13. Takdir kita

1.1K 118 2
                                    

Luo Huang sangat senang mendengar kabar kedatangan Tuan Shen bersama rombongan Istana merah ke istana Huan Hua.

Sejak pertemuan terakhir, Huang menjadi lebih sibuk karena harus mengejar ketertinggalannya, itupun atas permintaan Shen Jiu kepada Luo Huang agar mau kembali ke sekte dan kembali belajar.

Namun pertemuan mereka kali ini agak menyedihkan. Huang mendengar kabar bahwa tuan Shen sakit, jadi Huang tidak bisa bermain dengannya.

Sesampainya di depan pintu kamar pribadi ayahnya, Huang memegang erat nampan teh yang ia bawa dan mengetuk pintu besar itu beberapa kali.

"Ayah, aku membawakan teh herbal yang ayah minta." Luo Huang masuk, lalu meletakkan teh di meja samping tempat tidur.

Ayahnya sedang duduk di samping ranjang sembari mengalirkan Qi ke tubuh Shen Jiu.

"Apa yang terjadi dengan tuan Shen." Tanya Huang khawatir. 

Luo Binghe berdehem. Dia tidak mungkin memberitahu anak polos ini kejadian yang sebenarnya.

"Dia hanya kelelahan.. itu saja." Balas Binghe singkat.

"Benarkah, tapi tuan Shen Shen kelihatan sangat sakit..."

Binghe menelan ludah, Shen Jiu lebih tepatnya dalam keadaan sekarat karena kebodohannya.

Di saat keduanya masih berbicara, Shen Jiu yang ada di tempat tidur mulai terbangun karena mendengar suara.

"Tuan Shen!" Kaget Huang. Ia segera mendekat dan memeluk Shen Jiu.

"Tuan, aku sangat mengkhawatirkanmu hueeee." Tangis bocah itu akhirnya pecah.

Shen Jiu yang masih linglung menepuk-nepuk punggung Luo Huang sambil memberikan tatapan bertanya pada Binghe.

Binghe sendiri yang kalah Start oleh anaknya hanya bisa menghela nafas.

"Huang, jangan ganggu Shen Jiu."

"Tidak mau! Jika kulepas, Ayah pasti akan menyuruh pergi lagi." Huang tau kedok ayahnya, dia pasti di suruh pergi agar ayah nya bisa berduaan dengan tuan Shen.

"Itu karena kau ada kelas belajar hari ini!" Kesabaran Binghe mencapai batas. Anaknya itu tidak boleh bolos lagi, jadi tanpa ragu segera ia tarik kerah putranya itu dan membawanya keluar dari kamar meski mendapat pemberontakan kecil.

Shen Jiu tertawa kecil. Ayah dan anak itu kelihatan menggemaskan.

"Akhirnya pergi juga."

Binghe kembali ke pada Shen Jiu untuk memastikan keadaan pemuda bisu itu.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Binghe. Shen Jiu memberi gesture bahwa ia baik-baik saja sebelum suara keroncong mengejutkan keduanya.

Wajah Shen Jiu memerah, perutnya berbunyi di saat yang tidak tepat!

"Kau pasti lapar karen belum makan seharian. Tunggu di sini, aku akan membuatkan bubur untukmu."

Sebelum Shen Jiu menghentikan Binghe, pria itu lebih dulu meninggalkan kamar.

"Ini memalukan..."

Selama masa persiapan festival, Binghe dan Huang sering kali mengunjungi Shen Jiu dengan berbagai alasan.

Bahkan mereka sering kali berebut untuk menghabiskan waktu dengan Shen Jiu.

Semenjak ada Shen Jiu. Luo Binghe jadi lebih sering berada di istana.

Hari-hari terus berlalu, festival yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba.

Semua wilayah di bawah pemerintahan istana Huan Hua juga ikut meramaikan Festival dengan menghias jalan serta rumah mereka.

"Tuan Shen, ayo kita coba tanghulu itu!" Ajak Huang sambil menggandeng tangan Shen Jiu.

Siang ini Shen Jiu memenuhi janjinya untuk mengajak Huang ke pasar sebelum acara pembukaan festival musim semi sore ini.

