikiran tak masuk akal yang sempat hinggap.
"Apa saja yang tidak terlalu berat untuk sarapan." Lisa menjawab kemudian.
"Baiklah. Tunggu sebentar," ucap Jungkook bergegas ke arah dapur sambil berpikir kira-kira sarapan apa yang cocok untuk Lisa diikuti oleh gadis itu.
"Kau mau roti?" tawar Jungkook.
"Aku suka jika selainya cokelat." Sahut Lisa.
Jungkook menganggukkan kepala setelah itu lalu mengambil beberapa lembar roti dari dalam lemari penyimpanan, memasukannya ke dalam pemanggang lalu mencari selai cokelat di dalam lemari tadi sementara Lisa hanya mengamati.
"Kau tak takut mati?" celetuk Lisa. "Mengapa kau sangat menikmati pekerjaan mematikan itu?"
Tangan Jungkook berhenti bergerak, tadinya ia sedang menyiapkan piring dan pisau pemotong namun pertanyaan Lisa sukses membuatnya terhenti.
"Kau tak tahu apakah korbanmu penjahat atau orang baik, kau melakukan seluruh tugas yang diperintahkan dengan baik." Lanjut Lisa berkata.
"Ya, itu karena mereka membayarku. Aku tak peduli siapapun orangnya." Balas Jungkook datar. Ekspresinya kembali dingin seolah pertanyaan Lisa barusan telah mengubah kepribadiannya.
"Mengapa?" gadis itu bertanya lagi. "Dari sekian banyak profesi, mengapa kau memilih yang satu ini?"
"Ada batasan yang tak bisa kau paksa lewati." Ucap Jungkook. "Bukankah tujuanmu untuk sarapan?"
"Memang." Lisa mengubah ekspresinya menjadi ceria. "Rotinya sudah siap?"
"Sebentar lagi." Jungkook menyahuti dalam posisi membelakangi Lisa sementara gadis itu nampak memicingkan mata.
"Tuan Park..." Lisa berucap pelan. "Salah satu klien memintamu untuk---"
"Menghabisinya dia dan seluruh keluarganya."
Hening.
"Mengapa?"
"Mereka membayarku." Jawab Jungkook sekali lagi dengan jujur dan tegas, dia tidak pernah berbohong. "Dari mana kau mengetahuinya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
KARYAKARSA | Savoryphi
FanfictionSemua karyaku (oneshoot) yang bisa dibaca di karyakarsa @Savoryphi mulai dari 20 kakoin atau 2000 rupiah.