Hari sudah senja, ketika aletta menginjakkan kaki di bangunan yang memiliki 8 kamar. Sunyi, tak sedikit dari tiap-tiap kamar itu memiliki penghuninya. Namun, bukan berarti bahwa bangunan tersebut memiliki cerita mistis.
Segera Aletta meraih kunci yang ada di dalam tas, dengan tenang ia membuka pintu kos-annya. Tas yang menggantung dibahunya segera ia lepas, kemudian mencantolkan pada paku di dinding berwarna krem itu.
"Heuuuuhhh", Aletta berdengus usai meng-cek ponsel gawainya, tak ada satupun pesan masuk ataupun riwayat telepon dari sang ibu.
"Hari ini juga sama! Apa ibu sudah lupa denganku?" Gumamnya. Jari jemari Aletta dengan cepat menghubungi sang ibu. Diseberang, telepon itu berdering.
"Halo." Bunyi suara dari seberang sana.
"Ibu, kenapa lama sekali mengangkatnya?" Tanya Aletta dengan nada sedikit manja.
"Ada apa? Ibu tidak bisa berlama-lama mengobrol denganmu, ibu sedang sibuk!" Ujar ibunda Aletta.
"Ibu enggak kangen Aletta? Seharian tidak ada pesan ataupun telepon dari ibu, Aletta kangen bu." Kata Aletta.
"Ibu enggak punya waktu untuk itu! Kamu kan tahu, ibu ini sibuk! Nanti ibu hubungi lagi ya, sekarang ibu mau kembali bekerja".
"Tapi bu, seenggaknya... " Ucapan Aletta menggantung, sebab terdengar suara telepon yang ditutup dari seberang sana.Aletta tampak kesal, lalu melemparkan ponsel gawai miliknya pada kasur kesayangannya.
"Mpuss, menurut mbah google daun ini punya makna keberuntungan dan kebahagian lho" ujar Aletta sambil menunjukkan daun tiga tangkai pada kucing yang ia beri nama Mpuss.
"Itu artinya aku akan bahagia kan, kalau aku menyimpan ini?" Tanya ia pada sang peliharaan yang sekaligus menjadi teman dalam hidupnya, namun tentu saja takkan ada jawaban, yang terdengar hanyalah sura aung-an seekor kucing.
"Kamu sama saja seperti ibu, tiap kali aku bertanya kapan ia akan menghubungi, ia selalu memberi jawaban yang tak pasti." Keluhan Aletta tersebut ditanggapi dengan suara meong oleh si Mpuss. Entah Mpuss mengerti ataukah ia mempertanyakan maksud ucapan tuannya.
Ibu Aletta atau sering dipanggil ibu Vietta, adalah wanita pekerja keras yang bekerja siang dan malam. Keringat yang ia hasilkan, semuanya demi kehidupan Aletta.
Tanpa sadar, Aletta tertidur dengan posisi duduk, dengan tangannya melipat di atas meja yang berletakkan vas berisikan daun clover.
Fajar pun tiba, mentari pun bersentuhan dengan kulit aletta, membuat ia terbangun dari tidurnya. Dengan ekspresi kaget, segera ia meraih ponsel untuk melihat 'sudah jam berapakah sekarang?'.
Waktu telah menunjukkan pukul 08.00 pagi. "Astaga!! 10 menit lagi kelasnya dimulai", dengan segera ia mencuci muka dan berpakaian tanpa mandi.
Usai melakukan pembayaran tarif gojak, Aletta segera berlari masuk ke pekarangan fakultas. Saat tengah berlari, tanpa sengaja Aletta menyenggol pria berhoodie kuning. Sehingga ia membalikkan badannya lalu menundukkan badannya, yang memberi isyarat bahwa ia meminta maaf atas kejadian tersebut. Tak ingin dicap tidak hadir, Aletta segera berlari lagi. Sesampainya di depan kelas dengan napas yang terasa sudah diujung tanduk, ia masuk perlahan-lahan sembari menenangkan diri.
"Aletta." Suara panggilan tersebut membuat pergerakan langkah Aletta menuju bangku, terhenti sebentar.
"Kamu kalau telat sekali lagi, ga akan saya beri toleransi ya." Ujar Bu Azani memberikan warning pada Aletta.
"Baik Bu". Aletta pun melanjutkan langkahnya menuju bangku."Lu ngapa telat mulu dah?" Tanya Yona.
"Gue semalam tidur cepet kok." Jawab Aletta sembari mengeluarkan buku catatan dari tas miliknya.
"Makanya, tidur tuh pake doa!" Celetuk temannya itu.
"Orang semalam gue ketiduran, pas lagi ngomong sama Mpuss gue." Ujar Aletta pada temannya.Obrolan mereka pun terhenti kala Bu Azani meminta perhatian pada seisi kelas. Semua tampah memperhatikan hingga kelas pun selesai. Baik dosen maupun mahasiswa, dengan segera keluar dari ruangan tersebut. Dari luar ruangan, tampak seseorang yang sedang celingak-celinguk mencari sesuatu.
"Letta!" Panggilan tersebut membuat Aletta yang sibuk mengemas barang-barangnya, menoleh ke arah pintu.
"Ada yang nyariin lu nih." Ujar teman sekelasnya.'Siapa ya?' Lirihnya pelan.
Sosok tinggi, kira-kira 170an cm, berjalan ke arah Aletta sembari membawa barang yang diduga adalah milik Aletta.
"Ini punya lu kan?" Tanya sosok tinggi itu.
Secepat kilat Aletta meraih barang yang ada di tangan sosok itu. Namun, dengan kuat sosok itu menahan hingga barang tersebut tak kunjung sampai pada genggaman Aletta.
"Sebut dulu nama lu siapa! Baru gue kasih!" Cetus si sosok itu.
"Aletta Rahani!" Jawab Aletta dengan nada yang ketus.
"Bisa cepetan kasihnya ga sih! Ga ikhlas ya?".Sosok itu pun segera melepaskan genggamannya lalu beranjak pergi.
"Thank you." Ucapnya dengan sedikit mengeraskan suara.Aletta merasa sedikit geram atas sikap sosok itu, tapi bagaimanapun sosok itu tetap baik karena telah mengembalikan dompet Aletta yang jatuh.
YOU ARE READING
Ruang Takdir
FanfictionAletta telah lama hidup sendiri, namun bukan berarti ia hidup sebatangkara. Melainkan, ibunda Aletta terlalu sibuk untuk mencari nafkah demi kehidupan anaknya. Oleh karena itu, ruang diri Aletta menjadi kesepian. Ia tanpa sengaja berhubungan dengan...