Mereka banyak mengunjungi toko-toko dan penjual makanan di sepanjang jalan kota. Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya Shen Jiu berjalan-jalan.

Dia tidak pernah pergi kemanapun kecuali untuk mencari pekerjaan di kota. 

Ramainya jalanan membuat Shen Jiu terdorong hingga menabrak seorang pria tinggi berjubah hitam panjang. 

Cepat-cepat Shen Jiu membungkuk sebagai permintaan maaf.

Orang asing itu tidak bereaksi apapun, dia hanya melihat Shen Jiu cukup lama sebelum akhirnya pergi.

Huang yang tadinya sedang memilih tanghulu segera menghampiri Shen Jiu usai melihat kejadian barusan.

"Tuan Shen, anda tidak apa-apa kan? Apa orang tadi melakukan sesuatu."

Shen Jiu menggeleng pelan. Namun perasaan nya tidak bisa di bohongi, tatapan orang itu benar-benar dalam seakan ingin menelan Shen Jiu.

Apakah Shen Jiu pernah bertemu dengan orang itu? Kelihatannya orang itu mengenali dirinya.

"Ayo kita kembali tuan Shen, festival akan segera di mulai." Huang kembali menggenggam tangan Shen Jiu untuk kembali ke istana Huan Hua.

Shen Jiu sempat berbalik untuk mencari sosok tinggi tadi, tapi sayangan sosok itu sudah menghilang di antara kerumunan manusia.

Setelah keduanya pergi menjauh, Yue Qingyuan yang bersembunyi di balik tembok memunculkan dirinya. Matanya tak dapat berpaling dari punggung Shen Jiu yang semakin menjauh.

Yue Qingyuan memegang dadanya yang sesak. Ia ingin berlari dan memeluk erat Shen Jiu, melampiaskan seluruh rasa rindunya yang telah ia pendam selama bertahun-tahun.

Namun Yue Qingyuan harus menahan semua itu sampai tujuannya tercapai.

"Kali ini, di kehidupan kita yang kedua... Aku tak akan melepaskan mu lagi A-Jiu."

.

.

Di sebuah tempat perjudian, pria tampan dengan tahi lalat di bawah mata sedang menodongkan pedang ke leher pria paruh baya yang sedang ia injak.

"A.. ampun tuan, aku akan memberikan apapun yang anda inginkan!" Mohon pria paruh baya dalam keadaan babak belur.

"Setelah apa yang kau lakukan pada Shen Qingqiu, kau pikir kau bisa lepas begitu saja?!"

Pria itu adalah bos dari penjual budak, dialah yang menjual Shen Qingqiu ketika masih kecil.

"Kepada siapa kau menjualnya." Tanya Qingge serius.

Pria paruh baya itu gemetar sambil menjawab.

"Tuan muda Qiu dari keluarga bangsawan Qiu, dialah yang membelinya.... Sejak saat itu aku tidak pernah berhubungan lagi dengan mereka..."

"Bangsawan Qiu...?" Hanya ada satu keluarga bangsawan dengan nama Qiu, dan Liu Qingge sangat tau siapa mereka.

Pria paruh baya itu sedikit bernafas lega saat Liu Qingge sedikit memundurkan pedangnya. Tapi siap yang menduga Liu Qingge justru secara cepat menggorok leher pria itu hingga nyaris terputus.

Darah segar mengalir di lantai di sertai suara nafas dari kerongkongan yang terbelah.

Pria itu menggeliat kesakitan di lantai, tangannya mencoba untuk menutupi lehernya yang berdarah-darah meski berakhir sia-sia.

Liu Qingge meninggalkan tempat perjudian dan membakar seluruh tempat nya.

Kali ini misi Liu Qingge adalah menemukan Tuan muda Qiu untuk mendapatkan informasi lebih banyak.

Tujuan Liu Qingge hanya satu, yaitu mengumpulkan bukti-bukti ketidak bersalahan Shen Qingqiu atas tuduhan dan rumor yang menyebar.

Kemudian menghukum setiap orang yang bersalah atas kejahatan yang sebenarnya tidak pernah Shen Qingqiu lakukan.

Kelahiran kembali sang penjahat (Sedang Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang