Dipaksa Dewasa

4 0 0
                                    

Di sebuah kafe, Kiran menulis naskah novel kesebelasnya. Kata demi kata ia tuangkan, tetapi tak kunjung membuatnya puas. Ia terus menghapus beberapa paragraf, menggantinya dengan paragraf baru, kemudian menghapusnya lagi.

Sesekali ia mengecek email, dan tidak ada email baru yang ia dapatkan. Yang ada hanya beberapa email lama berisi penolakan penerbit-penerbit. Sudah belasan penerbit yang ia kirimkan naskah, dan tak ada satu pun yang tertarik dengan tulisannya. Kiran bingung, sebenarnya mengapa jerih payahnya tak juga memberikan hasil?

Selama ini, Kiran hanya bekerja freelance pada beberapa situs yang menerima tulisan fiksi dan memberikan bayaran atas tulisan itu. Tentu saja tidak besar, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Bagaimana dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya? Kiran masih ingin mandi dengan air bersih, dan mengerjakan pekerjaannya di rumah dengan lampu yang menyala terang. Jika terus begini, lama-lama ia akan terpaksa untuk pulang ke rumah orang tuanya. Tak terbayang olehnya rasa malu yang akan ia hadapi. Ia pernah bersumpah akan sukses dengan menulis di hadapan orang tuanya yang selalu menekankan pentingnya memiliki pekerjaan tetap. Kiran, yang sudah tak tahan dengan nasihat itu, akhirnya memutuskan keluar rumah dan hidup mandiri. Dua tahun berlalu, dan tak satu pun hari ia lewati tanpa perasaan khawatir akan kehidupan di esok hari.

Matahari menyembunyikan sinarnya, dan gelap malam datang menemani Kiran. Kiran, yang duduk di area semi-outdoor, menatap langit yang tampak muram. Kiran ingin mengucapkan permohonan pada bintang-bintang, tetapi tak ada satu pun bintang terlihat di atas sana. Kiran hanya bisa menghela napas.

Tiga jam berlalu, dan otak Kiran sudah tak mampu memikirkan ide apa pun.

Kiran pun menutup laptopnya, menyisip tetes terakhir kopinya, dan beranjak pulang. Dengan motor butut peninggalan ayahnya, Kiran menyusuri jalanan Bogor. Meski lampu jalanan menyala dengan terangnya, malam ini tetap terasa kelam. Mungkin karena kau tidak bisa mengucapkan permohonan pada lampu jalanan, pikir Kiran.

Kiran sampai di sebuah persimpangan jalan. Lampu merah lalu lintas menyala, Kiran menghentikan laju motornya. Persimpangan yang tidak spesial, dengan orang-orang yang tidak spesial berlalu lalang di trotoar yang tidak spesial pula. Tanpa ia sadari, matanya mulai menyusuri wajah orang-orang tersebut.

Dilihatnya beberapa kaula muda dengan pakaian formal yang sudah tampak kusam. Wajah mereka pun tak kalah kusam. Sepertinya hari mereka tidak menyenangkan. Mungkin habis dimarahi bos? Atau dikejar berbagai deadline pekerjaan?

Yang pasti, apa yang terlintas di hati mereka mungkin tidak berbeda jauh dengan apa yang terlintas di hati Kiran. Uang yang sulit dicari, sementara kebutuhan-kebutuhan kerap menghantui. Kiran berpikir, apakah kehidupan orang dewasa harus sesulit ini? Ia bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kali ia bersenang-senang tanpa beban pikiran.

Perhatian Kiran teralihkan pada segerombolan anak sekolah berseragam putih biru yang sedang berjalan sambil memakan beberapa jajanan tradisional. Cimol, lumpia basah, dan es cendol .... Pasti mereka membelinya di pedagang-pedagang kecil yang mencari rezeki di depan sekolah.

Kiran jadi teringat, ketika ia masih sekolah, ia juga suka membeli jajanan di depan sekolah. Setelah mencerna pelajaran dan mengerjakan tugas-tugas dari pagi hari, rasa lelahnya akan terbayarkan oleh beberapa tusuk telur gulung. Ditambah serunya bercengkrama dengan teman-teman sekelasnya di warung belakang sekolah, hari berat Kiran akan terasa jauh lebih ringan. Rasanya, seketika semua beban di pundak jatuh dan hancur berkeping-keping. Kepingan itu semakin tercerai-berai dan berterbangan menjadi abu ketika dilindas motor-motor yang ia dan teman-temannya kendarai ketika mereka memutuskan untuk melanjutkan keseruan dengan bermain PlayStation di warnet terdekat.

Masa SMP, masa yang indah. Masa yang paling Kiran rindukan.

Suara klakson dari kendaraan-kendaraan di belakang membuyarkan lamunan Kiran. Lampu hijau telah menyala rupanya. Kiran pun segera melajukan motornya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Out of The BottleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang