✦
"Jadi, apa masalahmu?" tanya Mika.
Mereka bertiga duduk di meja bundar, mengelilingi seorang murid di hadapannya. Murid itu tampak grogi. Dia berkali-kali menggigit kuku jarinya.
"A-aku... merasa diganggu." ungkapnya seraya menundukkan kepalanya.
Carmi dan Mika saling berpandangan. Sampai akhirnya, Fran membuka suara. "Jika berkenan... bolehkah kau menjelaskan gangguan yang kau alami?"
Murid itu mengangguk. Kemudian menjelaskan. "Ada seorang murid... dia.." Dia memotong perkataannya sendiri. Murid tersebut kembali memilin-milin rambut kepangnya dengan gugup.
".... dia menggangguku setiap waktu, s-setiap kami bertemu..." Suaranya mulai sesenggukan. "Aku merasa.... merasa tak n-nyaman.."
Fran langsung berdiri dan duduk di sebelah murid itu. Mengelus punggungnya halus, menenangkannya.
"Di kelas mana murid itu berasal?" tanya Mika. Tubuhnya sedikit mendekat ke arah murid tersebut, dan menyilangkan kakinya.
"Kelas C..."
"Apa ciri-cirinya?" Mika bertanya lagi. Sekarang dia mengeluarkan sebuah buku notebook kecil dari sakunya.
"T-tinggi... berambut hitam lurus, dan... memiliki luka bakar di pipinya."
Mika mendengarkan sembari terus menulis di notebook mini-nya. Akhirnya, dia mengangkat kepala dan menatap murid itu. "Baiklah, bisa kau ceritakan apa yang telah dia perbuat padamu?"
Mendengar pertanyaan tersebut, murid itu langsung berubah pucat. Dia semakin bergetar, dan matanya melebar.
"A-aku... tidak bisa ceritakan.."
Fran yang berada di sebelah murid itu langsung cemas, nyatanya murid tersebut sangat ketakutan secara mendadak. Dia berkali-kali mencuri pandang ke sebelah Mika, yang notabenenya tidak ada siapa-siapa di situ.
Akhirnya Fran kembali mengelus-elus punggung murid itu. Tersenyum, dia menenangkan. "Ah, kalau tidak siap tidak apa... Kamu bisa bercerita tentang masalahmu kapan saja jika kau sudah siap."
Tetapi, murid tersebut tidak menanggapi. Gadis malang itu tetap menggigil ketakutan, matanya melebar dengan pupil yang mengecil.
"D-dia..." Dengan gemetar dia mengeluarkan tangannya, dan menyingkirkan poni yang menutup dahinya.
"Dia menggores dahiku dengan pisau..."
Ketiga teman itu langsung terkejut ketika melihat dahi murid tersebut. Di dahinya, tampak sebuah luka berbentuk simbol "◉". Simbol fisheye.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying Specter
Mystery / ThrillerAku, dan ketiga temanku terpilih menjadi murid yang bergabung ke sebuah organisasi sekolah yang mengatasi pembullyan. kami mengatasi banyak kasus pembullyan, banyak yang melapor pada kami, dan dengan mudah kami bisa menyelesaikan hal tersebut. Karen...