Ingat Saya

170 6 2
                                    

Remake : https://tambahpinter.com/cerpen-horor/

⚠️horror

•••

Sudut pandang Sunoo :

Sepertinya ini hari kelima aku tinggal jauh dari keluarga, di sebuah kamar kos seukuran dua kali dua meter, cukup untuk memosisikan tubuhku telentang. Aku tahu dapat melanjutkan studiku di kampus elit ini adalah impianku sejak lama, alih-alih senang sepertinya kepalaku sudah eror akibat hampir tak dapat tertidur sejak pertama kali aku membuka kunci pintu kamar ini.

Aku memunggungi sosok pria di belakangku, setelah seharian pura-pura tak melihatnya, ia hanya duduk memojok sambil menekuk wajahnya. Sebetulnya tak tega, tapi tolong ingatkan aku kalau dia adalah makhluk halus.

Hampir pukul delapan malam dan aku masih betah dengan posisiku sejak siang tadi, sampai suara perutku terdengar sangat nyaring, sampai rasanya tetangga kamarku akan mendengarnya. Ketukan pelan terasa di belakang punggungku, jemarinya kecil dan agak dingin.

"Ma-maaf kalau aku mengganggumu, tapi jika kau lapar aku tak akan mengganggumu, aku akan pura-pura tak lihat," ucapnya setengah berbisik.

Kondisi perutku memang tak bisa diajak kompromi lagi, ini akan berakhir tragis jika aku tak makan sekarang juga. Akhirnya aku bergegas mengambil jaket dan dompet untuk membeli makanan di warung depan.

Sekembalinya di kamar, aku membuka dua bungkus nasi lengkap dengan sayur dan ikan balado favoritku, aku sempat terkejut, kenapa juga aku membeli dua bungkus.

"Kamu tidak bisa makan ya?" lengkap sekali, sepertinya kelaparan membuatku lebih bodoh.

Pria itu hanya mengangguk pelan.
"Sebetulnya aku juga ingin makan, lauknya terlihat begitu menggoda sampai rasanya aku bisa merasakannya di mulutku."

Setelah mengisi perutku, ditambah teh segar yang meluncur lancar di kerongkongan aku akhirnya dapat berpikir lebih lancar. "Kenapa mataku dapat melihatmu?"

"Entah." Kenapa ia jadi irit sekali berbicara.

"Tapi, aku merasa sudah mengenalmu sejak lama," lanjutnya.

"Rasanya sejak pertama bertemu denganmu, membuatmu ingin mengucapkan sesuatu."

"Apa itu?"

"Tolong ingat aku."

Suaranya menusuk indra pendengaranku, diikuti bunyi dengung dan cahaya yang berlarian mengitariku. "Ka-kau Jungwon?" Ia tersenyum pasi.

Walau seperti cerpen horor kisahku ini, tapi entah mengapa aku tak merasa ketakutan bertemu dengan Jungwon, mantan kekasihku yang meninggal karena penyakit ginjalnya. Lalu ia menghilang begitu saja, entah ke mana.

One Shoot | YangsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang