Canggung

482 61 5
                                    

"...9...10"

Hari ini langit terasa cerah, sebagaimana keinginanku lagi-lagi terkabuli. Apa Tuhan mendengar ucapanku dari kemarin? Entahlah.

"Azizi ngumpet dimana ya? Anak itu jago sekali kalau bermain petak umpet", ucapku.

Aku berjalan menyusuri beberapa tempat biasa bersembunyi mulai dari semak-semak, dibalik pintu gudang, maupun di atas pohon --Ya kamu tidak salah dengar, dia memang sering mengumpat di sana.

"Baiklah, aku sedikit menyerah kali ini. Anak ini memang sangat jago. Pantas saja ibu penjaga sampai pusing kalau dia sudah bersembunyi"

Aku mulai berteriak untuk menyerah dalam permainan ini. Azizi terlalu handal, kalau dibiarkan, mungkin akan memakan waktu banyak dan akan dimarahi ibu penjaga.

"Azizi! Aku menyerah! Kamu dimana?"

Tak lama aku mendengar suara dari arah salah satu semak. Sepertinya dari arah dekat pintu mengarah ke dapur. Dengan segera aku berlari ke arah sana.

Benar saja, dia ada di sana. Namun dia tampak fokus pada sesuatu. Aku tidak bisa melihatnya karena dia memunggungiku.

"Azizi, kamu ngapain?"

"Hm? Eh Chika, maaf aku ninggalin kamu", ucapnya.

Awalnya aku merasa kesal mendengar hal itu, tapi setelah aku lihat apa yang dia sibukkan, seketika aku melupakan kekesalanku.

"Itu... Burung?"

"Iya, lebih tepatnya anak burung. Menurutku dia jatuh dari sarangnya"

"Sarang? Dimana?"

"Itu pohonnya"

Aku melihat ke arah yang ia tunjuk. Di panti asuhan kami, banyak sekali pohon. Mungkin yang lebih hapal beberapa pohon ada Azizi. Dia memang sering sekali memanjat beberapa pohon --Bukan beberapa, tapi hampir semua pohon dia panjat. Tak heran dia bisa tau.

"Kamu awasin sekitar ya, aku mau pulangin dia ke sarangnya"

"Zi, jangan gila deh"

"Udah Chik, bantu aku. Aku kasian sama burung ini"

Aku menghela nafas kasar. Susah melarangnya. Aku tidak berbicara banyak dan terpaksa mengangguknya. Gadis itu tersenyum lalu segera memanjat dengan hati-hati. Aku cukup khawatir karena takut dia terjatuh. Apalagi pohon itu cukup tinggi.

"Zi? Aman kan?"

Azizi nampaknya sedang fokus memanjat. Tapi sepertinya dia berhasil sampai ke salah satu batang dimana sarang burung itu berada.

"Nah, udah sampai ke rumah kamu. Lain kali hati-hati ya", ucapnya.

Azizi mulai kembali ke posisi dimana dia akan segera turun ke bawah. Namun tak berlangsung lama, dia salah menginjak salah satu batang dimana batang tersebut patah. Azizi kehilangan keseimbangannya dan terjatuh cukup keras.

Aku segera berlari ke arahnya. Aku benar-benar panik dan apa yang ku khawatirkan benar-benar terjadi.

"Zi, kamu gapapa kan? Udah aku bilang ih jangan dipaksain", rewelku.

"Hahahaha, aku gapapa Chika. Tidak terlalu sakit lagi pula. Makasih ya udah bantu awasin sekitar", ucapnya.

Senyum di wajahnya benar-benar membuatku sedikit tersipu. Aku tidak menyangka gadis yang ku suka, ternyata mempunyai senyum yang sangat indah.

Yakusoku 約束Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang