LIMABELAS|Belum Move on?

69 10 0
                                    

SORRY LAMA YA GUYS, PINGIN BANGET RAJIN NULIS DAN NGERAMPUNGIN CERITA CERITA ON GOINGKU YANG MANGKRAK INI.
TAPI YA GIMANA, MOODKU KALAU LAGI JELEK, BAGUSINNYA SUSAH. MAAF YA.

SEMOGA SUKA, HAPPY READING.

***

VAIRA, menghela napas lelah bahkan saat ia baru saja bangun dari tidurnya hari ini. Kesibukannya di butik membuat tubuhnya merasakan begitu pegal.

Dan hari ini adalah hari liburnya, wanita itu berencana untuk tidak melakukah apapun seharian ini. "Non." panggilan di balik pintu serta ketukan pelan yang menyusul membuat Vaira bangun dari tidurnya.

Dengan langkah pelan Vaira menghampiri pintu kamarnya, dan membuka pintu itu dengan perlahan, kantuk yang masih menggantung di kelopak mata, membuat wanita itu menyipit karena masih belum mampu untuk membuka mata sepenuhnya.

"Kenapa Mbok?" tanyanya ketika mendapati Mbok Sum yang berada di balik pintu kamarnya.

"Sudah siang Non, Den Taksa bilang saya di minta bangunin Non untuk makan, sarapannya sudah ketinggal, ini Mbok sudah masakan makan siang." terang Mbok Sum seraya berjalan masuk kedalam kamar wanita itu.

Meletakan nampan berisi makan siang di nakas dekat dengan ranjang Vaira. "Makasih ya Mbok, aku kira masih pagi." ujarnya seraya meringis kecil, merasa tidak enak karena harus merepotkan wanita tua ini dengan mengantarkan makanan ke kamarnya ini.

"Udah siang bolong Non, jangan sering sering lewat sarapannya ya, nanti bisa kena maag loh. Ndak enak nanti perutnya." nasihat Mbok Sum yang di balas dengan ringisan tidak enak dari Vaira.

Ada rasa hangat yang perlahan menyusup dalam dadanya, selain sang Kakek yang memperhatikaannya, kini ada Mbok Sum, setidaknya Vaira bisa merasakan kasih sayang seorang wanita yang tidak pernah ia dapatkan selain dari Bunda.

Semenyenangkan ini ternyata merasa di perhatikan.

***

Hari liburnya tentu tidak akan ia habiskan begitu saja, hari ini Alsi mengajaknya untuk makan di sebuah restoran yang sudah temannya itu booking.

"Katanya restoran ini enak banget, bookingannya penuh terus, beruntung deh kita dapet buat makan siang hari ini." terang Alsi dengan pandangan yang fokus pada jalanan, dan kemudinya.

"Seenak itu? sampe gak enak tanggung jawab lu ya, udah menyianyiakan hari libur gue yang berharga ini."

"Iya, tenang aja. Udah gitu katanya, chefnya ganteng-ganteng." terang Alsi lagi, Vaira memicing curiga mendengarnya.

"Inimah modus lu doang kali, cuma penasaran sama chef gantengnya ajakan." ujarnya penuh curiga, yang hanya di balas dengan cengiran tanpa rasa bersalah dari Alsi.

Sun'days bistro.

Nama restoran yang terpampang besar tepat di tengah, tepat di atas pintu masuk. Nuansa ruangan yang di penuhi dengan interior berwarna gelap, membuat sedikit terasa privat, dan dengan hanya tersedia delapan meja dengan masing-masing 4 bangku, membuat Vaira yang tidak begitu menyukai keramaian merasa nyaman.

"Selamat siang Kak, untuk menu hari ini kita ada..." seorang wanita datang menerangkan menu yang mereka sediakan hari ini.

Vaira hanya diam, membiarkan Alsi yang menentukan makanan apa saja yang akan mereka makan hari ini. Tapi mata Vaira memandang sekeliling, mengangumi restoran ini, dan matanya tertuju pada open kitchen yang ada di tengah rungan, menatap kagum pada para Chef yang terlihat begitu sibuk.

"Silahkan, untuk jam makannya kami hanya menyediakan 60 menit ya Kak, kebetulan setelah ini kita tutup untuk istirahat." terang wanita itu seraya meletakan pesanan di meja.

SERAPHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang