fvck prestasi

2 1 0
                                    

Salah satu orang tuaku bekerja sebagai guru. Saat kecil aku tinggal di lingkungan toxic

Dulu aku hanya punya banyak teman laki-laki di lingkungan itu. Kami berteman baik
Sampai suatu hari aku masuk di Sekolah Dasar pertemanan kami mulai renggang karena masing-masing orang tua kami

Kalian bisa sebut orang-orang disana mayoritas miskin dan bodoh, termasuk aku. Tpi tidak dengan orang tuaku, mereka pintar
Selain bodoh, Orang-orang disana gengsi nya sangat tinggi
Inilah awal kebingungan ku

Awal masuk SD aku dan teman-temanku sering mendapatkan nilai yang jelek. Bukan sombong... Diantara kami, aku paling pintar
Padahal tidak pintar juga saat itu😅
Disaat aku dapat nilai 30, teman-temanku mendapatkan nilai 0. Awalnya kami tidak masalah akan hal itu. Orang tuaku tidak pernah peduli dengan nilaiku.

Suatu hari saat bermain, salah satu ibu dari temanku mendatangi kami yang sedang bermain. Dia bertanya tentang nilai kami. Setelah mendapatkan jawaban dari kami beliau ini tertawa, tertawa mengejek

Dan aku kaget saat orang itu mengatakan, "hey dengar yang lain... Masa anak guru bodoh dapat nilai segitu, gak malu kah orang tuanya". Teriaknya pada kumpulan emak-emak sebayanya
Setelahnya emak-emak turut menertawaiku

Aku marah, itu nilai hasil belajarku sendiri. Orang tuaku tidak terlibat disana. Tpi aku tidak mau orang tuaku diejek profesi nya

Aku membalas mereka, " Mending dapat segini, anaknya tante nol terus nilainya"

Mereka marah, tidak Terima. Padahal itu kenyataan. Lalu mereka melarangku untuk bermain sama anak mereka

Aku menurutinya, Tapi tidak dengan teman-teman ku. Justru mereka menjemputku untuk bermain. Lagi asyik bermain mereka didatangi oleh ibu mereka. Memaksa mereka untuk pulang, untuk tidak bermain bersamaku lagi

Besoknya salah satu dari circle emak-emak itu bergosip mengenaiku, tentang nilaiku dihadapan orang tuaku. Mereka jadikan itu lelucon yang sebenarnya sama sekali tidak lucu

Pulang dari acara rumpi itu, orang tuaku memukulku habis-habisan. Aku menangis berteriak meminta ampun, mereka seolah tidak mendengarkan. Caci maki merasuk ke dalam otakku

"Anak guru kok bodoh"
Hey.... Yang sekolah aku, bukan orang tuaku!

Setelah hari aku dipukuli seperti itu, bapak meminta aku untuk mendapatkan ranking. Hey bagaimana aku bisa dapatkan itu jika tidak ada yang mengajariku. Mau tidak mau aku belajar sendiri

Hingga kelas 2 semester 2 aku mendapatkan peringkat 18 dari 43 siswa. Aku seneng banget. Rasanya perjuanganku terbayarkan
Tapi tidak dengan orang tuaku. Lagi... Mereka memukuli ku karena tidak bisa dapat ranking
Lagi.... Aku belajar lebih keras

Kelas 3 semester 1 aku mendapat peringkat 16. Mereka masih belum puas, akupun dipukulin dan dikata-katain. "Minimal 10 besar", katanya

Kelas 3 semester 2 aku mendapat peringkat 8. Finally 10 besar, seneng bangetttt
" Bikin malu aja dapat segitu, ranking ya 1,2,3. Klo gtu namanya bukan ranking!"

Kelas 4 semester 1. Ku memutus total pertemananku, lebih fokus belajar. Belajar tidak ingat waktu. Aku tidak mau diajak main  oleh siapapun, tidak mau diajak jalan jika tidak bisa bawa bukuku. Aku pernah menangis hebat karena buku ku diambil.
Bisa disebut aku belajar karena ketakutan. Takut jika tidak mencapai target, mereka akan memukuli ku
Dan aku pun mendapat peringkat 4
Aku tidak merasa senang. Tapi takut
Yap... Aku dipukuli lagi. Bedanya aku tidak menangis lagi

Masih kuteruskan belajar ketatku. Biasanya saat istirahat aku bermain dengan temanku, aku memilih perpustakaan. Tempat yang sama sekali tidak mau didatangi murid
Aku butuh ketenangan untuk belajar. Dirumahku aku hanya dikamar full belajar. Pernah aku sampai mimisan dan bolak balik drop karena lelah belajar
Hey... Lelah belajar itu benar-benar ada loh

Kelas 4 semester 2 aku mendapat peringkat 2. Sumpah seneng seneng seneng bangetttt
Temanku ikut senang, kami merayakannya dengan bersorak. Tapi saat dirumah, bukan ucapan selamat yang kudapat, malah tamparan. Katanya aku kelewat senang HANYA karena peringkat. Katanya SEHARUSNYA aku tidak boleh begitu. RIA!!

Aku dipukuli lagi karena bersikap yang mereka sebut RIA. Apakah merasa senang seperti itu termasuk ria??!
Aku tidak menangis. Hambar sudah rasa. Setelah muncul keinginan untuk tidak sekolah lagi. Buat apa sekolah, toh nikah ngurus rumah juga. Muncul juga rasa ingin bundir

Kelas 5 semester 1 peringkatku turun ke 6
Ya endingnya selalu sama. Apasih yang mereka mau?? Dapat salah, turun salah. Aku pun mulai melakukan self harm, jadi sering drop karena stress

Aku mulai berubah menjadi sosok dingin, tidak menangis lagi saat dipukul maupun  di maki
Aku gk peduli reaksi mereka akan peringkatku seperti apa

Beberapa benefit dari gila belajar yang kulakukan adalah aku jadi cepet tanggap, lebih dewasa (well dewasa seblum waktunya), lebih peka walau terkadang peka ini sangat menganggu

Dan jikapun aku ingin loncat kelas, bisa saja. Tapi aku tidak mau. Untuk apa? Membanggakan siapa? Mereka? Aku?
No one gonna be proud





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

wanna know? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang