sixteen

9.7K 529 46
                                    

Ketika tiga hari berlalu setelah pesta pernikahan Ethan dan Mixi, Samuel memutuskan untuk kembali lebih awal ke London. Dia dan Fino sudah banyak berbicara dengan serius, dan tentang bagaimana perasaan Fino padanya. Samuel tidak bisa berharap banyak dan dia juga tidak ingin bertahan dengan Fino. Rasanya sangat menyakitkan bahwa selama ini dia hanya menjadi pelampiasan untuk Fino. Dia merasa Fino sudah sangat keterlaluan, dan Samuel tidak ingin berhubungan lagi dengan Fino. Dia akan melupakan perasaannya untuk pemuda itu.

Sedangakan Fino, pemuda itu kini tengah berada di apartemen lamanya. Fino sebelumnya sudah menghubungi Lita, namun gadis itu sepertinya sudah mengganti nomor. Jadi, Fino memutuskan untuk langsung pergi saja ke apartemen lamanya ini.

Sebelum Fino memasukkan password apartemen, dia menghembuskan nafas. Dia tahu, ketika dia masuk ke dalam apartemen ini, itu artinya semua kenangan lama bersama Gavin akan muncul kembali dalam otaknya. Fino tidak akan pernah bisa melupakan Gavin. Bahkan dia menyakiti Samuel, karena perasaannya yang tak kunjung pudar untuk pemuda itu. Hati Fino benar-benar sudah dibutakan oleh cintanya pada Gavin. Dan Fino mungkin tidak akan pernah menyesal jika dia kembali jatuh pada sosok Gavin.

Kaki Fino melangkah pelan. Dia melihat dapur, meja makan, dan ruang tamu yang terlihat begitu rapi dan bersih, tetapi Fino merasa sedikit aneh. Dia sangat tahu bahwa Lita adalah gadis yang sangat malas bersih-bersih. Namun, Fino tidak ingin memikirkannya lagi, mungkin saja Lita sudah berubah dengan sifatnya yang pemalas itu.

"Lita?" Panggil Fino, namun tidak ada suara balasan. Fino memberanikan diri masuk kedalam kamar, karena dia pikir Lita mungkin sedang di luar.

Ketika Fino membuka pintu kamar, dan saat itu juga sosok pemuda lain keluar dari kamar mandi. Secara bersamaan mereka saling menatap dengan tatapan yang terkejut. Kedua mata mereka saling menatap dengan dalam sehingga akhirnya, Fino lebih dulu memutus kontak mata mereka. Dia kemudian segera keluar dari kamar itu.

Gavin masih berdiri mematung di depan kamar mandi. Saat ini dia hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawahnya. Ketika dia membuka pintu kamar mandi, dan secara bersamaan dia di kejutkan dengan keberadaan Fino. Dia bahkan tidak tahu harus melakukan apa sekarang, namun Gavin dengan cepat mengambil baju secara asal. Rambutnya dibiarkan basah, sehingga dia terlihat semakin tampan berkali lipat. Kemudian Gavin keluar dari kamar itu. Dia berharap Fino masih berada di apartemen ini.

•••

Gavin berada di ruang tamu. Dia bisa melihat Fino yang saat ini duduk diam dengan kedua mata yang menatap kosong ke arah lantai. Gavin memberanikan diri mendekati Fino, kemudian dia memanggil dengan suara pelan, "Fino.."

Tidak ada jawaban apapun dari mulut Fino. Dia mengabaikan panggilan Gavin. Kedua matanya masih menatap lantai. Fino tidak menyangka bahwa Gavin akan berada di apartemennya.

Setelah hampir limabelas menit berlalu tidak ada jawaban dari Fino. Gavin pikir, Fino tidak ingin berbicara dengannya lagi. Gavin menghela nafas kecil. Dia tersenyum miris. Fino mungkin sangat membencinya.

Gavin, "Sorry, karena lancang tinggal di apartemen ini tanpa izin dari kamu. Kasi aku waktu buat ngambil barang-barang aku, setelah itu aku bakalan pergi."

"Kamu mau pergi gitu aja?" Fino membuka suara secara tiba-tiba. Dia kini berdiri di hadapan Gavin. Kedua matanya siap untuk menumpahkan air mata. Fino masih tidak berubah. Dia selalu terlihat lemah di hadapan Gavin.

"... jangan pergi.." kemudian isakan tangis mulai terdengar.

Gavin menahan sesak yang amat besar pada dadanya. Melihat Fino kembali menangis di hadapannya membuat dia merasakan sakit yang sama. Kemudian, tanpa mempedulikan apapun Gavin memberanikan diri membawa Fino kedalam pelukannya. Dia memeluk Fino sangat erat. Mungkin tidak ada satu inci pun jarak di antara mereka.

Partner Sex 🔞 [GEMINIFOURTH] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang