[ 9 1 1 ] ; nous deux

8 0 0
                                    

♤♤♤

"Dan jika bumi berhenti berputar, dan bulan menjauhi porosnya, maka matahari 'kan abadi dengan panasnya."

  Yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Nyatanya ungkapan tersebut dipandang sebegitu skeptisnya oleh seorang remaja baru puber yang merasa dirinya paling realistis, sebut saja perjaka belasan tahun itu Ilen. Sepanjang hidupnya yang baru seumur biji jagung, ia selalu berfikir bahwa bumi ini selalu melahirkan manusia-manusia aneh tiap tahunnya, ia pun berfikir bahwa bumi terlalu kekanakan sebab terlalu menganggungkan cinta dan roman picisan. Entah sebab hidupnya yang selalu didoktrin penuh ketegangan akan pertikaian atau sebab pribadinya yang terlalu kaku, sejauh ini Ilen hanya mampu membayangkan dirinya menjadi miliarder ketimbang memiliki kekasih abadi sepanjang hidupnya.

  Lalu pagi itu menjadi saksi, bagaiman Ilen dipertemukan dengan seonggok manusia tanpa ekspresi lewat adegan tabrak-menabrak seperti yang biasa terjadi dalam drama picisan yang acap kali disaksikan oleh Hima sahabat karibnya sang pencinta romansa lebay. Sesungguhnya ketika itu Ilen hanya perlu meminta maaf karena ia adalah penyebab tabrakan itu, namun ketika remaja tersebut bersinggungan mata dengan lawannya, suara rendahnya tiba-tiba saja terasa tercekat dan tersangkut di tenggorokan.

"Terlalu cepat untuk merasa kagum, tapi jancok sekali wajahnya sungguh rupawan"

Begitu ujar batinnya bergemuruh riuh hingga tingkah lakunya berubah total layaknya pencuri yang tertangkap basah telah mengambil emas 99 karat seberat 10 kilogram.

"Lain kali jalan yang bener. Hp lo retak nih layarnya" Sembari menyerahkan benda elektronik berbentuk pipih itu, sosok didepannya bersuara.

"Hah? Oh iya, gapapa ntar gue service. Hehe maaf ya gue nabrak lo, lo gapapa kan tapi?" Akhirnya suara Ilen yang entah tadi pergi hilang kemana kembali hadir.

"Gapapa, tapi kacamata gue pecah" Lelaki dihadapannya menunduk dengan sebatang kacamata yang kaca bagian kanannya kini telah retak, mungkin sebab tadi terbanting saat tak sengaja Ilen menabraknya.

"Ya Tuhan, gue ganti deh ya? Kan gue yang nabrak tadi, gue harus tanggung jawab."

"Gausah. Gue punya cadangannya, gue hargai itikad baik lo, tapi gausah ganti. Gue buru-buru, gue pergi dulu. Ketimbang kacamata gue, lebih baik uangnya lo pake buat nyervice hp lo." Selepas itu, ia pergi meninggalkan Ilen dengan segudang pikiran penuh cabang.

"Lo tau gak" Itu Hima, sahabat karib Ilen yang selalu mengekorinya kemanapun ia pergi.

"Gatau."

"Belum anjir"

"Ya terus apa? Tau apa?"

"Tahun ini sekolah kita juara 1 lomba debat internasional cok, keren banget njirr"

"Dih? Tumben banget lo ngikutin berita ginian, biasanya juga sibuk sama tumpukan drakor lo itu."

"Hehehehe, soalnya crush gue jadi salah satu anggota timnya" Hima cengengesan membalas, dan Ilen hanya menatapnya dengan raut aneh tak luput memutar kedua bola matanya malas.

"siapa lagi crush lo?" Tanya nya tak minat dengan tangan yang masih asyik mencatat materi demokrasi terpimpin siang itu.

"Ada, namanya Alexander Malveen, biasanya dipanggil Alex tapi gue manggilnya Malv hehehehe"

"Cringe banget pake segala nama panggilan. Paling besok juga udah ganti lagi crush lo"

"Lo trust issue banget sama gue njir, gue bakalan crush-in Malv selamanya, kalo bisa mah gue pacarin" Hima berkata dengan mimik wajahnya yang kelewat kemayu menurut Ilen.

Hembusan nafas kasar Ilen keluarkan seraya menutup buku catatannya. "Iya dah, gue doain lo berjodoh sama dia. Gue apresiasi soalnya kali ini lo ga salah pilih crush"

"Eh, maksud lo salah pilih apaan bjir?"

"Maksud gue, crush lo yang dulu-dulu -1 of 10 semua alias kalo gak jamet ya ngaberz anjing, tumbenan kali ini lo ngecrush-in orang pinter"

"Kayak dukun aja lo sebut orang pinter." Hima terkekeh sembari menepuk-nepuk pundak belakang Ilen cukup kencang
"Aduh sakit anjing, awas dah gue mau ke wc"

"Ke wc mulu lo, beser ya?"

"Iya, gue beser liat muka kasmaran lo yang kayak monyet"

"Tai banget lo Len"

Perjalanan dari kelasnya menuju toilet terhitung hanya memakan waktu satu menit, namun Ilen sengaja memanjangkan waktu dengan berjalan sangat-amat santai menyusuri sepanjang koridor area kelasnya. Wajahnya celingukan ke kanan dan kiri memantau tiap-tiap ruang kelas yang dilewatinya, hingga tak sengaja ia kembali bersinggungan mata dengan seseorang yang ternyata sama percis dengan sosok yang tak sengaja ia tabrak tadi pagi. Kelas Mipa 1 adalah kelas unggulan yang mayoritas siswanya mendapat predikat A+, Ilen dengan rasa terkejutnya seketika melepas ikatan mata itu dan mempercepat langkahnya menuju kelas.

  Sumpah mati jantungnya terasa hampir meledak tadi, bahkan ikatan antar mata itu hanya berlangsung lima detik, entah apa yang membuat Ilen gelisah, hatinya terasa gundah namun juga senang. Akan tetapi, kembali mengingat ruang kelas yang dihuni sosok itu membuatnya sedikit sedih.

"Pantes kacamatanya tebel, emang aslinya orang pinter"

Kembali membatin lirih, Ilen terduduk lesu dibangkunya. Hima hanya memandang heran sahabatnya itu yang mood-nya cepat sekali berubah.

"Kenapa lagi lo?"

"Hah? Gak, btw anggota dari tim debat internasional siapa aja dah Him?"

"Njir tumben lo kepo. Kan ada tiga orang tuh, yang pertama jelas Malv, kedua cowok juga namanya Joesther, terus satu lagi cewek namanya Hera. Dih sumpah ya ini cewek nempelin Malv mulu kayak permen karet bekas anjir, malesin banget"

Sebetulnya Ilen tidak tapi memperdulikan kicauan Hima mengenai pemeran cewek yang men-gandoli crushnya, ia hanya terfokus dengan satu nama cowok yang disebut oleh sahabatnya itu, ia cukup penasaran akankah nama yang disebut Hima merupakan milik seorang yang ada dalam pikirannya?

Dan mungkin saja selepas ini motto hidup Ilen yang berpegang teguh pada kemandirian dan kesendirian akan mulai terkikis dengan motto baru, atau mungkin saja selepas ini Ilen akan berubah seperti Hima yang terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada seseorang? Siapa yang tahu.

♤♤♤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

911 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang