Hari ini cukup dingin, aku segera membuka mataku, bersiap-siap menuju ke kantorku yang hanya berjarak lima belas menit dari kosan. Sebelumnya perkenalkan dulu, aku adalah Hagia Sofiah, perempuan usia dua puluh enam, yang masih single dan hobinya adalah dinas keluar kota setiap empat bulan sekali karena perkejaanku adalah badan pengawas... pengawas orang tampan hehe bercanda. Tidak menyangka, sebentar lagi aku akan sampai dikantor.
"pagi pak mugi, pagi-pagi sudah ngopi enak banget" aku menegur pak mugi yang sedang asik ngopi dimeja kerjanya.
"pagi mba Gia, gimana tidurnya nyenyak?" sahut pak mugi
"oh tentu nyenyak sebab saya kemarin siang bertemu cowok ganteng hehe " jawabku bercanda.
"ciee siapatuh mba? Info lokasi mba" timpal Puji
"ada deh, pokoknya dia anak toko sembako yang gede didaerah sini tuh" aku menggoda puji.
"loh? Toko sembako pak tito? Yang tidak jauh dari kosmu itu mba?" tanya puji meyakinkan.
"Loh sampean tau ji? Iyo disitu. Ganteng banget loh Ji. Aku sampai jatuh dari motor lihat dia turun dari mobil" aku mengarang cerita padahal kejadian yang sebenarnya tidak seperti itu.
"Pak tito itu sudah almarhum, beliau orang tersohor didesa ini dan cukup sukes, setauku anaknya ada dua dan tinggal dijakarta, cewe dan cowo" timpal Pak Mugi
"pak mugi tau ga nama anak cowonya?" aku pensaran, sambil berberes meja kerjaku
"ya tau lah, kalau tidak salah sudah menikah semua, makanya tinggal dijakarta" jawab pak mugi sambil nyeruput kopinya. "namanya mas Shaka. Umurnya sepantaran anakku" tambah pak mugi
"iya tah? Yaaah kapal oleng kapten, sudah menikah ternyata" aku jawab dengan penuh kekecewaan. Aku, pak mugi dan puji pun lanjut bekerja.
Dengan perasaan penuh kecewa, aku terus memikirkan mas shaka, padahal aku baru pertama kali bertemu itupun tidak sengaja, tapi mengapa rasanya sedih sekali, aku bahkan belum sempat memiliki. Apakah ini efek umur segini masih jomblo?
Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu, aku pun segera pulang, tetapi memutuskan untuk mampir dulu ke toko mas shaka, siapatau aku bertemu lagi, meskipun aku tidak akan pernah bisa memilikimu, tapi izinkan aku menikmati wajah tampanmu ya mas. Ya ampun Hagia, ingat dia suami orang, aku menoyor kepalaku. Aku berbegas pulang dan mampir.
Aku melihat lagi mbak kasir kemarin dan menyapaku.
"baru pulang kerja mba?" tanya dia ramah. Aku mengangguk. " beli apa mba?" tanya lagi.
Aku kaget. Bingung. Sebab tujuanku mampir bukan untuk beli barang tetapi melihat mas shaka yang dibilang pak mugi. Mba kasir membuyarkan lamunanku. "mba?
" tanya dia heran."anu saya mau beli pembalut 2 pack, ada mba? Yang ada sayapnya ya mba" jawabku sambil mengamati keadaan sekitar.
"nggeh.. apalagi mba?"
"itu aja mba, mba aku mau nanya" tanyaku penasaran
"apa mba" mbak kasir itu sibuk memasukan belanjaanku ke plastik
"mas-mas kemarin yang saya pas jatuh dari motor itu siapa namanya? Saya mau bilang terimakasih" tanyaku hati-hati
"walah mas shaka itu mba anaknya bu tito, dia lagi main kesini. Mau saya panggilkan mas shaka?" mbak kasir itu cukup antusias dan langsung memecahkan suasana.
"eh jangan mba, nanti aja kalau ketemu lagi... " akupun membayar belanjaanku dan berbegas pergi, belum sempat memalingkan badan, ku lihat sosok pria itu datang menghampiri mbak kasir itu.
"eh mas panjang umur, iki mbak ini nanyain sampean" mbak kasir itu langsung menusuk dadaku. DEG.
"Iya toh mba?" jawab dia tersenyum
"nggak mas, saya Cuma mau nanya apakah mobil mas lecet pas kemarin, saya mau tanggung jawab" aku gemetar
Dia tersenyum. Cukup mas cukup. Aku menjerit dalam hati.
"gak apa-apa mba. Saya shaka" dia menghampiriku, mengajakku berkenalan. Plak. Aku disadarkan sesuatu, dia suami orang.
"saya Hagia " aku menjabat tangannya.'
"asli mana mba?"
"jakarta mas"
"aku tahusih dari logatmu, selamat datang di wonogiri mba" dia mempersilahkanku bak seorang pangeran menjemput tuan putrinya. Plak lagi. Aku halu.
"haha iya mas, wonogiri adem ya mas. Masnya tinggal disini?:"
"aku lahir disini dan merantau ke jakarta mba, ini lagi main nengok ibu"
"owalah iyo mas, yausdah, saya pulang dulu. Ayo mbak duluan" aku berpamitan.
Diperjalanan aku terpikirkan, kalo mas shaka sudah menikah seharusnya dia menggunakan cincin, atau dia tidak sepatutnya mengajakku berkenalan. Hmm. Dasar genit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaka To Heaven
Short Storysemoga kamu bahagia, Shaka. semoga kamu selalu bahagia Shaka.