"Kita udahan aja ya. Aku capek sama kamu," ucap seorang pria di depan rumah perempuan yang sedang diajak bicara. Tidak ada siratan mata yang sedih saat mengucapkan kalimat tersebut.
"Ma-maksud kamu, kita putus gitu?" tanya sang perempuan sangat kaget. Ia merasa tidak ada masalah apa apa sebelum nya. Tapi tiba-tiba sang pria datang dan mengucapkan kata kutukan tersebut.
"Iya. Kita sampe sini aja. Aku capek sama kamu," jawab pria itu lagi dengan penuh penekanan di setiap ucapannya, "kita udahan."
"Tapi aku gak mau udahan, Gas." ucap perempuan itu dengan bibir yang bergetar dan penuh keyakinan bahwa ini belum berakhir.
"Tapi aku mau, Ka. Keputusan aku udah bulat."
Pria itu pun pergi meninggalkan sang perempuan yang sedang menangis sendiri di depan rumahnya.
"Aku salah apa sih, Gas, sampe kamu mutusin gini. Hiks," tutur perempuan tersebut sambil menangis.
🔸🔸🔸
Kejadian itu, sudah lama sekali. Hampir dua tahun lamanya. Tapi kenapa aku tiba-tiba mimpi itu lagi? Padahal aku merasa sudah melupakannya. Ya, walaupun aku tidak yakin sepenuhnya.
Aku Alika Kairaning, siswi kelas 11 di salah satu sekolah daerah Jakarta. Kalau mimpi yang tadi itu, kejadian dua tahun yang lalu, saat aku masih kelas 9.
Banyak yang bilang kalau pacaran saat smp itu hanya main main saja, tapi tidak bagi ku. Dua tahun lalu, aku menjalani hubungan yang menurutku cukup serius. Serius dalam artian tidak putus-nyambung. Aku berpacaran dengan nya sudah 8 bulan, termasuk lama bukan untuk seumuran ku?
Laki-laki itu bernama Bagas Putra Anggito. Dia adalah sosok laki-laki yang sempurna. Ganteng? Check. Tinggi? Check. Bikin nyaman? Check. Romantis? Check. Di tambah dia juga kapten futsal di sekolah ku dulu. Kurang apa lagi?
Dahulu saat masih berpacaran, kami berdua bagaikan putri dan pangeran di sekolah. Dia yang selalu menjaga ku setiap harinya, menemaniku disaat istirahat atau mengerjakan pr, dan lainnya. Banyak pula yang menyukai aku atau pun Bagas. Bukan, bukannya aku ge-er. Tapi memang itu kenyataanya. Tapi kita berdua tetap setia satu sama lain. Saling menjaga perasaan juga tentunya.
Sampai akhirnya suatu ketika, dia terlihat bosan kepadaku. Dia mulai cuek, tak peduli kepadaku. Saat aku tanya kenapa, dia tidak pernah memberikan jawaban. Lama kelamaan, banyak masalah kecil yang di besar besarkan oleh nya. Sampai pada akhirnya, dia menyudahi semua ini. Alasannya sepele, karna dia lelah dengan hubungan ini. Di tambah juga, ia akan pindah dari sini. Ia mengatakan bahwa tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Tapi aku tau kalau dia sebenarnya bosan kepadaku.
Aku kadang bingung, apakah semudah itu rasa bosan menjadi alasan untuk berpisah? Apa tidak bisa di obati dengan cara lain selain berpisah? Aku jadi membenci bosan, karna itu membuat ku berpisah dengan nya.
Saat di SMA, aku telah mendengar kabar dari teman se-masa smp ku dulu, kalau Bagas telah mendapatkan pengganti ku. Secepat itukah dia melupakan aku? Disini saja, aku susah untuk melupakan nya. Sejujurnya aku masih sering memikirkan nya. Entah datang dari mana fikiran itu, tanpa permisi singgah di otak ku.
Tapi perlahan, aku mulai melupakannya. Semua kenangan bersamanya juga. Walaupun aku tau, bahwa kenangan tak akan pernah mati atau terlupakan. Kalau masalah mengikhlaskan, sepertinya aku sudah ikhlas dari dulu kalau Bagas mendapatkan pengganti yang lebih baik dari ku. Bukan kah harusnya seperti itu? Aku nya saja yang bodoh, sampai sekarang tidak mau mencari pengganti nya.
Nah sekarang, disini lah aku. Di sekolah ku yang sudah dua tahun aku tempati untuk menuntut ilmu. Suasana baru dan tentunya teman-temanku yang bisa membuat ku melupakan segala hal tentangnya. Meskipun kadang hanya sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reversal [one shoot]
Short Storyjika ia milikmu, maka ia akan kembali padamu bagaimana pun cara nya.