•••"Kisah aku dan kamu dimulai"
•••
Reyfa pov.
Tok.
Tok..
Tok..
Tok..
"Neng reyfa?"
Shit!
Tidur gue terganggu karena suara ketukan pintu berulang kali, terpaksa harus bangun. Gue melirik ke arah jam dinding dan ternyata sekarang sudah pukul 12.30.
"Oh Shetengah hatu? Huamm...." ucap gue sambil menguap.
Gue pun beranjak dari ranjang dan berjalan gontai-gontai seraya merapihkan rambut kebelakang. Bodo amat dengan penampilan gue yang hanya pakai koloran dengan atasan kaos singlet berwarna hitam.
Tok.
Tok.
Tok.
"Neng reyfa?"
Gue mendengus kesel dengar suara ketukan pintu itu. Gue pun membuka pintu tersebut. Siapa sih dateng ke kost-an gue siang bolong begini.
Pintu sudah terbuka lebar dan ternyata yang datang itu ibu pemilik kost gue dan seorang gadis yang ga kenal sama sekali bahkan ini pertama kali lihat dia.
"Siang neng reyfa" sapa ibu kost sembari tersenyum
"Siang juga bu" balas gue se adanya namun pandangan gue tertuju gadis berambut panjang itu.
"Maaf ya neng ibu udah ganggu tidur siang kamu"
Gue ga jawab sebab pandangan gue terkunci oleh dia. Sial, kenapa dia tersenyum seperti itu. Maksud gue senyuman dia sangat manis, gue suka.
"Neng reyfa?"
Ibu kost nyenggol lengan kiri gue membuat gue tersadar. Shit! Gue melakukan hal bodoh.
"Oh i-iya bu gapapa" balas gue kaya orang gagap.
"Ada apa ya bu? tumben datang kesini" tanya gue penasaran.
"Jadi begini neng ibu kemari mau ngasih tahu, kalo dia akan jadi teman sekamar mu sekarang. Soal kamar lain sudah penuh dan setahu ibu dikamar kamu ada dua single bed ya kan neng refya?"
"Fuck! Kenapa harus dia? Maksud gue yah gapapa sih tapi... Arghh!!!!" Pekik batin gue.
"Hmm iya bu kasur satunya nganggur di kamar saya" ucap gue sambil menggaruk tengkuk leher tak gatal.
"Syukur lah, jadi bagaimana neng deqi?"
Deqi
Nama yang sangat cantik dan jarang orang mempunyai nama seperti dia.
"Iya bu aku mau. Boleh kan bu aku sekarang nempati nya?" ucap dia terdengar lembut.
"Oh tentu saja boleh atuh neng"
"What?! Sekarang banget? kenapa ga besok aja sih!" batin gue sangat kesel.
Bukannya gue ngatur cuman masalahnya bekas putung rokok berserakan di lantai belum sempat gue bersihan. Bodolah untung cuman tiga putung rokok.
"Terimakasih, oh ya ini bu aku bayar kost nya" ucap dia sambil ngeluarin uang dari tas bunny miliknya.
"Ya ampun neng kamu ga perlu bayar sekarang. Soalnya neng reyfa sudah bayar kemarin. Jadi kamu bayar nya awal bulan nanti untuk pembayarannya setengah aja ya neng sama neng reyfa"
Apaan nih? Dia malah natap gue lagi coba.
"Oh begitu ya... terimakasih ya bu" ucap dia sangat sopan.
"Kamu berterima kasih juga sama neng reyfa ya. Ibu juga selalu berterima kasih sebab neng reyfa setiap bayar kost selalu full padahal dia cukup bayar setengahnya"
Anjir lah kenapa ibu kost malah berucap seperti itu kan gue jadi ga enak.
"Terima kasih" ucap dia sangat lembut.
Ya Tuhan, kenapa jantung saya berdetak cepat begini cuman karena dia.
"Yaudah sekarang neng istirahat ya pasti kamu cape nyari kost kesana kemari. Mau ibu bantu masukkan koper neng ke dalam?"
"Gapapa bu biar aku aja. Sekali lagi makasih ya bu untuk kamar kost nya"
"Sama-sama neng.... maaf ibu ga bisa lama disini. Semoga neng betah ya dan semoga nyaman sama neng reyfa. Kamu tenang aja, neng refya orangnya baik dan ramah kok"
Udahlah semuanya aja bu bongkar siapa diriku. "Untung gue sayang sama ibu kost"
"Kalo begitu ibu pamit ya"
Ibu kost pun pergi dari kamar gue. Sekarang tinggal kita berdua. Shit! Malah jadi canggung begini apalagi sekarang dia sekamar sama gue. Terus gue orangnya ga pandai cari topik lagi.
"Ayo masuk"
Gue mundur selangkah mempersilahkam dia masuk ke dalam.
"Terima kasih kak"
Sial, kenapa ga ada ucapan selain terima kasih?
Dia pun masuk sembari bawa koper lumayan cukup besar. Gue melihat dia agak kesusahan bawa kopernya. Gue pun tanpa basa basi langsung gue angkat koper itu tanpa seizinnya. Lalu gue bawa kopernya disamping kasur milikknya. Setelah itu gue dengan cepat buang putung rokok ke tempat sampah lalu gue ambil gitar itu di lantai dan menaruh kembali di samping lemari besar yang khusus untuk dua orang.
Dia masih diam ditempat dan menatap gue yang sama sekali sulit di mengerti. Gue pun menghampirinya.
Posisi Gue sama dia sekarang berhadapan. Ternyata tinggi badannya lebih pendek dari gue, lucu.
"Sorry berantakan" ucap gue terdengar serak maklum habis bangun tidur.
"Gapapa, Uhm... boleh aku masuk?"
"Kita sekamar. Lo ga perlu izin sama gue" ucap gue sambil menutup pintu lalu berjalan ke ranjang milik gue. Lalu tubuh gue hempaskan ke kasur.
Perlahan gue mulai memejamkan mata lanjut tidur tentu. Tapi gue penasaran apa yang dia lakukan. Gue pun mengintip alias pura-pura tidur, dan ternyata dia sedang membuka kopernya. Oh pasti mau masukin bajunya kedalam lemari.
Gue masih memperhatikan dia. Jujur saja dia sangat cantik berbeda dengan lain. Sial, dia sekarang sedang mengikat rambutnya ala cepol. Terlihat kulit lehernya sangat mulus dan putih membuat gue menelan ludah.
Damn! Ga bisa gue melihat dia terus begini. Akhirnya gue putuskan untuk sudahi pura-pura tidur sialan ini. Gue bangun dari ranjang secara tiba-tiba lalu kemudian menatap dia dengan tajam.
"Ke-kenapa? A-ku mengganggu tidur kamu ya?" ucap dia seperti orang ketakutan.
"Ga, lanjut aja sama perkerjaan lo"
Gue berjalan menuju lemari lalu mengambil sebuah kaos putih dan celana jeans pendek. Ya, tujuan gue pergi untuk mandi. Gerah gue lama-lama kalo diam terus disini.
Tbc.