SATU

6 1 0
                                    

Cantik, sederhana, dan cerdas.

Lyra Valerie akrab dipanggil lyraa, bukan gadis populer disekolah nya tapi dia punya karakteristik tersendiri yang membuat orang-orang tertarik padanya. Seperti halnya Daniel rivaldo, cowo aneh yang setiap hari ada saja gebrakan nya dalam menganggu gadis itu.

Walau pertemuan awal keduanya tidak menarik, tapi gadis itu mampu membuat daniel menjadikan dirinya pusatnya.

Seperti halnya pagi ini, Lyra yang sedang menikmati pagi yang tenang ditemani udara yang sejuk, kembali terganggu oleh munculnya makhluk berwujud manusia yang menyamakan rupanya seperti taehyung BTS itu.

"Ra kamu tau bedanya kamu sama langit?" Celetuknya tiba-tiba yang entah sejak kapan muncul berdiri di sampingku.

Aku yang tengah duduk menyendiri di rooftop sekolah itupun menoleh. "Cowo ini lagi". Pikirku, mataku menatap tak suka kearahnya. Sudah seminggu lamanya pria ini mengikutiku padahal aku dan dia bertemu secara tidak sengaja saat upacara penerimaan mahasiwa baru di SMA Laboraturium. Saat itu aku yang tengah kebingungan karena melupakan topiku, lalu dia datang layaknya pahlawan meminjamkak topi miliknya untukku. Awalnya aku menolak tapi dia memaksa, mau tidak mau aku menerima karena aku juga tidak ingin dihukum dibawah sinar matahari, dan berakhirlah dia yang mengantikan hukumanku.

"Lo gaada hal yang mau diomongin selain gombalan gak jelas lo itu?" Tanyaku sinis

Daniel mengeleng, "Jawab dulu dong 'apa' gitu."

Aku menaikan alisku. "Apa?" Sahutku malas

Lelaki itu kemudian memposisikan dirinya duduk di sampingku. Dia tersenyum sumringan sembari menatapku. "Kamu lihat langit." Tunjuk Daniel, "Cantik banget kan, gak ngebosenin buat dipandang. Sama kaya kamu."

"Mulai." Aku memutar bola mata malas, mendengar gombalan yang keluar dari mulut Daniel.

Lelaki itu terkekeh mendenger ucapanku. "Langit itu susah buat digapai karena terlalu jauh," lanjutnya "Sama kaya kamu. Udah di depan mata tapi rasanya jauh banget."

"Lo tau langit gabisa digapai, karena dia terlalu jauh. Jadi kenapa lo gak berhenti?" Tanyaku heran.

Daniel tersenyum, tangannya mengacak suraiku asal. "Langit emang mustahil buat digapai, tapi kalo kamu aku masih bisa usahain." Dia menoel hidungku pelan dengan telunjuknya. Membuatku reflek menjauh, dan tanpa sengaja menghempas jari Daniel kasar, aku menatap tajam kearah pria itu.

"Denger el, kita ga sedeket itu." Sinisku. " Dan satu lagi gw juga gasuka sama lo. Jadi gw mohon berhenti ngelakuin hal-hal yang gak berguna kaya gini."

"Aku gamau ngerasa sakit lagi, yang dulu lukanya belum sembuh." Batinku

Daniel memundurkan badannya, raut wajahnya berubah dingin. Namun dalam sekejap pria itu kembali menampilkan ekspresi hangat padaku. "Kamu boleh gasuka sama aku, tapi aku bakal selalu usaha biar kamu bisa suka sama aku."

Lalu ia pun beranjak dari tempat duduknya, meninggalkanku dalam kebingungan. Diambang pintu ia berteriak. "Aku bakal cari seribu cara bahkan milyaran cara buat bikin kamu jatuh cinta sama aku." Ucapnya sebelum menghilang dibalik pintu.

●●●

Aku mengetuk jariku diatas meja, suara yang ku timbulkan lumayan keras. Tessa sahabat sekaligus teman sebangkuku pun menoleh bingung, dia heran tidak biasanya melihatku gelisah seperti ini.

"Lo kenapa sih?"

Aku menoleh, kali ini jemariku berpindah ke bahu Tessa. Aku meremas bahu gadis itu membuat sang empunya mengeryit sakit.

Just Three Hundred and Sixty Five Days Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang