{Hadiah spesial ke 14}

12 4 1
                                    


Ini hari libur yang membosankan, padahal sepanjang pekan aku sudah menantikan hari ini. Banyak hal yang sudah ku rencanakan tapi seperti biasa, gagal total. Rasanya aku ingin mengamuk karena tidak mengingat hal yang penting untuk aktifitas yang akan kulakukan!

Akhir-akhir ini aku jadi pelupa, mungkin ini efek setelah ujian atau apalah itu.

Bosan hanya tiduran di sofa, aku memutuskan untuk mengecek buku pelajaran ku untuk besok. Aktifitas sekolah yang monoton itu membosankan tapi setidaknya aku bersyukur tidak ada pembully yang menyasar diriku. Untuk saat ini, dan jika ada yang macam macam denganku sangat mudah untuk mengadu pada ibu ku.

Aku memang anak pengadu, julukan ku di kompleks dan sekolah, aku tidak bermasalah dengan itu.

Saat sedang fokus menaruh buku, aku tidak sengaja menjatuhkan buku paling atas di rak. Bunyi berdebum saat beberapa buku tebal itu jatuh di atas karpet kusam, aku mencebik, kesal karena tidak hati hati aku malah menambah kerjaan. Padahal aku ingin cepat selesai agar bisa bersantai lagi. Tapi aku menemukan sesuatu yang menarik, di antara buku yang jatuh itu ada kotak kaset yang tidak pernah kulihat. Aku yakin ini bukan milik ayah.

Semua kaset ada di rak ruang keluarga, dan aku bukan penyuka musik jadul yang ada di kaset CD.

Ku ambil kaset itu, tertulis angka 14 di sampulnya yang putih. Ini aneh, perasaan ku mulai tidak enak dan semoga ini bukan kaset penuh kutukan yang ada di film. Pasti bukan, angka sial kan 13 bukan angka genap.

Apa aku harus mencari tahu apa isi kaset ini atau aku beri saja ke ibu? Gamang diantara dua pilihan entah kenapa aku menuruti keinginan tahuan ku. Jam di dinding menunjukkan pukul 4 sore, masih ada waktu sebelum orang tuaku pulang.

Dengan segera aku menyalakan TV dan memutar kaset itu, jantung ku mulai berdebar dan hanya terpampang layar hitam selama beberapa saat, 30 detik dari hitungan ku. Tiba tiba saja layar TV menampilkan sebuah video secara buram namun akhirnya menjadi lebih jernih. Terdengar nyanyian ulang tahun di video itu, yang diiringi tepuk tangan tetangga dan anak mereka.

Aku sedikit lega saat melihat sosok diriku di video, yang terlihat agak malu malu menjadi si pusat perhatian. Ternyata ini tentang ulang tahunku tapi aku tidak ingat siapa yang merekam momen itu, aku mulai menyadari ada beberapa keanehan di video berjudul 14 itu.

Selama aku menontonnya, video itu menunjukkan hanya ada beberapa tetangga dan dua teman kelas yang datang, seingatku lebih ramai dari itu. Dan juga aku terlihat memakai gaun pendek berwarna abu abu terang.

Bukannya aku memilih gaun berwarna kuning cerah, seperti bunga matahari. Itu konsep ulang tahun ku yang ke 14.

Video tiba-tiba berfokus pada kue ulang tahun berwarna putih dua tingkat dengan hiasan bunga mawar putih, aku terperangah. Kenapa video ini berbeda dengan apa yang terjadi?! Video apa ini? Tapi orang yang disana mirip denganku, dan juga aku mengenali para tamu yang datang.

Kecuali satu orang...

Dia seorang pria, Satu-satunya yang berbeda dan bertepuk tangan pelan saat aku sudah meniup lilin di video, kulitnya bersih, matanya juga menyipit karena tersenyum. Dia yang paling klimis diantara para tamu, terlihat seperti keturunan Cina tapi sangat terlihat tulang pipinya agak menonjol.

Siapa dia? Kenapa dia ada di acara itu tahun lalu?

Fokus video hanya kepada pria itu saat dia mendekati ku, senyumnya kali ini sangat tulus hingga matanya membentuk garis lengkungan yang indah di balik kaca mata perak nya. Dia sedikit membungkukkan badan, menyamakan postur tubuh lalu membelai singkat puncak kepalaku.

Dia memberikan kado yaitu toples kaca ukuran kecil berisi permen kuing pucat, toples itu terlihat mahal dan berat. Aku terlihat senang bukan main mendapatkan hadiah itu, suara dari video tiba tiba hilang digantikan dengan bunyi pip-- panjang yang membuat telinga ngilu. Aku memegangi kepalaku seketika, rasa nyeri menusuk di suatu tempat di otakku. Aku tercekat rasa panik.

Kualitas video itu memburuk dari awalnya, tidak ada lagi tampilan ulang tahunku atau pria asing itu. Semuanya hilang digantikan layar berwarna biru pekat. Pemutar CD mengeluarkan kaset itu, nafasku memburu dan masih memegang kepalaku meski rasa sakitnya perlahan menghilang. Ku perhatikan kaset itu, setidaknya aku tahu apa isinya yang membuatku hampir kena serangan jantung.

Apa seseorang sedang meneror keluarga ku? Atau lebih tepatnya punya masalah denganku? Aku saja tidak berani macam-macam dengan orang lain karena ibu ku akan dengan kejam mendisiplinkan diriku dengan sandal atau sapu lapuk.

Aku merasa ada di dimensi lain rasanya, apa yang aku alami dengan apa yang di rekam di kaset itu sangat berbeda, dan sialnya aku tidak mengambil foto di hari itu untuk membuktikan mana yang benar, ingatanku atau kaset misterius yang entah dari mana asalnya!

Satu-satunya yang aku foto hanyalah permen kuning itu karena kupikir warnanya cantik, toples nya juga.

Aku kembali ke kamar ku membawa kaset itu, akan kusimpan sebentar sebelum memutuskan untuk bercerita pada ibu saat dia pulang atau kubuang saja di sungai. Kepalaku masih berdenyut pelan dan aku merutuk kesakitan.

Sesampainya di kamar, baru saja aku ingin merubuhkan badan di kasur aku malah dihantam ingatan. Aku tahu dimana kuletakkan hadiah yang pria itu berikan. Permen kuning!

Ku lempar buku yang semula aku tata, mencari celah diantara rak buku, tidak ada! Mencari lagi diatas lemari dan kolong meja, Nihil! Hanya ada jaring Laba-laba.

Hampir menyerah aku mencarinya, aku ingat aku menyimpan nya di kamarku, masalahnya di tempat spesifik mana aku taruh itu yang tidak aku ingat. Aku melirik kolong tempat tidur yang jarang aku bersihkan membuat beberapa benda tergeletak disana, kebiasaan buruk yang seharusnya tidak aku teruskan.

Mungkinkah?

Aku membungkuk lalu menyipitkan mata agar bisa melihat dengan jelas, di sana ada kertas ujian matematika dengan nilai 31 merah yang aku sembunyikan, topi berwarna hijau yang bagian depannya sudah bolong, pita merah dan disana benda itu bersembunyi dan paling dekat dengan dinding. Aku mengambil nya dengan susah payah dan membersihkan dari debu.

Toples itu masih cantik, permen di dalamnya terlihat masih bisa dikonsumsi tapi isinya sudah hampir habis. Di bawah toples itu ada kertas yang sudah berwarna coklat bertuliskan.

Selamat ulang tahun yang ke 14, lalu di pojok kiri terdapat nama si pria Cina itu yaitu Samsul.

Tidak menyelesaikan masalah, aku tidak kenal siapa itu Samsul. Sekarang kepalaku berdenyut lagi.

Denuka JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang