Doyoung....

140 7 0
                                    

Dodam feat Hoonsuk 

Warn// M-preg

Kekasih disini bisa berarti kekasih dalam konteks belum menikah dan sudah menikah ya, soalnya bingung mau disebut gimana.

---------

Doyoung tidak bisa marah. Sejahil apapun teman-teman dan pasangannya, atau bahkan seberat apapun ujian yang Ia hadapi, Doyoung selalu tersenyum. Selama menjalani pendidikan di salah satu fakultas dengan senioritas paling tinggi pun, Ia tidak pernah marah atau bahkan mengatakan hal buruk tentang senior-seniornya. Sebenarnya sih Ia lumayan beruntung karna banyak senior tidak berani menyenggol si anak tunggal pasangan dokter bedah saraf dan ortopedi itu. Tapi tetap saja beberapa memandangnya rendah.

Sejak kecil sering ditinggal sendiri dirumah tidak marah. Diselungkuhi mantan kekasihnya tidak marah. Saat SMA dipaksa anak satu kelas mengerjakan tugas biologi mereka tidak marah. LDR dengan kekasih hidupnyanya selama dua tahun juga tidak protes. Intinya, manusia ini punya stok kesabaran yang sama tebalnya dengan dompet yang Ia miliki. Doyoung mungkin adalah salah satu contoh sabar paling nyata.

Tapi sosok yang ada di hadapan Yedam saat ini jelas bukan Doyoung yang seperti itu. Wajah pria itu mengeras. Jangankan tersenyum, saat membuka mulut yang keluar justru sumpah serapah seolah-olah Ia adalah bom waktu yang tengah meledak. Semua hal buruk hingga kotor keluar begitu saja.

Kalau kalian ingin tahu siapa yang menjadi objek kekesalan Doyoung maka jawabannya adalah dirinya sendiri.

Iya.

Dia marah pada dirinya sendiri. Pria itu sebenarnya sedang dalam kondisi kacau hingga memutuskan untuk menghindari orang lain dan berdiam di ruang kerja kekasihnya. Maka bukan salah Doyoung jika Yedam mendengar semuanya karna Ia sendiri yang memutuskan untuk mengintip.

"Doyoung.." Yedam bersuara lirih, tetapi tetap bisa didengar Doyoung. Pria itu terlihat terkejut saat melihat Yedam berdiri di pintu. Doyoung cepat-cepat memalingkan wajahnya. Menenangkan dirinya sebelum kemudian kembali menatap Yedam.

"Kakak dari kapan ada disitu? Kok gak istirahat dikamar?"

Yedam tak langsung membalas, memilih menghampiri kekasihnya terlebih dahulu. Dipeluknya pria yang lebih tinggi darinya itu.

"Kakak istirahat aja yuk di kamar."

"Doyoungnya gak ada."

"Iya sama aku yuk."

"Nanti Doyoungnya pergi lagi?"

"Engga sayang. Ayo."

Doyoung dan Yedam berjalan perlahan kembali ke kamar mereka. Keduanya diam sepanjang perjalanan. Doyoung yang masih belum stabil dan Yedam yang tak berani bersuara.

"Sini tidur lagi Kak."

Melihat Yedam tak kunjung membaringkan tubuhnya membuat Doyoung mengernyit, "Kenapa Kak?"

"Doyoung maaf."

"Kenapa Kakak minta maaf?"

"Gara-gara aku."

"Kak..."

Doyoung mengusap surai lembut suaminya. Secara perlahan menyamakan tingginya dengan Yedam yang duduk di pinggir kasur.

"Bukan salah Kakak. Ini semua udah takdir. Kita mungkin belum siap buat dikasih tanggung jawab sebesar itu makanya ini semua terjadi. Jadi daripada Kakak mikirin yang udah kelewat, mending Kakak fokus ke kesahatan Kakak dulu."

"Kalo gitu kamu juga jangan nyalahin diri sendiri. Ini juga bukan salah kamu Doyoung."

Doyoung hanya tersenyum mendengar penuturan kekasih hidupnya. Ia merasa ini juga adalah tanggung jawabnya. Bagaimana bisa Doyoung yang adalah seorang dokter gagal menjaga keluarganya sendiri? Bagaimana bisa Ia yang menolong banyak pasien gagal menolong calon anaknya sendiri? Dan yang paling penting, bagaimana bisa Ia begitu khawatir pada tiap pasiennya tapi lupa kalau keluarganya dirumah juga perlu perhatian darinya?

Treasure couple drabble seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang