First meeting

28 2 0
                                    

Ini cerita pertama yang sudah kubuat. Maaf jika bahasa yang kugunakan amburadul. Hahaha

Silahkan menikmati cerita ini.

Hope u like it... don't forget vote

---------------------------------------------------------

Rennata

Rennata Silvina gadis periang yang memiliki wajah manis dengan kulit putih berambut panjang dengan warna coklat. Hari ini adalah hari pertama aku kuliah. Jam menunjukkan pukul 8.45 am aku berlari dari rumah menuju ke kampus yang memang hanya 10 menit jika berlari. Tapi gedung yang aku tuju ada di bagian paling belakang di lantai 3. Tidak lucu kan kalau telat di hari pertama. Hahaha

Ya dengan langkah besar tinggal menyebrang saja sudah bisa kulihat gerbang utama. Aku mulai menyebrang di jalanan yang terlihat sepi itu. Tiba-tiba dari arah kanan sebuah minibus  yang ugal-ugalan melaju dengan cepat. Aku terpaku di jalan, kakiku serasa berat untuk digerakkan.

"MINGGIR BODOH !!!!" Teriak pemuda yang dari belakang mendorong tubuhku hingga jatuh ke seberang jalan.

"Ughh..." aku merintih punggungku sakit membentur trotoar sedangkan badanku tertindih sesuatu yang berat.

Dasar minibus sial ugal-ugalan di pagi buta. Supirnya kebanyakan makan pil koplo kali ya. Selesai mengumpat kurasakan hembusan nafas seseorang yang terasa dekat dengan wajahku.

Deg ... serasa ada yang salah dengan jantungku yang berdebar-debar dengan laju yang tidak biasa. Aku membelalakkan mata melihat orang yang menindihku seorang laki-laki tampan berkulit putih dengan mata hijau yang indah dengan rambut hitam yang  berantakan menggunakan shirt putih yang tertutupi jaket kulit hitam dengan celana yang selaras.

Mata hijau itu memperhatikanku begitu dekat. Tatapannya yang tajam serasa menusuk dadaku yang berdebar sedaritadi.

Plakkk

Tanpa sadar aku menampar diriku sendiri. Apa aku sudah mati tertabrak minibus dan bertemu malaikat.
Mata pemuda itu melebar melihatku yang berkelakuan aneh.

"Kau sudah gila rupanya." dengan nada sedikit menyentak dia menghempaskan nafasnya, sepertinya ia merasa kesal. Mata hijau itu menatapku yang sedang bego menelitinya. Belum sempat aku menjawab dia sudah membantuku berdiri. Kemudian berlalu meninggalkanku begitu saja.

Tersadar akan realita aku segera berlari menuju gedung fakultas yang kutuju. Aku berharap dapat bertemu dengannya lagi yang ternyata menuju kampus yang sama denganku. Dalam hati aku berdoa semoga pemuda bermata hijau itu satu jurusan dan kelas denganku.

*****

Author

Gedung aula mulai penuh sesak dengan kumpulan mahasiswa baru untuk semua jurusan. Rennata mulai mencari barisan anak jurusan manajemen yang sama dengannya.

Gadis itu mulai sedikit kebingungan karena kerumunan yang padat. Serasa jadi pisang penyet batinnya karena berdesakan dengan beberapa mahasiswa lainnya. Bagaimana tidak maju susah mundur apalagi oksigen mulai menipis pula. Ingin rasanya gadis itu mengamuk memukul satu-satu orang yang menghimpitnya.

Seseorang tiba-tiba menarik tangannya untuk menjauhi kerumunan yang lumayan padat itu.



Elric pov

Aku memasuki kawasan aula yang sudah penuh sesak dengan mahasiswa baru. Sebagai salah satu panitia acara penyambutan mahasiswa baru aku harus melihat bagaimana wajah-wajah juniorku yang akan menjadi wajah baru kampus ini dan juga melihat bagaimana kinerja timku.

Sebenarnya itu alasanku saja aku ingin melihat bagaimana wajah-wajah cantik yang kali ini akan mengisi kehidupan kampusku.

Aku melihat seorang mahasiswi yang terhimpit oleh beberapa mahasiswa lainnya. Raut wajahnya yang kesal berubah menjadi biru dan pucat.
Segera saja aku menarik lengan gadis itu dan menjauhi kerumunan yang padat tadi.

Aku melirik salah satu panitia dan menginstruksikan dengan gerakan tangan untuk segera mengatur kerumunan yang padat itu.

Bisa-bisanya mereka kurang tanggap melihat mahasiswa baru yang mulai ramai dan berdesakan. Bagaimana jika ada mahasiswa baru kita yang pingsan atau mati di tempat gara-gara kurang oksigen atau terinjak.

Untung saja aku menarik tangan mahasiswi yang mulai berwajah biru ini ke tempat yang tidak terlalu ramai.

Aku berhenti kemudian melihat kebelakang. Aku melihat gadis ini yang sekarang sedang mengatur nafasnya. Wajahnya sudah tidak biru seperti tadi tapi masih sedikit pucat. Kulit wajahnya yang putih pucat tidak menutupi kecantikan wajahnya yang memang alami.

"Kamu tidak apa." Aku bertanya padanya.

Dia mulai membuka matanya yang coklat keemasan dan melihatku. Aku merasa ketika dia membuka matanya aku pernah melihat mata itu sebelumnya. Tapi dimana...

" Ya aku tidak apa. Terimakasih sudah menolongku. " ucapnya.

" Kamu mau aku antarkan ke ruang kesehatan?" tawarku padanya

"Ah.. terimakasih tapi tidak perlu. Aku akan kembali saja."

Ppffft aku tersenyum membelakanginya menahan tawaku biasanya orang akan berusaha kabur jika harus mengikuti upacara pembukaan seperti ini. Gadis itu mengernyit bingung dengan tingkahku.

" Baiklah kalo begitu. Usahakan jangan seperti tadi. Atau aku akan mengkhawatirkanmu."

"Tadi ... ??"

"Seperti marmut terjepit."

Wajahnya sontak memerah dengan raut wajah yang sebal dan bibir yang mengerucut. Aku tertawa melihat perubahan ekspresi wajahnya. Ia berdecak kesal sambil membalikkan badannya menuju aula tadi. Aku menarik lengannya lagi dan memandangnya. Dia berbalik kaget.

" Namaku Elric, siapa namamu nona manis?"

" Untuk apa kamu tahu namaku dan lepaskan tanganku." Ucapnya ketus

" Hei aku hanya bercanda. Kamu ini tidak sopan sekali dengan seniormu." Sambil melepaskan tangannya

" Rena... namaku Renata."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Smile For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang